Mohon tunggu...
Salma Alfitri Nurulaini
Salma Alfitri Nurulaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Manusia awam pada umumnya yang berusaha sedikit lebih istimewa di mata Allah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebuah Opini: Siapa yang Harus Disalahkan dalam Pelecehan Seksual?

26 Juni 2024   20:50 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:58 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari RRI.co.id (sumber: istimewa)

Jadi siapa yang harus disalahkan?

Saya adalah perempuan, tetapi bukan berarti saya akan sepenuhnya berpihak kepada perempuan dan menuduh laki-laki. Di sini saya akan melihat keduanya berada di posisi yang seimbang. Fifty fifty.

Pertama, laki-laki sebagai manusia yang diciptakan Tuhan dengan fisik yang lebih tegap ada bukan untuk menyakiti perempuan. Laki-laki dengan tubuhnya yang sedikit lebih besar dari perempuan ada untuk melindungi kaum Hawa. Perlu ditekankan bahwa laki-laki harus memahami jika ia nekat 'menyakiti' perempuan, bukan saja ia telah melakukan tindakan kriminal yang mencoreng nama baiknya untuk selamanya, tetapi juga menimbulkan trauma tak berkesudahan bagi korban. Jika masih tak menghiraukan alasan ini, maka mungkin masih ada yang salah dengan mentalnya. Saya tidak bercanda, karena banyak sekali kasus pelecehan seksual yang diinisiasi oleh orang-orang dengan gangguan mental. Orang-orang seperti ini tentunya sudah tak lagi memikirkan soal kemanusiaan ketika melancarkan aksinya. Mereka tak sempat kepikiran dampak yang dirasakan korban nanti; rasa sakit di hati dan tubuh yang kadang-kadang tak bisa diobati, dijauhi dan diasingkan teman, bahkan ada yang harus sampai melahirkan anak yang tak mereka kehendaki.

Lalu, apa yang harus dilakukan jika tidak bisa menahan hawa nafsu untuk melakukan 'itu'?

Lakukan dari yang paling sederhana yaitu dengan memalingkan pandangan dari bagian-bagian tubuh perempuan yang dapat menimbulkan pikiran-pikiran kotor, buruk, bahkan jahat. Jika masih belum berhasil, lakukanlah aktivitas yang sehat dan menyenangkan agar mengisi otak dengan pikiran-pikiran yang lebih baik dan berkualitas sehingga tidak sempat untuk memikirkan hal-hal kotor seperti pergi ke taman hiburan, membaca buku, jogging, mendengarkan musik, berolahraga, dan masih banyak lagi. Jika belum juga berhasil, masih ada cara terakhir yakni pergi ke tenaga profesional seperti psikolog. Konsultasikan semua keluhan psikis Anda agar tenaga profesional dapat membantu Anda menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan lupa juga untuk semakin meningkatkan ibadah sesuai kepercayaan Anda sendiri karena Tuhan akan membantu Anda dalam menemukan solusinya dengan lebih mudah.

Kedua, perempuan, kaum saya. Sifat kebanyakan perempuan yang perasa dan lembut adalah pelengkap hidup laki-laki. Perempuan adalah penyayang bagi laki-laki, dan laki-laki adalah pelindung bagi perempuan. Begitulah cara kerjanya. Tetapi sangat disayangkan sekali, dalam kasus pelecehan seksual, perempuan paling banyak berada di posisi sebagai korban. Alasannya karena perempuan itu 'dianggap' lebih lemah sehingga lebih mudah 'dikuasai'. Akan tetapi, alasan tersebut dapat segera dibantah. Akhir-akhir ini perempuan semakin berani dalam menyuarakan pendapatnya--termasuk saya sendiri yang sekarang sedang menulis sebuah tulisan opini. Perempuan semakin kuat dengan cara melindungi sesama perempuan melalui gerakan-gerakan yang nyata. Belum lagi banyaknya organisasi feminis yang jumlahnya terus berkembang, semakin tak terkalahkan-lah kaum ini.


Namun, Anda patut mengetahui bahwa faktor terjadinya pelecehan seksual juga tak hanya bersumber dari laki-laki yang notabene "tak dapat menahan hawa nafsunya", tetapi juga berasal dari perempuan. Mengapa?

Kita semua tahu soal perbedaan bentuk tubuh laki-laki dan perempuan. Tuhan menciptakan tubuh perempuan dengan lekukan dan tonjolan sementara laki-laki dengan bentuk tubuh yang lebih bidang dan rata. Lekukan dan tonjolan pada perempuan 'seperti yang kita tahu' dapat merangsang pikiran kotor seseorang yang melihatnya. Apabila seseorang itu--seperti yang saya jelaskan sebelumnya--adalah orang yang mengalami gangguan kejiwaan, bisa saja timbul ide-ide jahat di dalam pikiran mereka untuk menyakiti perempuan. 

Sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan, saya sebagai sesama perempuan berharap agar para perempuan memahami logika tersebut dan berinisiatif untuk menutup tubuhnya, terutama di bagian-bagian yang paling mencolok seperti perut dan dada apabila akan bepergian keluar khususnya ke tempat yang sepi.

Kendati pun, ternyata masih banyak kasus pelecehan seksual yang juga dilakukan pada perempuan yang sudah melakukan cara seperti di atas. Walau sudah menutup tubuhnya bahkan dengan pakaian yang paling buni, mereka tetap menjadi korban. Maka solusi saya akan hal itu adalah dengan membawa setidaknya satu teman yang akan menemani kita ketika pergi ke tempat yang sepi atau jauh dari rumah/kost. Saran saya yang lain adalah dengan menekankan perempuan untuk mempelajari ilmu bela diri serta melatih kemampuan fisiknya sehingga dapat melindungi diri sendiri dari kejahatan ketika tidak ada siapapun yang sedang menemani.

Bagaimana jika sudah melakukan semua saran di atas, perempuan tetap menjadi korban (atau pelaku) dan laki-laki tetap menjadi pelaku (atau korban) pelecehan seksual? Saatnya pemerintah turun tangan dalam menangani masalah ini. Bukan hanya memberikan hukuman setimpal kepada pelaku atau bantuan psikologis kepada korban setelah semuanya terlanjur terjadi tetapi juga dengan memberikan perlindungan dan pengawasan untuk mencegahnya. Perlindungan sudah diinisiasi dengan berdirinya Komnas HAM dan Komnas Perempuan. Kemudian praktek pengawasan bisa dilakukan dengan memasang kamera CCTV di daerah-daerah sepi dan rawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun