3. Pengalaman traumatis
Seseorang yang mengalami kejadian traumatis mungkin merasa bersalah atas apa yang terjadi, bahkan jika mereka adalah korban dalam situasi tersebut.
Self-blaming dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Ini dapat menyebabkan peningkatan stres, kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.Â
Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi self-blaming dan belajar bagaimana mengatasi perasaan tersebut. Terkadang, self-blaming mungkin merupakan indikasi dari masalah kesehatan mental yang lebih besar dan memerlukan dukungan profesional, seperti konseling atau terapi, untuk membantu seseorang mengatasi perasaan ini.
Aaron T. Beck  (1976) menyatakan bahwa self-blaming adalah bentuk dari kognitif distorsi, di mana individu cenderung menyalahkan diri sendiri tanpa dasar yang kuat. Beck menulis tentang ini dalam bukunya yang berjudul "Cognitive Therapy and the Emotional Disorders.Â
Martin Seligman (1988) mengemukakan bahwa orang-orang yang sering menyalahkan diri sendiri untuk kejadian negatif mungkin cenderung memiliki atribusi internal yang tinggi.Â
 Individu memiliki keyakinan tentang kemampuan mereka untuk mengatasi situasi dan mengendalikan tindakan mereka. Dalam konteks self-blaming, Bandura telah mengkaji bagaimana tingkat self-efficacy individu dapat mempengaruhi perilaku self-blaming (Albert Bandura, 1997).Â
Sedangkan Karen Horney (1950) berpendapat bahwa ketika individu merasa inferior atau merasa tidak mencukupi, mereka cenderung menyalahkan diri sendiri sebagai cara untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif ini.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa self-blaming, atau penyalahgunaan diri sendiri, adalah perilaku atau kecenderungan di mana seseorang cenderung menyalahkan diri sendiri atas masalah, kegagalan, atau kesalahan yang terjadi, bahkan jika mereka mungkin tidak sepenuhnya atau sama sekali tidak bertanggung jawab atas situasi tersebut. Ini melibatkan perasaan bersalah, rasa malu, atau perasaan tidak berharga yang mungkin muncul ketika seseorang merasa bahwa mereka adalah penyebab dari masalah atau kesalahan, bahkan jika faktor-faktor lain juga terlibat.
Self-blaming bisa muncul dalam berbagai situasi dan dapat bersifat internal atau eksternal. Beberapa contoh situasi di mana self-blaming sering muncul yaitu adanya kegagalan pribadi.Â
Seseorang mungkin menyalahkan diri sendiri atas kegagalan dalam prestasi pribadi, seperti pekerjaan yang gagal atau nilai buruk di sekolah, meskipun faktor-faktor lain juga dapat memengaruhi hasil tersebut.Â