Mohon tunggu...
Salma FauziyahFirdaus
Salma FauziyahFirdaus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa S1 Sistem Informasi Universitas Airlangga, saya memiliki minat di bidang data sains, big data, web development, dan writer

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Ancaman Era Digital: TikTok dan Narsismenya

8 Juni 2022   12:02 Diperbarui: 8 Juni 2022   12:19 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era yang terus berkembang ini, kita hidup berdampingan dengan dunia digital. Tak dapat dipungkiri teknologi telah menguasai sebagian besar kehidupan manusia. Karena terlalu banyaknya campur tangan teknologi pada hidup manusia sekarang membuat tak sedikit dari mereka mendapatkan dampak buruk dari teknologi. Dampak buruk yang paling banyak terlihat ialah pada Kesehatan mental yang secara tidak langsung mengubah manusia di era digital. Dimana yang kita tahu Kesehatan mental sekarang juga merupakan isu hangat yang sedang diperbincangkan terlebih pada kaula muda.

Dampak teknologi yang disebutkan diatas merupakan prilaku narsistik dan kerap kita jumpai pada penggunaan aplikasi yang terbilang sudah sangat mendunia yaitu tiktok. Tak dapat dielakkan apabila pengguna aplikasi tiktok telah merajalela. Banyak dari pengguna tiktok yang tak sadar bahwa sebenarnya ia telah terjebak dalam prilaku narsisme. Bahaya prilaku narsisme sendiri merupakan hal yang sangat urgent seharusnya, namun masih banyak pula orang-orang yang malah menikmati kesenjangan mental yang mereka alami itu.

NARSISME

Sigmund Freud, merupakan orang pertama yang mempopulerkan istilah narsisme dan menjelaskan kepribadian seseorang yang memiliki perasaan ingin dipuji dalam segala hal yang dilakukan, kurang memiliki empati, dan merasa iri kepada orang yang dianggap lebih dari dirinya, berikut merupakan akar dari istilah narsisme:

Istilah narsis diadaptasi dari tokoh mitos Yunani, Narcissus. Narcissus sangat terobsesi pada wajahnya yang rupawan, sehingga ia dikutuk untuk mencintai bayangannya sendiri pada kolam di dalam hutan. Tanpa sadar iapun mencoba meraih bayangannya hingga tenggelam kedalam kolam tersebut.

Narsisme kini menjadi istilah populer yang sudah membudaya, dimana istilah ini digunakan dengan seenaknya. Hasil observasi dan wawancara menyatakan bahwa narsisme merupakan salah satu istilah yang digunakan masyarakat umum untuk menggambarkan seseorang dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

Narsisme dengan kata lain merupakan suatu kesenjangan prilaku dimana seseorang terlalu mencintai dirinya secara berlebih-lebihan. Seseorang dengan gangguan narsisme cenderung Sifat narsisme ini sudah ada dalam diri manusia sejak lahir, namun jika narsisme ini berlebihan dapat dinilai juga sebagai gangguan mental. Bila dilihat dari luar seorang dengan gangguan narsisme mungkin terlihat sangat puas dengan dirinya sendiri. Tindakan yang mengagumi diri sendiri inilah yang membuat banyak orang cenderung melakukan hal-hal yang berlebihan dimana kebiasaan sehari-hari mereka menjadi lebih dari hari-hari biasanya ketika mereka mulai membuat sebuah karya melalui video yang mereka buat dan mereka upload dalam media sosial seperti tiktok. Namun hal sebaliknya justru terjadi, penelitian terbaru mengungkapkan, seseorang yang memiliki narsisisme justru mengalami penderitaan emosional ketika melihat videonya sendiri

Terungkap dalam sebuah penelitian yang berjudul "kecenderungan narsistik dengan antusias penggunaan aplikasi tiktok". Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa salah satu ancaman pada Kesehatan mental ialah narsisme.  Narsisme nampakya tak asing lagi kaitannya dengan kata pengaguman dan pengakuan.

TIKTOK 

Yang dikonsumsi secara berlebihan atau dengan intensitas tinggi, merupakan satu dari beberapa cikalbakal individu menjadi narsistik. Narsistik tentu memegang peran terpenting dalam penggunaan aplikasi tiktok dengan intensitas tinggi. Sebab dalam aplikasi sosial media ini secara langsung memfasilitasi mereka dengan kecenderungan narsistik untuk lebih ekspresif dalam berambisi untuk menunjukkan kepada dunia sosial luar akan meraih komentar dan pengaguman terhadap dirinya. Terlalu sering bermain tiktok berasal dari keinginan individu meraih perhatian dari orang lain. Hal tersebut berdampak pada prilaku individu yang semakin ketagihan dalam memposting konten-konten terkait dirinya sekalipun itu merugikan dirinya sendiri.

Media sosial seperti tiktok ini juga cenderung menjadi wadah pemuas diri bagi mereka yang haus akan perhatian, kekaguman terhadap diri sendiri, hingga untuk sekedar memamerkan dirinya kepada publik. Mereka dengan kecenderungan narsistik juga memiliki prasangka bahwa dirinya jauh lebih baik dibandingkan orang lain. Mereka lebih pintar, mereka lebih menarik, dan mereka pun merasa bahwa dirinya sempurna. Maka dari itu orang dengan kesenjangan mental ini, rentan mengalami rasa kecewa sehingga sukar untuk mengontrol prilaku dalam beraktivitas yang membuat dirinya senang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun