Mohon tunggu...
Salma  Ayunda
Salma Ayunda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak ada keterlambatan dalam berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mainanku Sumber Belajarku

25 Oktober 2021   14:42 Diperbarui: 25 Oktober 2021   14:48 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Main terus kerjaannya, belajar yuk belajar!

Ungkapan kesal yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya, terutama ibu. Bukan hanya kepada anak yang sudah remaja ataupun dewasa. Kalimat tersebut tidak jarang juga diungkapkan kepada anak kecil. Belajar sudah umum dipandang oleh manusia sebagai kegiatan dimana anak atau seseorang membaca, menulis, terdapat buku, tenang dan fokus. Hal tersebut deskripsi belajar dari mayoritas orang. Faktanya, definisi belajar tidak hanya sampai disitu. 

Definisi dari belajar sangatlah luas. Menurut saya, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman seseorang sehingga bisa memberikan perubahan dan peningkatan positive things dalam hidup manusia.  Berdasarkan penjelasan saya mengenai belajar, pasti terselip dalam hati kalau bermainnya anak-anak juga termasuk kegiatan belajar. Iya pastilah, belajarnya anak memang melalui bermain. Bermain memberikan banyak ilmu kepada anak. Oh iya, kita juga jangan memandang ilmu hanya sebatas apa yang harus di hafal anak dan anak mendapatkan juara atau prestasi. 

Definisi dari ilmu cukup luas dan ilmu juga memiliki banyak bidang.  Apakah anak bisa berbicara sudah bisa dinamakan ilmu? Jangankan anak bisa berbicara, anak bisa menarik sesuatu yang kecil, misalnya menarik-narik bajunya sendiri. Hal tersebut sudah bisa dinamakan ilmu baru yang didapatkan anak. Anak mampu mengkoordinasikan antara tangan dan kognitifnya dengan baik. Kebiasaan inilah mungkin yang harus kita pelajari lebih mendalam sebelum menjadi buibu. Belajar lagi tentang bagaimana anak belajar dan hal atau kegiatan apa saja yang bisa dikatakan belajar anak.

Berbicara tentang belajar anak yang kita ingat satu hal, belajar melalui bermain. Mengapa harus menerapkan belajar melalui bermain pada anak? Ya buibu sudah tahulah kalau bermain memang sudah menjadi dunianya anak. Buibu ataupun cikgu juga sudah tahulah karakteristik dari anak yang begitu unik dan khas. Karakteristik yang melekat pada diri anak salah satunya adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dikarenakan anak dilahirkan dalam keadaan belum mengerti apa saja yang terdapat di lingkungannya. Anak mungkin hanya mengenali ayah dan ibunya untuk pertama kalinya. 

Nah, dengan begitulah ketika anak tumbuh, anak akan banyak mengeksplor dunianya dan ingin tahu setiap hal yang ditangkap oleh panca inderanya dan hal ini akan berlanjut hingga dewasa. Namun seiring bertambahnya usia, rasa ingin tahu itu semakin rendah. Jadi, kalau begitu kita harus memperlihatkan atau memberikan fasilitas kepada anak yang baik-baik dong supaya perkembangan dan pertumbuhan anak juga baik? Ya bisa dikatakan begitulah buibu. Disitulah alasan kita memberikan belajar anak melalui bermain. Tapi ingat, tugas kita sebagai fasilitator dan juga filtator dalam kegiatan bermain anak. Kita harus memberikan anak permainan yang memberikan implikasi baik kepada anak.

Memberikan fasilitas permainan kepada anak tidak bisa sembarangan. Kita juga harus mengenali manfaat atau implikasi yang akan didapatkan anak dari alat bermainnya tersebut. Apa ya kira-kira alat bermain yang memberikan edukasi kepada anak apa ya? Iya benar sekali, Alat Permainan Edukatif (APE) seperti yang sudah kita bahas di tema-tema sebelumnya. APE memberikan kontribusi besar pada kegiatan belajar anak. Tema-tema sebelumnya kita sudah membahas tentang kontribusi APE pada perkembangan kognitf anak dan perkembangan fisik motorik anak. Tulisan hari ini, kita akan membahas kontribusi APE pada perkembangan atau kegiatan belajar bahasa anak. Apakah APE yang bisa digunakan untuk anak belajar aspek bahasanya? 

Perkembangan bahasa anak merupakan aspek yang utama yang harus berhasil dicapai dalam proses perkembangannya. Anak melakukan komunikasi dan interaksi sosial melalui bahasa. Anak mengungkapkan emosi dan keinginannya juga melalui bahasa. Oleh karena itu, bisa dibilang kalau aspek bahasa menjadi aspek vital yang harus berhasil dikembangkan dengan baik sesuai dengan tahapan perkembangannya. Aspek bahasa yang meliputi berbicara, membaca, menulis dan menyimak. Empat aspek tersebut harus berhasil dikembangkan sedini mungkin. Bagaimana metode mudah yang bisa membantu untuk mengembangkan keterampilan berbahasa anak?

Bermain melalui APE bisa dijadikan salah satu metode mudah untuk mengembangkan keterampilan berbahasa anak. Oh iya, penulis punya contoh yang mungkin tidak sedikit orang yang merasakan ataupun melihat. Contoh yang dimaksud adalah ketika anak bermain dengan mainannya dan anak suka mengajaknya berbicara. Sejak kecil, penulis juga melakukan hal itu. Dulu, saya sangat menyukai boneka. Saya banyak menghabiskan masa kecil saya dengan bermain boneka dan masak-masakan bersama dengan teman-teman. Saya sangat ingat ketika saya bermain sendiri dengan boneka barbie. Saya mengajaknya berbicara selayaknya teman saya. 

Saat sudah semakin besar dan sudah punya rasa malu, saya baru berpikir dan sadar kalau hal itu memalukan dan sangat konyol. Tapi setelah saya mengerti tentang  bagaimana keterampilan bahasa berkembang pada anak, saya merasa sangat bersyukur. Bersyukur karena orang tua tidak melarang ketika saya sering berbicara bersama mainan dan boneka saya bahkan sangat memberikan fasilitas dengan membelikan boneka baru supaya semakin banyak teman berbicara. 

Suatu hari, ibu saya juga pernah membelikan saya boneka tangan ayam jago dan harimau. Saya melihat ibu mendongeng menggunakan dua boneka tangan tersebut. Selanjutnya saya mencoba mengikuti apa yang dilakukan oleh ibu dan akhirnya suka bercerita dengan menggunakan boneka. Ternyata hal sepele seperti itu (hanya dengan membiarkan anak berbicara dengan mainannya) bisa memberikan kontribusi pada keterampilan bahasa anak. Sewaktu kecil, saya sering mengikuti lomba bercerita, pidato, puisi dan juga menjadi master of ceremony sampai masa sekolah menengah. 

Sekarang? Sayangnya, sekarang saya kurang suka dengan public speaking padahal saat kecil- masa sekolah menengah saya sangat percaya diri berbicara. Sekarang lebih suka kepada menulis, menuliskan daily activity di buku diary dan lebih suka ke tugas menulis daripada presentasi, hehehehe. Jika teman-teman menanyakan penyebabnya, sayapun sampai detik ini masih belum tahu apa penyebabnya:(

Eh eh mohon maaf, kok jadi curhat. Intinya, ketika anak berbicara sendiri dengan mainannya jangan pernah melarang atau menegurnya. Fase itu memberikan banyak kontribusi pada perkembangan bahasa anak. Anak akan mengenal banyak kosa kata yang tidak dia sadari. Langkah lebih baiknya adalah kita menambah fasilitas Alat Permainan Edukatif (APE) lainnya yang bisa membantu perkembangan bahasa anak, misalnya buku bergambar, buku tebak-tebak an, buku cerita bergambar, membuatkan boneka jari, boneka tangan dan masih banyak lagi APE yang bisa digunakan untuk perkembangan bahasa anak apalagi di zaman modern saat ini. Sekian tulisan hari ini, terima kasih dan tetap semangat untuk kita semua:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun