Mohon tunggu...
Salma Mayla Andrea
Salma Mayla Andrea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Salma Mayla, Seorang mahasiswa angkatan 2024 yang berkuliah di Universitas Airlangga Prodi Kesehatan Masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Kesehatan Ibu Hamil di Indonesia Angka Kematian Masih Tinggi

25 Agustus 2024   13:35 Diperbarui: 25 Agustus 2024   13:36 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Krisis kesehatan ibu hamil di Indonesia mencerminkan tantangan serius yang masih dihadapi dalam sistem kesehatan, terutama terkait dengan tingginya angka kematian ibu. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan, angka kematian ibu tetap tinggi, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. 

Penyebab utama dari fenomena ini termasuk keterlambatan dalam mengakses fasilitas kesehatan yang memadai, kurangnya tenaga medis terlatih, dan rendahnya kesadaran akan pentingnya perawatan kehamilan. Faktor sosial, seperti kemiskinan, pendidikan rendah, dan minimnya dukungan keluarga atau komunitas, juga memperburuk situasi ini. 

Selain itu, tantangan logistik, seperti jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan, serta keterbatasan dalam infrastruktur dan transportasi, semakin menghambat akses ibu hamil untuk mendapatkan perawatan yang tepat waktu. Krisis ini menggarisbawahi perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan terkoordinasi, mencakup peningkatan layanan kesehatan dasar, edukasi yang lebih intensif, serta intervensi kebijakan yang berfokus pada pengurangan kesenjangan dalam akses terhadap perawatan kesehatan yang berkualitas untuk ibu hamil di seluruh Indonesia.

Data Sensus Penduduk 2020 menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan serius dalam hal kesehatan ibu dan anak, dengan angka kematian ibu mencapai 189 per 100 ribu kelahiran hidup, yang menempatkan Indonesia sebagai negara kedua dengan angka kematian ibu tertinggi di ASEAN, jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara seperti Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam. 

Selain itu, angka kematian bayi juga tinggi, yaitu 16,85 per 1.000 kelahiran hidup, menjadikan Indonesia peringkat ketiga tertinggi di ASEAN dalam kategori ini. Tahun 2022 mencatat 4.005 kematian ibu, meningkat menjadi 4.129 pada 2023, sementara kematian bayi melonjak dari 20.882 menjadi 29.945 dalam periode yang sama. 

Menurut Daisy, penyebab utama kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas, yang sering kali terjadi pada bayi dengan berat badan di bawah 2.500 gram atau yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan kematian. 

Sementara itu, penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan dan eklamsia, yaitu hipertensi yang terjadi selama kehamilan, yang sebenarnya dapat dicegah dengan perawatan yang tepat. UNICEF menekankan pentingnya deteksi dini selama kehamilan untuk mencegah kelahiran prematur, yang merupakan penyebab utama kematian anak di bawah lima tahun secara global. Fenomena ini menegaskan perlunya upaya intensif untuk memperbaiki sistem kesehatan, meningkatkan deteksi dini, dan memastikan akses terhadap perawatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi di Indonesia.

Krisis kesehatan ibu hamil di Indonesia yang masih ditandai dengan tingginya angka kematian disebabkan oleh berbagai faktor kompleks. Penyebab utama mencakup keterlambatan akses ke fasilitas kesehatan yang memadai, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, di mana infrastruktur yang kurang baik dan minimnya transportasi menjadi penghalang utama. 

Kurangnya tenaga medis terlatih dan peralatan medis yang memadai juga memperburuk situasi, sementara rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kehamilan serta faktor sosial seperti kemiskinan dan pendidikan rendah turut berkontribusi. Selain itu, kondisi kesehatan ibu yang memburuk selama kehamilan, seperti hipertensi (eklampsia) dan pendarahan, sering kali tidak terdeteksi atau tertangani dengan baik, yang memperbesar risiko kematian. 

Untuk mengatasi krisis ini, diperlukan pendekatan terpadu yang mencakup peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil, melalui penguatan infrastruktur dan transportasi, serta penambahan jumlah dan kualitas tenaga medis. Edukasi masyarakat tentang pentingnya perawatan kehamilan dan gizi yang baik bagi ibu hamil juga sangat penting. 

Di sisi lain, deteksi dini terhadap kondisi berisiko tinggi seperti eklampsia dan pendarahan harus diprioritaskan, dengan memastikan bahwa ibu hamil mendapatkan pemeriksaan rutin dan perawatan segera jika diperlukan. Pendekatan holistik ini, didukung oleh kebijakan pemerintah yang kuat dan terarah, diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu hamil di Indonesia secara signifikan.

Daftar Pustaka

Astuti, D., & Kulsum, U. (2018). Pola makan dan umur kehamilan trimester iii dengan anemia pada ibu hamil. Indonesia Jurnal Kebidanan, 2(1), 24-30.

Rokom. (2024, January 25). Agar Ibu dan Bayi Selamat. Https://Sehatnegeriku.Kemkes.Go.Id/Baca/Blog/20240125/3944849/Agar-Ibu-Dan-Bayi-Selamat/.

Wardhianna, S. W. (2017). Model Pengembangan Perilaku Sehat Ibu Hamil Sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu Di Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Kesmas Indonesia, 4(1), 60-71.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun