Kusempatkan membaca beberapa lembar mushaf Al Qur'an biar tidak terasa gersang hati ini. Karena disini tidak mendengar suara Azan setiap waktu sholat ataupun mendengar suara ngaji sebelum Azan yang bisanya menjadi rutinitas di masjid sekitar rumah. Tiba-tiba pria yang kutemui tadi datang menghampiri menanyakan asalku. Ternyata namanya Anwar dia bertugas sebagai muadzin di masjid ini. Masih muda dan ramah sekali, setiap kali berbicara selalu keluar kata-kata indah berupa pujian kepada Allah dan sholawat kepada Rasulullah. Aku meminta izin padanya untuk tetap di masjid sampai maghrib karena kulihat jadwal waktu maghrib tinggal satu jam lagi. Dan ia mempersilahkanku sampai jam berapapun aku mau.
     Tak berapa lama berbincang, Anwarpun dan kami bersalamana layaknya dua saudara yang telah lama tidak bertemu. Inilah hakikat seorang muslim dengan muslim lainnya, siapapun dia dan darimanapun asalnya jika dia muslim maka dia adalah saudaramu. Sambil bersalaman kurasakan ada yang aneh menempel di telapak tanganku. "Pour toi" Kata Anwar karena aku berusaha menolaknya. Ternyata ia memberikan uang logam senilai dua euro padaku. Aku sedikit terkejut karena dalam rangka apa dia memberikannya padaku dan mengapa. Tapi dengan senyum dia lalu pergi dan mengucapkan salam.
---Bersambung---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H