Mohon tunggu...
Salma Khaerunnisa
Salma Khaerunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

There may be no end to our journey of dreams. So let’s take a break for today

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kobaran Api Menyala di Depan Mata

13 November 2020   07:20 Diperbarui: 26 November 2020   06:23 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari akun twitter @RadioElShinta https://t.co/ma0QrCWoFX

"Kebakaran! Kebakaran!" seru orang-orang. 

Memancing perhatian warga untuk berhamburan dari dalam rumah berbondong-bondong menuju tempat kebakaran. 

Kebakaran yang awalnya hanya dibagian belakang saja sekarang terus melebar meluaskan kuasanya membakar hangus yang ada disana. Seakan diberi bahan bakar, aku lupa bahwa toko mebel itu isinya barang mudah terbakar semua seperti lemari kayu dan plastik, kasur, perabotan rumah dari plastik, kain-kain gorden dan lainnya. Api melahap tuntas dalam sekejap saja. 

Jalanan kian ramai dibanjiri manusia, yang entah darimana saja. Sungguh tak sedikitpun aku mengira bahwa rumahku menjadi tempat tontonan mengerikan yang sebelumnya hanya bisa disaksikan di televisi saja. 

Melihat orang-orang yang sedang berkumpul, nenek ku dengan sigap mengeluarkan semua ember yang ada didalam rumah. 

"Ini ember terus isi air darimana saja, mau dari rumah ini, mau dari musola mesjid atau dari selokan. Cepat!" ujar nenek. 

Lelaki, mulai dari pemuda hingga bapak-bapak yang sudah tua membentuk barisan berbanjar untuk menyalurkan air. Sayang sekali saat itu selokan sedang kering sehingga air yang bisa diambil pun hanya sedikit. Namun tak menyurutkan semangat warga yang berusaha mematikan api. 

Aku terdiam diteras rumah, melihat huru-hara orang dan api yang berkobar dari mataku sendiri dengan jarak 10m saja dari tempat kejadian. Aku hanya bisa berdoa agar api cepat padam. Dan ah iya! Pemadam kebakaran. Bodoh sekali aku tidak memanggil pemadam kebakaran sejak tadi. 

Aku langsung masuk kedalam rumah guna memanggil pemadam kebakaran. Astaga kesal sekali rasanya saat suasana genting seperti ini damkar sulit dihubungi. Setelah menelpon damkar KBB yang tiada kunjung kesini, aku mencoba menelpon Damkar Cimahi, lalu Damkar Cianjur. Terkesan panik tapi apa boleh buat aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi, hanya bisa mengatasi kejadian ini semampuku. 

"Ayang, ambil teko dan gelas. Kasih minum buat warga yang udah bantuin!" seru nenek menghalau lamunanku. Ayang adalah nama panggilanku dirumah. Aku bergegas memenuhi panggilan nenek membantu menyajikan air, mempersilahkan bagi mereka yang ingin mengambil minum.

Baru saja aku meletakkan teko diteras, terdengar suara ribut orang-orang. Ya Tuhan! api terus melebar mendekati kebun yang tepat berada di bagian belakang toko. Bahkan sekarang terlihat dedaunan yang sudah sedikit terkena api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun