3. Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan:Â Mehmed II menyesuaikan strateginya dengan situasi, memperkenalkan inovasi militer seperti meriam besar yang mampu menghancurkan dinding kota. Ia menjaga moral pasukannya dengan berkomunikasi langsung dan memberikan motivasi. Mehmed terlibat langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi, menunjukkan gaya kepemimpinan yang aktif dan partisipatif. Ia juga mengembangkan taktik canggih untuk mengatasi tantangan logistik, seperti memindahkan armada melalui darat.
Gaya Kepemimpinan Menurut Model Fiedler:
Selama penaklukan Konstantinopel, Sultan Mehmed II menunjukkan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. Menurut model Fiedler, gaya ini efektif dalam situasi yang sangat menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan.
- Gaya Berorientasi pada Tugas: Mehmed II sangat fokus pada pencapaian tugas, menetapkan standar yang jelas dan memberikan arahan spesifik tentang strategi pengepungan. Ia memastikan semua aspek operasi pengepungan terorganisir dengan baik untuk mencapai tujuan strategis.
- Gaya Berorientasi pada Hubungan: Meskipun berfokus pada tugas, Mehmed II juga memperhatikan hubungan dengan pasukannya, memberikan dukungan moral dan menjaga semangat mereka selama pengepungan.
Path-Goal Theory dan Gaya Kepemimpinan Partisipatif:
    Dalam konteks Path-Goal Theory, Sultan Mehmed II cenderung menggunakan gaya kepemimpinan yang direktif, memberikan arahan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan menetapkan standar perilaku serta kinerja. Mehmed II memberikan arahan spesifik mengenai strategi pengepungan, termasuk penggunaan meriam besar, yang mencerminkan gaya kepemimpinan yang sangat direktif. Dalam hal gaya kepemimpinan partisipatif, Sultan Mehmed II sering membuat keputusan strategis secara mandiri tanpa meminta saran dari bawahannya, meskipun terkadang ia mungkin berkonsultasi dengan penasihat sebelum mengambil keputusan akhir.
Kesimpulan:
    Gaya kepemimpinan Sultan Mehmed II dalam penaklukan Konstantinopel adalah contoh klasik penerapan konsep kontingensi dalam kepemimpinan. Ia menunjukkan kemampuan untuk menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang kompleks, menerapkan pendekatan berorientasi tugas dalam kondisi yang sangat menantang, dan menggunakan gaya direktif serta partisipatif sesuai kebutuhan. Keberhasilan penaklukan ini menunjukkan bagaimana kepemimpinan yang adaptif dan strategis dapat mempengaruhi hasil dalam situasi yang kompleks dan penuh tantangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H