Mohon tunggu...
Salma  Ayunda
Salma Ayunda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak ada keterlambatan dalam berproses

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Puzzle dan Balok Kayu

18 Oktober 2021   14:05 Diperbarui: 18 Oktober 2021   14:24 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

~Kita sama tapi tak serupa

Aku adalah sebuah benda. Hidupku sangat sederhana namun berguna. Berguna bagi siapa saja yang berinteraksi denganku. Aku memiliki banyak rangka dalam satu tubuh. 

Unik dan menarik sudah menjadi karakterku. Dalam hidup, sering kali aku diremehkan dan di pandang sebelah mata. Namun dari situlah akan tampak siapa sebenarnya aku. Coba tebak, siapakah aku?

Iya, tepat sekali. Aku adalah sebuah alat bermain, biasanya orang-orang memanggilku puzzle. Aku terkenal sebagai alat bermain yang mengasah otak. Rangka badanku bisa di lepas kemudian harus di rangkai lagi supaya aku bisa terlihat indah. Aku bekerja secara fleksibel. Terkadang aku di rumah, di sekolah bahkan di mobil. Kegunaanku sangat banyak sekali. Disini aku akan menceritakan bagaimana perjalanan hidupku selama ini.

Suatu hari aku sedang bermain dengan teman-teman di sebuah kotak kaca yang selalu bersih setiap hari. Dalam sebuah kotak kacaa tersebut teman-temanku sangat banyak, ada si balok kayu, playdough, mobil-mobilan, boneka, buku cerita, slime dan banyak lagi lainnya. Namun diantara teman-temanku tersebut, ada satu teman yang paling aku benci namanya balok kayu. Kenapa membenci? Iya, aku benci sama balok kayu karena dia sangat suka membanggakan dirinya sendiri dan sombong. Balok kayu merasa kalau dirinya paling bermanfaat dan paling banyak yang menyukainya. Padahal banyak temanku yang lebih pintar dan menarik dari dia. Namun meskipun aku membencinya, aku tetap berusaha bersikap baik kepadanya. Aku ingin menghilangkan sifat sombongnya secara baik, dengan nasehat dan cerita-cerita yang menghibur. Akankah aku berhasil meluluhkan hati balok kayu untuk tidak membanggakan dirinya dan menghilangkan sikap sombongnya? 

Sedih. Iya, aku sedih karena ternyata aku harus berpisah dengan teman-teman. Aku memiliki tuan rumah baru. Aku dibawa ke sebuah tempat yang memberikan aku tempat yang luas dan bebas untuk bergerak. 

Namun aku tetap sedih karena harus berpisah dengan teman-teman lamaku terutama balok kayu. Harapanku untuk mengubah balok kayu dari sifat sombongnya pun pudar. 

Namun aku tetap berdo'a supaya bertemu kembali dengan balok kayu yang sombong tersebut. Meskipun sebenarnya di tempat baruku juga ada balok kayu, namun dia baik dan ramah kepada temannya. Aku berharap bisa di pertemukan lagi dengan balok kayu yang sombong dan memperkenalkannya pada balok kayu yang ramah dan baik, temanku sekarang disini.

Oh iya, aku belum bercerita bagaimana aku di tempat baruku sekarang. Aku mulai ceritanya ya. 

Tempat baruku sekarang adalah sebuah taman pendidikan kelompok bermain anak yang setiap harinya rame dan banyak sekali anak belajar. Mereka juga belajar bersama denganku dan teman-temanku lainnya. 

Disini aku mempunyai delapan saudara yang sama sepertiku, kita hanya berbeda gambar dan warna. Nah, pada hari ini kebetulan aku dan delapan saudaraku harus menjalankan tugas sebagai media pembelajaran. Apa saja sih tugasku dan delapan saudaraku sebagai media pembelajaran? 

1. Aku dan delapan saudara bertugas sebagai coach dalam pengembangan kemampuan kognitif anak

2. Kita juga bertugas untuk melatih ketelitian dan kesabaran anak

3. Kita bertugas menjadi pengasah motorik halus anak

Nah, dari ketiga tugas kita di atas yang paling penting dan harus benar-benar kita laksanakan dengan baik adalah tugas yang pertama. Kita menjadi mentor atau coach anak dalam kemampuan kognitifnya. 

Jadi, teman-teman perlu tahu bahwa sebelum bertugas kita juga perlu belajar tentang kognitif anak supaya kita bisa maksimal dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak. Hal apa saja yang aku dan delapan saudaraku harus pahami dan pelajari dengan benar tentang kemampuan kognitif anak? 

Tepat sekali tebakan teman-teman. Hal pertama yang kita pelajari adalah tahapan kognitif anak. Dengan kita mengetahui tahapan kognitif anak, aku dan teman-temanku bisa memilih tingkat kemudahan ataupun kesulitan yang harus kita berikan kepada anak. Yuk, ikut aku dan saudara-saudaraku belajar tentang tahapan kognitif menurut Jean Piaget:

  • Tahap sensori motor, tahap ini terjadi pada anak 0-2 tahun. Dimana anak masih baru mengenal lingkungannya menggunakan sensori motor atau panca inderanya. Oleh karena itu, pada tahap ini anak bisa mengajak aku dan saudara-saudaraku bertugas untuk melatih kognitifnya namun yang masih memiliki sedikit rangka dan gambar yang sederhana (satu objek gambar). Maksimal saudaraku yang memiliki 6 rangka pada tubuhnya nih. 
  • Tahap pra-operasional, tahap ini terjadi pada anak usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak sudah berpikir simbolis. Artinya anak sudah mampu mempresentasikan lingkungannya menggunakan kata-kata dan gambar. Anak belum mampu berpikir secara logis, sistematis dan konsisten. Nah, pada tahap ini anak bisa mengajak bermain aku untuk melatih kemampuan kognitifnya yang hanya memiliki 8-16 rangka dalam tubuh dan gambar yang cukup banyak misalnya seperti aku bergambar pemandangan bawah laut.
  • Tahap operasional konkret, tahap ini terjadi pada anak usia 7-11 tahun. Seperti yang kita ketahui bahwa anak pada usia tersebut sudah mampu berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi kepadanya. Selain itu anak juga sudah mampu mengklasifikasikan benda ke dalam bentuk yang berbeda-beda. Sehingga pada usia ini saudaraku yang bisa menjadi partner untuk mengembangkan kognitifnya adalah yang memiliki 20-30 rangka dalam tubuh dan gambarnya pun sudah mulai rumit, misalnya gambar pedesaan.
  • Tahap operasional formal, tahap ini terjadi pada anak usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini kemampuan kognitif seseorang sudah cukup tinggi. Seseorang sudah bisa berpikir secara abstrak, logis dan idealis. Seseorang sudah mampu memikirkan sebab-akibat yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya. Sehingga pada tahap ini saudaraku yang bisa melatih kemampuan kognitifnya adalah yang memiliki 30-100 rangka dalam tubuhnya dengan variasi gambar yang rumit, misalnya gambar 2 dimensi yang terlihat seperti lukisan bukan kartun.

Itu tadi sedikit penjelasan dari aku mengenai hal tentang perkembangan kognitif yang harus aku dan saudara-saudaraku pahami dan pelajari sebelum menjadi partner dalam melatih dan mengembangkan kemampuan kognitif manusia, termasuk anak. 

Yah, tak terasa ya pembahasan kita sudah banyak sekali padahal aku belum bercerita dan bertemu dengan si balok kayu yang sombong itu. 

Kapan ya aku bisa bertemu dengan dia? Aku sangat ingin mengubah sifat sombongnya itu dan aku ingin mengenalkannya pada temanku balok kayu yang ramah dan baik disini. 

Kalau begitu kita sambung lagi di tulisan selanjutnya ya, do'akan ya mentemen semoga aku bertemu dan hidup bersama lagi dengan si balok kayu yang sombong. Jika sudah bertemu, do'akan aku bisa merubah sifat sombongnya menjadi seperti padi ya. Semakin berisi akan semakin merunduk. Sekian, sampai jumpa dan terima kasih:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun