Mohon tunggu...
salmafitri
salmafitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya salma fitri mempunyai hobby memasak dan menulis disini saya mau menulis untuk menyelesaikan tugas atau proyek saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islamic Studies Sebagai Kontenporer: Debat Edward Said dengan Bernard Lewis

3 Desember 2024   16:12 Diperbarui: 3 Desember 2024   17:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Orientalis adalah kata serapan dari bahasa Perancis yang berasal dari kata orient yang berarti "Timur". Secara gegorafis, kata ini dapat diartikan "dunia Timur" dan secara etnologis berarti bangsa-bangsa di timur. Kata orient itu telah memasuki berbagai bahasa di Eropa, termasuk bahasa Inggris. Oriental adalah sebuah kata sifat yang bermakna; hal-hal yang bersifat timur, yang teramat luas ruang lingkupnya

Selain itu, Edward W. Said memahami orientalisme sebagai bentuk suatu cara untuk memahami dunia Timur, berdasarkan tempatnya yang khusus menurut pengalaman orang Barat Eropa. Atau dengan kata lain orientalisme merupakan suatu gaya berpikir yang berdasarkan pada pembedaan ontologis dan epistemologis yang dibuat antara "Timur" (the Orient) dan (hampir selalu) Barat (the Occident).

Oleh karena itu, meskipun orientalis memiliki makna yang luas, yaitu segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan bangsa-bangsa Timur beserta lingkungannya sehingga meliputi seluruh bidang kehidupan, namun secara sempit, orientalis dapat diartikan sebagai kegiatan ahli ketimuran Barat tentang agama-agama di Timur, khususnya agama Islam.

Penyebab langsung munculnya orientalis atau ahli ketimuran adalah  adanya sutudi-studi yang dilakukan oleh ilmuan Barat tentang ketimuran baik berupa sastra, sejarah, adat-istiadat, politik, lingkungan, maupun agama di Timur Asia termasuk Islam.Minat orang Barat untuk meneliti masalah-masalah ketimuran sudah berlangsung sejak abad pertengahan. Mereka malahirkan sejumlah karya-karya yang menyangkut masalah ketimuran. Dalam rentang waktu antara abad pertengahan sampai abad ini, secara garis besar orientalisme dapat dibagi tiga periode, yaitu (1) masa sebelum meletusnya perang salib di saat umat Islam berada dalam zaman keemasannya (650-1250); (2) masa perang salib sampai masa pencerahan di Eropa; dan (3) Munculnya Masa Pencerahan di Eropa sampai sekarang.

Islamic Studies muncul mulai abad ke-19 di Eropa dan kemudian berkembang belakangan, terutama mulai tahun 1970an di Amerika. Apa yang belakangan disebut Edward Said sebagai Orientalisme, berakar pada tradisi Eropa tentang kajian Islam seputar Tuhan, manusia, sejarah, dan masyarakat. Kajian Islam ketika itu membahas gagasan-gagasan tentang sejarah budaya, kitab suci, dan hubungan antara bahasa.Orientalisme abad ke-19 memengaruhi trend intelektual, termasuk kritik teks dan kritis historis kitab Kristiani, dan sebaliknya. Bahasa Arab, teks-teks Islam, dan sejarah awal Islam, menjadi bagian dari obyek studi dalam hubungannya dengan bahasa Aramaik dan Ibrani.

Sejarawan Inggris asal Lebanon, Albert Hourani , membahas kajian Europa tentang Islam, prestasi-prestasi dan kelemahan-kelemahan mereka secara individual, tanpa menilai kepentingan ideologis dan tujuan mereka, dank arena itu tanpa polemik debat Orientalisme seperti yang dibahas Edward Said sejak 1970an. Hourani membahas kajian Islam di Eropa melalui pendekatan sejarah intelektual dan social, sedangkan Edward Said membahas teks akademik dan juga novel dan produk-produk pelancongan (travelogue) oleh orangorang Barat tentang dunia Timur. Istilah Orientalisme pun muncul, tapi pengertiannya berbeda dan berubah. Istilah Orientalisme mendapatkan muatan ideologisnya dari Edward Said yang berasal dari Palestina tapi mendapatkan pendidikan Barat dengan bukuny Orientalism .

Menurut Said, yang dipengaruhi poststrukturalist Gramsci dan Foucault, representasi Barat tentang dunia Timur bukan sekedar bertujuan pengembangan ilmu (knowledge) tapi didasari asumsi-asumsi yang bersifat ideologis dan berkepentingan untuk menguasai (power), dalam konteks imperialisme dan kolonialisme. Karena mayoritas bangsa yang terjajah itu kaum Muslim, maka Timur (Orient) diasosiasikan dengan Arab dan Islam. Karakter pokok Orientalisme menurut Said adalah representasi Barat tentang 'yang lain' (the Other) sebagai proyeksi diri (the self) yang selalu berbeda dan bertentangan.Orientalisme, Edward Said menulis Culture and Imperialism  yang pada intinya berargumen, imperialisme adalah masalah budaya. Said mendefinisikan Orientalisme sebagai struktur terorganisir dalam konteks ketimpangan kekuasaan. Sejarawan Islam dan Timur Tengah Bernard Lewis (lahir 1916), yang dikritik Said sebagai Orientalist par excellence, mendefinisikan Orientalisme tidak melulu dalam konteks ideologis.

 Lewis berpendapat, bias Barat bukan hal yang aneh; setiap diri ketika melhat yang lain pasti memiliki prasangka dan bias tertentu, tapi hal itu tidak bisa digeneralisir sebgai negatif dan destruktif; Menurut Lewis, banyak akademisi Barat yang memang negatif dan melanggengkan stereotype, tapi banyak pula yang obyektif atau setidaknya sadar atas keterbatasan-keterbatasan dan berusaha memperbaikinya.Meskipun demikian, mereka ini, bagi Lewis, memiliki disiplin akademis tertentu. Yang paling penting bagi Lewis adalah masalah epistimologis yang lebih besar, yaitu: how far it is possible for scholars of one society to study and interpret the creations of another.

Terbukti, bagi Lewis,  produk akademis Orientalis memiliki validitas dan manfaat. Kritik seharusnya ditujukan bukan atas Orientalisme, Lewis berargumen, tapi atas hasil-hasil penelitian masing-masing sarjana dan mazhab kesarjanaan.Sarjana Daniel M. Varisco mengamini beberapa aspek pendapat Said dan membahas kekurangan-kekurangannya. Dalam Reading Orientalism: Said and the Unsaid , Varisco mengkaji latar belakang dan sejarah intelektual buku Orientalisme Edward Said dan dampaknya dalam berbagai disiplin ilmu humaniora dan ilmu social. Varisco mengeritik bahwa tidak lengkapnya rujukan dari Said, dan ironi-ironi di daam rujukan-rujukan itu, juga mengeritik esensialisme Edward Said yang belum melampaui distingsi Timur-Barat, dan belum melampaui polemic saling menyalahkan (polemics of blame). Belakangan, Said menjawab kritik-kritik terhadapnya dalam tulisan-tulisannya yang lain. Dalam Orientalism Reconsidered misalnya, Said menegaskan kembali definisi Orientalisme: Orientalism is the line separating Occident fromOrient, and this is less a fact of nature than a fact of human productions.  Dalam wawancara sebelum dia wafat tahun 2003, Said menegaskan, teori orientalismenya tetap valid, dan bahkan mengambil bentuk-bentuk pengungkapan yang makin beragam, termasuk dalam media massa cetak dan online. Said juga menegaskan posisinya sebagai 'humanis', karena ingin melampaui Timur dan Barat, Arab dan Amerika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun