Mohon tunggu...
Salma Marlina
Salma Marlina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Suka Traveling

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Layanan Dukungan Psikososial Terhadap Korban Bencana Gempa Bumi Di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

8 Oktober 2024   10:31 Diperbarui: 8 Oktober 2024   11:06 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 18 September 2024, gempa bumi dengan magnitude 5.0 yang mengguncang wilayah Kecamatan kertasari, Kabupaten Bandung. Duka mendalam atas kerusakan bangunan dan timbulnya korban atas gempa bumi ini. Gempa bumi mengakibatkan kerusakan rumah warga dari mulai robohnya atap rumah, dinding rumah dan lain kerusakan lainnya. 

Bencana gempa bumi ini tidak hanya merusak fisik dan bangunan saja, tetapi banyak warga yang mengalami tekanan psikologis yang cukup berat. Ketakutan dan kecemasan serta kekhawatiran yang mendalam muncul akibat gempa susulan yang terus terjadi setelah gempa utama.

Pada tanggal 28-29 September, Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung menurunkan mahasiswa sebagai relawan untuk memberikan Layanan Dukungan Psikososial di Kecamatan Kertasari. Layanan Dukungan Psikososial merupakan bentuk bantuan yang berfokus pada pemulihan kesehatan mental dan emosional korban bencana alam. Layanan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial individu, keluarga, dan masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, mahasiswa Bimbingan Konseling Islam dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memberikan layanan Dukungan Psikosisoal yang diberikan kepada ibu-ibu ataupun anak-anak.

Ketika gempa bumi terjadi, anak-anak mengalami dampak psikologis yang cukup mendalam. Anak-anak mempunyai ketakutan yang besar akibat ketidakpahaman mereka terhadap apa yang sedang terjadi ditambah dengan perubahan mendadak di lingkungan mereka. Tidak hanyaitu, ada beberapa anak yang tidak mau sekolah karena ketika gempa mereka masih berada disekolah. Sehingga hal ini mengakibatkan trauma bagi anak-anak.

Adapaun Layanan Dukungan Psikososial yang diberikan oleh Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam kepada anak-anak berupa Fun Games yang bertujuan untuk mengalihkan anak-anak agar tidak mengingat saat kejadian. Adapun gamesnya berkelompok di dalamnya diselingi dengan menanyakan perasaan mereka dengan games yang bentuknya kelompok bertujuan agar mereka tidak merasa sendiri dan saling mendukung.

Tidak hanya itu, kondisi warga khusunya ibu-ibu, mereka masih sering merasa gempa dan khawatir takut terjadinya gempa susulan sehingga mengakibatkan trauma bagi mereka. Adapun yang dirasakan oleh salah satu ibu-ibu, beliau pada saat gempa terjadi langsung melarikan diri kesekolah untuk menjemput anaknya Tetapi, pada saat di jalan beliau mendengar kabar dari warga bahwa ada rumah yang roboh dan ternyata rumah tersebut adalah milik orang tuanya. Beliau merasa panik disisi lain beliau mengkhwatirkan anaknya yang sedang berada disekolah, dan disisi lain khawatir dengan kondisi orang tuanya.

 Adapun bentuk Layanan Dukungan Psikososial yang diberikan kepada ibu-ibu yaitu berupa layanan konseling dan memberikan terapi SEFT (SpiritualEmotional Freedom Technique) dengan mengetuk beberapa titik bagian tubuh dan memberikan afirmasi positif. Terapi ini diberikan untuk membuang energi-energi negatif seperti marah, cemas,stress trauma pasca bencana gempa bumi.

Kehadiran Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam mendapatkan Respon yang sangat baik dari warga setelah memberikan Layanan Dukungan Psikososial dengan memberikan terapi SEFT dianggap berhasil dan mereka merasa terbantu dengan kehadiran mahasiswa Bimbingan Konseling Islam karena mereka sebelumnya belum pernah mendapatkan terapi seperti ini an setelah di terapi,mereka merasa legowo dan ikhlas dengan apa yang sudah terjadi dan pasrah terhadap musibah yang dberikan oleh Allah SWT. Meskipun setelah diterapi masih ada rasa cemas, takut, sedih,tetapi mereka lebih bisa mengontrol perasaannya dibanding sebelum menerima terapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun