Saat menjelang hari raya Natal hingga hari H sampai setelahnya. Sebagian besar tempat-tempat berubah seperti di Eropa dan Amerika. Kemana pun kita pergi, sejauh mata memandang akan penuh hiasan-hiasan natal dimana-mana mulai dari pohon natal, sinter class hingga salju-saljuan. Bahkan ga sedikit umat muslim di tempat kerjanya diharuskan memakai atribut-atribut natal.
Saat mendekati hari raya Imlek pun, sebagian besar tempat juga berubah jadi seperti di Tiongkok. Pusat-pusat keramaian dihias dan di-sulap seperti Klenteng. Nuansa warna merah dengan tulisan-tulisan mandarin menghiasi pandangan kita. Barongsai dimana-mana. Bagaimana reaksi umat Islam? Mereka tetap menerimanya.
Tapi ketika umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri dg melaksanakan shalat Ied di Papua, masjid dibakar oleh kelompok ekstrimis disana. Pemerintah diam. Bahkan pelakunya diundang ke istana Negara. Umat Islam disana yg menuntut keadilan, harus gigit jari.
Dan yang terakhir ini, saat umat Islam ingin beribadah wajib puasa pun, umat Islam masih juga harus dituntut tetap ‘toleran’ dg harus menghormati orang-orang yg ga berpuasa. Jadi, ummat Islam di Indonesia itu sebenarnya dimanja atau dianaktirikan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H