Bandung, 2022 -- Dewasa ini perempuan dan anak kerap mengalami perlakuan tidak manusiawi bahkan ditempat tinggalnya sendiri, kekerasan terhadap perempuan dan anak seolah menjadi kasus yang tidak kunjung selesai, budaya patriaki yang menguasai pola pikir masyarakat menjadi faktor terjadinya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.Â
Perempuan selalu dipandang sebagai makhluk yang tidak berdaya, stigma laki-laki mendominasi apa yang ada di dunia menjadi ancaman  paling nyata kaum perempuan. Melihat fakta yang ada kami sebagai mahasiswa tergerak menjadi fasilitator dengan mengikuti program kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN).Â
Mahasiswa UPI 2022 melaksanakan program kerja yang disusun dalam program KKN Tematik guna mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak sebagai wujud kepedulian terhadap peningkatan kasus tersebut.
KemenPPPA mencatat adanya kenaikan dalam tiga tahun terakhir yaitu berjumlah 26.200 kasus kekerasan pada perempuan. Pada 2019 tercatat sekitar 8.800 kasus kekerasan pada perempuan, kemudian 2020 sempat turun diangka 8.600 kasus, dan kembali mengalami kenaikan berdasarkan data hingga November 2021 diangka 8.800 kasus.Â
Jenis kekerasan yang dialami perempuan paling banyak adalah kekerasan fisik mencapai angka 39%, kekerasan psikis 29,8%, dan kekerasan seksual 11.33%.
Bersama masyarakat Kelurahan Kebon Kangkung khususnya RW 01, kami mewujudkan apa yang telah direncanakan guna mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dengan mengusung tema desa ramah perempuan kami mengadakan kegiatan seminar pada Sabtu 30 Juli 2022 dari pukul 07.00 -- 10.00 di kantor RW 01 Kebon Kangkung.Â
Seminar tersebut dihadiri oleh Ikeu Mustika beliau merupakan ketua Depertemen P4 Bumi Perempuan Nusantara sekaligus narasumber pada seminar toxic relationship. Ikeu Mustika atau yang akrab disapa teh Ikeu memaparkan materi mengenai ciri-ciri toxic relationship yang terjadi dilingkungan remaja.Â
"Ketika Cinta Menjadi Luka" tema yang kami gunakan dalam seminar ini di dasari fakta bahwa ketika jatuh cinta anak remaja cenderung tidak dapat membedakan perlakuan lawan jenisnya, sehingga mereka tidak menyadari bahwa sedang berada dilingkaran toxic relationship.Â
Teh ikeu mengatakan bahwa " toxic relationship adalah sebuah hubungan yang ditandai dengan perilaku beracun yang dapat merusak fisik dan emosional diri sendiri atau pasangan kita" .Â
Jika dibiarkan toxic relationship ini dapat menyebabkan cemas dan stres yang berlebih, mempunyai masalah kepercayaan baik terhadap diri sendiri (insecure) atau terhadap orang lain, merasa tidak nyaman dan aman, menyebabkan terganggunya kesehatan mental bahkan trauma.
Seminar yang dihadiri masyarakat khususnya para remaja dan orang tua Kelurahan Kebon Kangkung berjalan dengan sangat lancar, warga menyimak dengan seksama materi yang disampaikan narasumber. Pada sesi tanya jawab baik para remaja maupun orang tua terlihat sangat antusias menyampaikan pertanyaan yang kemudian direspon dengan jawaban informatif oleh teh Ikeu selaku narasumber.Â
Diakhir sesi teh Ikeu berpesan kepada para remaja untuk membuat suatu pertimbangan sebelum memutuskan untuk menjalin sebuah asmara terlebih jika hubungan tersebut sudah terbilang cukup serius.Â
" tumbuhkanlah rasa saling percaya sehingga terbangun suatu komunikasi yang cukup baik, pastikan kalau pasangan kamu layak dipercaya dan pilihlah pasangan yang sangat menghargai kamu sebagai perempuan " Jelas teh ikeu dalam seminar tersebut.Â
Terlepas dari harapan kami agar para remaja lebih aware dengan pergaulan mereka, dengan terealisasikan kegiatan seminar ini kami turut mengharapkan orang tua dapat lebih memperhatikan juga pergaulan anak mereka agar tujuan kita mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat lebih mudah diwujudkan.
Berbicara mengenai kekerasan terhadap perempuan dan anak seolah tidak ada titik penyelesaiannya, bahkan perilaku tidak manusiawi tersebut kerap terjadi dalam lingkungan keluarga, kesiapan menikah seseorang seringkali tidak dibersamai dengan kesiapan dan kesanggupan merawat sang buah hati.Â
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat setidaknya ada 11.952 kasus kekerasan anak yang tercatat oleh Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) sepanjang tahun 2021.Â
Salah satu pemicu terjadinya kekerasan pada anak adalah kesalahan dalam pola asuh, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman warga Kelurahan Kebon Kangkung terkait ilmu parenting. Mahasiswa KKN Tematik UPI 2022 melakukan kegiatan sosialisai guna mengedukasi orang tua terutama ibu mengenai parenting yang dianjurkan digunakan dalam mendidik anak. Kegiatan ini dilakukan dengan berkunjung langsung kerumah warga yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan wawancara.Â
Setidaknya ada 4 warga yang bersedia diwawancara yaitu : (1). Ibu Kristina Girsan : 45 tahun, (2) Ibu Ayu : 45 tahun, (3) Ibu Pri Hastuti : 47 tahun, dan (4) Reni Herlina : 46 tahun.Â
Dalam wawancara yang dilakukan oleh saudara Rohman (Mahasiswa KKN Tematik UPI 2022) kami memperoleh terdapat permasalahan dalam parenting yang dilakukan ibu-ibu warga Kelurahan Kebon Kangkung terlebih ketika menghadapi kecemburuan sosial antara anak laki-laki dengan perempuan.Â
Seperti yang diungkapkan salah satu dari mereka " Anak perempuan sering merasa apa yang dilakukan oleh abangnya, seperti menginap dirumah temannya abangnya dibolehin tapi dia (anak perempuan) tidak boleh ".
Kecemburuan tersebut dapat membuat anak perempuan menjadi berbohong demi mewujudkan keinginannya " Alasannya ada aja sih tugas kelompok dan lain-lainnya" Ungkap beliau lagi. Anak perempuan menjadi membandingkan kenapa gender menjadi pembeda antara hak dia dan abangnya (anak laki-laki) ia pun merasa bahwa orangtua nya tidak memberikan kepercayaan kepadanya.Â
Maka dari itu kami memberikan solusi bahwa ketika ia (anak perempuan) memberikan alasan yang jelas atau mungkin bisa disertai dengan bukti (live location, vidiocall) maka orang tua dapat mempercayai putrinya tentunya dengan melakukan perjanjian dan menetapkan konsekuensi yang ia dapatkan jika melanggar kesepakatan, dengan begitu anak menjadi lebih terbuka dengan orang tua terutama ibunya.Â
Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu 05 Agustus 2022 ini diakhiri dengan memberikan pamflet Positive Parenting untuk anak dan poster Hentikan Kekerasan Pada Anak.
Selisih paham dengan orang tua kerap menjadi pemicu kekerasan terjadi kepada anak, pada masa remaja rasa penasaran masih menggebu-gebu sehingga banyak hal yang ingin dilakukan oleh para remaja. Orang tua diharapkan mendampingi proses pertumbuhan buah hatinya.Â
Remaja rentan sekali mengalami salah pergaulan yang dapat merugikan baik dirinya sendiri maupun orang disekitarnya, komunikasi yang baik antara anak dan orang tua menjadi hal yang sakral dan patut dijaga dengan sebaik mungkin, karena komunikasi yang baik merupakan pondasi hubungan yang harmonis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI