Sebagai contoh, lewat suatu platform disajikan sebuah tayangan film atau video, yang didalamnya terdapat kata-kata yang kurang sopan namun dewasa ini menjadi kata-kata yang sering diucapkan, misalnya saja kata "bacot".
Kita sebagai orang yang sedang dewasa pasti akan menempatkan kata-kata itu dengan posisi dan lawan bicara yang tepat. Karena kita memiliki pengalaman dan belajar (saya menyebutnya sebagai saringan) lebih banyak dari generasi sesudah kita yaitu generasi Z.
Kemudian contoh lain di sebuah platform lypsinc lumayan banyak disajikan video-video negatif (karna tayangan tidak sesuai umur generasi Z yang dibawah 17 tahun) seperti goyang-goyang yang terlalu uwu atau video-video ke-uwuan orang pacaran. Bukan karna saya jomblo atau tidak punya platform tersebut.
 Tapi kembali keawal, dengan pembelajaran dan pengalaman (saringan) yang masih awal, apakah generasi Z akan bisa mengetahui mana yang hanya sekedar informasi dan mana yang boleh ditirukan? Tanpa bimbingan orang tua sebagai saringan informasi anak, anak tidak akan bisa memilah-milah informasi secara mandiri.
Itulah mengapa, kehatian-hatian dalam berpltaform atau bersosial media layak ditekankan karna tidak semua pemirsah merupakan pemirsah yang dewasa. Anak kecilpun melihatnya.
Jadi, baik orang tua juga pemiliki konten harus lebih bijaksana untuk penerus bangsa yang lebih baik dan lebih uwu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H