Mohon tunggu...
Salma Putri Aditian
Salma Putri Aditian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4

please, could you put me to rest?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Eco Enzyme Lindungi Negeri

19 Februari 2022   18:22 Diperbarui: 19 Februari 2022   18:27 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghujung September 2021 kemarin, tepatnya hari Kamis pada detik-detik berakhirnya jam pembelajaran Ppkn, guru yang memandu pembelajaran memohon izin. Beliau bilang, ada sesuatu yang beliau harus sampaikan. Pada intinya, seluruh murid ditugaskan untuk membuat sebuah hal yang saya sendiri asing dengarnya, Eco Enzyme. Beliau tunjukkan contoh media dari hal tersebut yang telah dibuat anak dari beliau.

Bingung? Tentu.

"Apa korelasi nya pelajaran ini dengan benda itu?"

"Belajar Ppkn rasa Biokimia"

"Apa sih.. gimana-gimana?"

Kira-kira begitu tanggapan seisi kelas saat itu. Bagaimana tidak? Kita betul-betul belum akrab dengan hal yang beliau sebut Eco Enzyme itu. Bahkan belum tahu fungsi sungguhnya apa. Tugas bertambah satu sejak saat itu. Tugas yang bukan terlalu ringan juga, karena harus tersimpan baik selama tiga bulan kedepan. Tapi, saya temukan banyak hal baik dari tugas ini. Bahwa Eco Enzyme dapat lindungi negeri kita, Indonesia. 

Jadi, apasih itu Eco Enzyme?

Dilansir dari Warta DLH, menurut Atiek Mariati yang juga merupakan relawan Eco Enzyme dari Kapanewon Kalibawang, menerangkan bahwa Eco Enzyme merupakan cairan alam serbaguna yang merupakan hasil fermentasi dari gula, sisa kulit buah/sayuran dan air.

Eco Enzyme dikembangkan pertama kali oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand yang melakukan penelitian sejak tahun 1980-an dan kemudian dikembangkan secara lebih luas oleh Dr. Joean Oon, dari Malaysia.

Dilansir dari sumber media lain yaitu CNN Indonesia, gagasan Dr. Poompanvong adalah untuk mengolah enzim dari sampah-sampah organik yang biasanya kita buang ke tempat sampah menjadi pembersih organik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Eco Enzyme merupakan cairan serbaguna bagi alam yang dihasilkan dari pengendapan sari-sari atau fermentasi sampah organik (disini saya pakai kulit buah) yang dicampur gula dan air selama tiga bulan lamanya.

Saya lakukan pembuatan Eco Enzyme tertanggal 10 Oktober 2021. Terbilang cukup telat bagi saya. Karena teman-teman kelas saya telah melakukannya jauh sebelum tanggal 10 Oktober 2021. Proses pembuatannya pun bahan yang dibutuhkan terbilang sangat mudah. Yaitu sebagai berikut:

Bahan yang dibutuhkan:

  • 300gr kulit buah (saya pakai kulit Apel, kulit Jeruk, dan kulit Salak)
  • 100gr gula merah
  • 1000gr air

Proses pembuatan:

  • Masukkan 1000gr air pada botol plastik bersih (saya pakai botol plastic bekas minyak)
  • Masukkan 100gr gula merah kedalam botol berisi air, lalu aduk hingga larut
  • Masukkan 300gr kulit buah
  • Tutup botol dan simpan selama tiga bulan
  • Pada satu minggu pertama jangan lupa untuk membuka tutup botol sesekali, untuk mengeluarkan gas yang ada di dalam sehingga Eco Enzyme tidak meledak

Setelah didiamkan selama tiga bulan, Eco Enzyme diharapkan memiliki bau yang segar, dan berwarna coklat. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa Eco Enzyme memiliki kandungan aktivitas amylase, protase, dan lipase aktif. Selain itu, fermentasi Eco Enzyme menghasilkan alcohol dan asam asetat bersifat disinfektan.

Eco Enzyme juga banyak manfaatnya loh! Ia bisa dijadikan sebagai disinfektan, cairan pembersih lantai, penetralisir racun limbah pada sungai, bahkan bisa dijadikan sebagai pupuk cair juga. Dilansir dari DPKP DIY, pupuk cair dari Eco Enzyme dapat merangsang hormone tanaman yang dipercaya dapat meningkatkan kualitas buah atau sayuran juga meningkatkan hasil panen.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia menyebutkan bahwa sampah organik (sisa makanan) merupakan penyumbang terbesar dari presentase timbunan sampah di Indonesia. Yang mencapai 57% pada 2016, sedangkan 2020 turun menjadi 39,7%. Bisa dilihat kan bahwasannya sampah sisa makanan merupakan yang paling banyak dari tahun ke tahun.

Dengan kita membiasakan diri dalam pembuatan Eco Enzyme, secara tidak langsung kita juga berperan serta akan hal yang dapat memicu kepedulian terhadap negara, yaitu membantu mengurangi limbah sampah sisa makanan. Jika sudah terbiasa, maka itu akan jadi rutinitas. Rutinitas baik yang patut diapresiasi. Teman-teman semua juga dapat ajak orang-orang terdekat untuk mulai lakukan fermentasi Eco Enzyme.

Manfaat yang saya rasakan setelah membuat Eco Enzyme juga cukup baik. Pertama, karena harus mengumpulkan cukup banyak kulit buah, jadi saya harus mengkonsumsi buahnya dulu. Itu baik bagi kesehatan bukan? Kedua, saya rasa lebih baik jadikan kulit buah menjadi Eco Enzyme daripada membuatnya membusuk di tempat sampah.

Jadi, tunggu apa lagi? Kalau makan buah, kulitnya jangan dibuang ya! Saya tunggu pembuatan Eco Enzyme dari teman-teman semua! Ingat, kita bisa selamatkan Indonesia hanya dengan satu botol Eco Enzyme minimal. Perubahan dapat dimulai dari diri sendiri. Salam bebas sampah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun