Mohon tunggu...
Salma  Ayunda
Salma Ayunda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak ada keterlambatan dalam berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Arti Sebuah Penilaian

8 November 2021   15:31 Diperbarui: 8 November 2021   15:44 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah penilaianmu. Jika kamu melihat dan menilaiku baik maka aku adalah sesuatu yang baik. Sebaliknya, jika kamu melihat dan memandangku buruk maka aku adalah sesuatu yang buruk.                                                                                           ~Salma Ayunda~

Penilaian menjadi sesuatu yang tidak pernah tertinggal dalam segala bidang kehidupan. Setujukah mentemen dengan argumen tersebut? Pastinya ada yang setuju dan ada yang tidak setuju dengan argumen tersebut. 

Kesetujuan dan ketidak setujuan mentemen tersebut juga sudah masuk dalam penilaian. Mentemen secara tidak langsung sudah menilai kebenaran dari satu argumen pembuka pada pembahasan kita kali ini.

Mengapa saya berargumentasi bahwa penilaian tidak pernah tertinggal dalam segala bidang kehidupan? Disini saya akan menjelaskan tentang argumen tersebut. 

Coba kita lihat penilaian di bidang kehidupan umum atau bermasyarakat. Hal ini tidak hanya dirasakan dan dilakukan oleh sebagian orang di dunia, namun mayoritas orang melakukan penilaian setiap harinya dalam kehidupan bermasyarakat. 

Penilaian tersebut bisa dilakukan kepada tetangga, saudara, publik figur, bahkan kepada hewan dan tanaman pun manusia mampu menilainya. Tetapi, mayoritas manusia melakukan penilaian dalam bermasyarakat tidak menggunakan prosedur yang berlaku dalam penilaian. 

Mayoritas manusia melakukan penilaian hanya dengan kaca mata luarnya, tanpa melakukan penelitian, telaah dan lain sebagainya. 

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa," Aku adalah penilaianmu. Jika kamu melihat dan menilaiku baik maka aku adalah sesuatu yang baik. 

Sebaliknya, jika kamu melihat dan memandangku buruk maka aku adalah sesuatu yang buruk". Kata tersebut mungkin yang mewakili makna dari penilaian tanpa melakukan prosedur yang harusnya dilakukan dalam penilaian.

Penilaian seperti pemaparan diatas merupakan implementasi penilaian secara umum dan bebas. Berbeda dengan penilaian yang bersifat formal, misalnya penilaian yang dilakukan pada instansi dan manajemen yang ada di dalamnya. 

Penilaian dalam bidang ini dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Satu contoh penilaian dalam kelayakan suatu sekolah atau yang biasa disebut akreditasi. 

Penilaian akreditasi tentunya tidak dilakukan secara bebas dan sembarangan, namun mengikuti prosedur tertentu. 

Bahkan dalam akreditasi, orang yang akan menilaipun diperhatikan. Artinya, orang yang terpilih untuk menilai atau assesor akreditasi pastinya sudah dilakukan pemilihan secara selektif dengan melakukan penilaian juga. 

Biasanya terdapat tes masuk menjadi assesor dan persyaratannya. Dengan begitu, akan bisa dipastikan tingkat validitas dari penilaian yang dilakukan dalam penilaian formal.

Pemaparan selanjutnya adalah penilaian pada Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai media pembelajaran yang terdapat di sekolah ataupun di rumah. 

Penilaian APE sama dengan penilaian yang bersifat formal. Penilaian APE tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, namun dalam melakukan penilaian terhadap APE atau uji validitas terhadap APE harus dilakukan oleh orang yang benar-benar mahir di bidang media pembelajaran. 

Hal itu dikarenakan dalam penilaian APE terdapat beberapa kategori yang harus dinilai. Kategori yang harus dinilai dalam APE salah satunya adalah fungsi dari APE itu sendiri. Nah, tentunya kita bisa menilai fungsi dari APE ketika sudah diaplikasikan dan kita mengerti ilmu tentang APE. 

Oleh karena itu, validator dari penilaian APE harus orang yang paham tentang APE, terkait persyaratan pembuatan APE, konsep desain APE, tujuan pembuatan APE, fungsi dari APE dan perihal lain tentang APE. 

Hal tersebut sebagai komponen penting dan utama dalam penilaian APE. Bagaimana kita bisa menilai, jika kita sendiri tidak mengerti apa yang harus dinilai? Kita akan mengerti apa yang akan kita nilai, jika kita memahami dan mengerti ilmu tentang sesuatu yang akan kita nilai tersebut.

Selanjutnya, mari kita pelajari bersama-sama kategori penilaian yang dilakukan oleh validator atau penilai dalam melakukan penilaian APE:

Persyaratan Alat Permainan Edukatif (APE) meliputi syarat edukatif, syarat teknis, syarat estetika, dan syarat bermain.

  1. Syarat edukatif maksudanya adalah Alat Permainan Edukatif (APE) harus memberikan pembelajaran dalam pengembangan dan pertumbuhan anak. APE yang diciptakan harus memberikan stimulus pada perkembangan anak. Oleh karena itu dalam menilai APE, penilai harus memperhatikan,"apakah APE yang diciptakan sudah memenuhi syarat edukatif atau APE yang diciptakan hanya terlihat menarik dan bagus, akan tetapi tidak memberikan implikasi terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak".
  2. Syarat yang kedua yakni syarat teknis. Dalam APE syarat teknis meliputi teknis pemilihan bahan, teknis pembuatan dan teknis pemakaian. Teknis pemilihan bahan dilakukan supaya bahan yang digunakan untuk APE bahan yang benar-benar sesuai dengan tahapan usia anak dan berkualitas sehingga menjamin keamanan dan kenyamanan ketika digunakan oleh anak. Memperhatikan teknis pembuatan juga tidak kalah penting, tujuannya untuk menjaga kesterilan dan kesesuaian APE untuk digunakan oleh anak. selanjutnya dan terakhir adalah teknis pemakaian yang memang harus diperhatikan dan disesuaikan dengan usia anak. Jika terjadi kesalahan dalam teknis pemakaian maka APE tidak bisa bekerja secara maksimal pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Misalnya APE yang harusnya dipakai untuk anak usia 2-3 tahun, namun diberikan kepada anak usia 7-12 bulan, tentunya hal tersebut akan menimbulkan bahaya kepada anak karena APE sudah dirancang dan dibuat sesuai dengan tahapan usia anak. Ingat, setiap tahapan usia anak juga berbeda tahapan perkembangan dan pertumbuhan yang harus dicapai.
  3. Syarat selanjutnya yaitu syarat estetika. Maksudnya, APE yang dibuat harus tetap memperhatikan keindahan, keunikan sehingga menghadirkan ketertarikan atau daya tarik yang tinggi kepada anak. Hal ini juga tidak bisa melepaskan tahapan usia anak. Misalnya APE yang kita ciptakan untuk anak usia 7-12 bulan, APE harus yang menarik berwarna-warni, bergambar, berbunyi dan bersuara karena pada tahap ini anak masih pertama kali mengembangkan sensor motor yang ada pada dirinya dan pemahaman anak hanya melalui sensor motor atau panca inderanya.
  4. Syarat yang terakhir yakni syarat bermain. Selain mengedukasi, APE yang diciptakan juga harus memperhatikan dunia anak yaitu bermain. Tujuannya adalah supaya anak tidak mudah bosan dalam mengaplikasikan APE dan edukasi yang diberikan oleh APE bisa maksimal karena ketika anak merasa dirinya sedang bermain, anak akan mudah memahami, nyaman dan sukarela dalam menjalankannya. Tanpa disadari oleh anak jika dia tidak hanya bermain namun juga sedang belajar.

Demikianlah pemaparan tentang syarat APE yang harus dipahami oleh penilai atau validator, karena kategori penilaian APE terdapat dalam syarat-syarat yang sudah dijelaskan di atas. Cukup sekian tulisan dan pembahasan kita hari ini, tetap semangat dan terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun