Mohon tunggu...
Siti salmah
Siti salmah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

salmah,hanya seorang ibu dan seorang istri.tapi tetap punya kepribadian...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kehidupan Selanjut nya

21 Januari 2011   06:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:20 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada hari ketika bumi bukanlah seperti bumi yang pernah kita pijak, dan langit bukanlah seperti langit yang pernah menaungi kita. Jin dan manusia, semua berkumpul menghadap ke hadirat Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Pada hari ketika amal perbuatan para pengingkar laksana abu yang ditiup angin dengan keras di suatu hari yang berangin kencang. Mereka tak dapat sedikitpun mengambil manfaat dari apa yang telah mereka usahakan di dunia. Pada hari ketika perkara hisab, perhitungan amal, usai diselesaikan; hari itu berkatalah syaitan, menyampaikan khotbah monumentalnya yang telah disebutkan al-Qur'an; khotbah tanpa menyebut nama Tuhan, tanpa pujian, dan tidak juga salam.


"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan sekedar aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku, akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian, dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku dengan Allah sejak dahulu!"


Tercenganglah mereka yang mendengar, mereka yang selama ini mematuhi seruannya nan sungguh menipu daya. Khotbah teramat mengecewakan, bahkan menyakitkan hati para pengikutnya yang setia.


***


Maka, episode berikutnya, hari itu terlihatlah mereka, orang-orang yang berdosa, para bromocorah, diikat bersama-sama dengan belenggu, yang gemerincingnya sungguh menggetarkan jiwa. Pakaian mereka adalah dari pelangkin, dan muka mereka ditutup oleh api neraka.

Hari itu, terdengarlah seruan agung, "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat yang tedahulu sebelum kalian, dari jin dan manusia!"

Kemudian, ketika setiap suatu umat masuk ke dalam neraka, maka yang satu mengutuk yang lain karena merasa disesatkan; sehingga apabila mereka masuk semuanya, terjadilah perdebatan teramat dahsyat antara orang-orang yang masuk kemudian dan mereka yang masuk terdahulu.


Mereka yang merasa disesatkan berkata, "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka!"


Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa berfirman, "Masing-masing mendapat siksaan yang berlipat ganda, akan tetapi kalian tidak mengetahui."


Demi mendengar hal itu, menyahutlah orang-orang yang masuk terdahulu, sambil menatap mereka yang masuk kemudian, "Kalian tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kalian lakukan!"


Sungguh perdebatan yang sengit sekaligus keputusan yang teramat menyesakkan dada. Tak ada lagi harapan bagi mereka dibukakan pintu-pintu langit, dan tak kan mungkin pula mereka memasuki taman-taman indah surgawi, sebagaimana mustahil seekor unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan; yang tersisa bagi mereka hanyalah tikar tidur dari api neraka, dan di atasnya pula ada selimut api neraka.


***


Di pelataran agung yang lain, mahsyar bagi orang-orang beriman dan beramal saleh, terlihatlah mereka, dengan seizin Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dimasukkan ke dalam surga, hunian taman-taman indah yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas di dalam hati, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Ucapan penghormatan mereka dalam taman abadi itu adalah "salam", sejahtera dari segala bencana. Sejak hari itu tak ada lagi segala macam dendam yang berada dalam dada, dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada surga ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang para rasul Tuhan kami, membawa kebenaran."


Ketika itulah saat paling bahagia bagi mereka yang telah memasrahkan seluruh hidupnya kepada aturan Tuhan, usai melalui prosesi hisab, penghitungan amal yang begitu mencemaskan. Saat penuh suka cita menjelang hunian keabadian, hari itu diserukan kepada mereka, "Itulah surga yang diwariskan kepada kalian, disebabkan apa yang dahulu kalian amalkan!"


Pintu-pintu cahaya telah dibuka, wajah-wajah bercahaya telah mengembangkan senyum ceria, penuh bahagia. Cahaya di dalam hati mereka, cahaya pada ucapan mereka, cahaya pada pendengaran mereka, cahaya pada pikiran mereka, cahaya pada perasaan mereka, dan cahaya pada setiap bagian tubuh mereka. Merekalah orang-orang yang tercerahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun