Mohon tunggu...
Salma HidayatulFalah
Salma HidayatulFalah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

authentic

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Studi Literatur: Efektifitas Terapi Menulis Ekspresif sebagai Media Katarsis Mahasiswa yang Mengalami Gangguan Stres

11 Juni 2024   22:00 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:10 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Studi Literatur : Efektivitas Terapi Menulis Ekspresif Sebagai Media Katarsis Mahasiswa yang Mengalami Gangguan Stres

Salma Hidayatul F , Mazd Zahara G N

Affiliation: 2207016133@student.walisongo.ac.id, ghestylania@gmail.com

 

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi menulis sebagai media katarsis bagi mahasiswa dengan gangguan stress. Pengumpulan data menggunakan metode studi literatur dengan menggunakan 20 artikel jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan metode analisis isi yang menghasilkan kesimpulan bahwa terapi menulis ekspresif dapat secara efektif menurunkan tingkat stress dan gangguan psikologis lainnya seperti depresi dan kecemasan pada mahasiswa ataupun orang dewasa.

Abstract: The purpose of this research is to find out the effectiveness of writing therapy as a catarsis medium for students with stress disorders. The data collection uses a method of literature study using 20 journal articles related to research topics. Data analysis is done using content analysis methods that lead to the conclusion that expressive writing therapy can effectively reduce levels of stress and other psychological disorders such as depression and anxiety in students or adults.

Kata Kunci: Keywords: terapi menulis; katarsis; gangguan stress; writing therapy; catarsis; stress disorders

 

PENDAHULUAN 

Terapi menulis adalah jenis terapi yang bertujuan untuk meminimalkan refleksi dan ekspresi klien, berkat pendekatan subyektif atau intuitif dari terapis atau peneliti (Wright, 2004). Untuk fokus terapi lebih pada proses menulis daripada hasil menulis saja, oleh karena itu penting untuk diingat bahwa menulis adalah aktivitas pribadi, kritis, dan reflektif yang mengacu pada aturan bahasa seperti sintaksis, semantik, dan bentuk (Bolton, 2004 ). Hasilnya, menulis dapat digambarkan sebagai suatu bentuk pengobatan yang menggunakan teknik sederhana, murah, dan non-invasif (Pennebaker, 1997; Pennebaker & Chung, 2007).Menurut Sanders (Abdurrahman, 2003), proses menulis diawali dengan analisis terhadap lingkungan sekitar melalui pendengaran, penglihatan, dan taktil-kinestetik yang dilanjutkan ke sensual, persepsi, dan pemahaman. Kemudian dianalisis melalui korteks auditori, visual, dan kinestetik. Setelah asosiasi, langkah selanjutnya adalah beralih ke sumber atau korteks, yaitu wilayah pikiran dan emosi. Melalui ucapan impulsif, tanggapan dilakukan melalui transmitter yaitu lidah dan bibir dalam bahasa lisan.

Menurut Poerwadarminta (1995 dalam Siswanto dan Prawita Sari 2003), menulis juga merupakan kemampuan perasaan dan pikiran dalam sebuah buku yang boleh dibaca oleh orang lain. Menulis peristiwa-peristiwa yang berkesan atau traumatis berpengaruh terhadap peningkatan sistem imun, kesehatan mental, mengurangi keluhan-keluhan fisik dan strategi yang dapat dilakukan untuk menyesuaikan diri, peluapan emosi (katarsis) atau koping terhadap stres atau kecemasan yang dimiliki (Pennebaker, 1997).

Psikoanalisa menganggap katarsis sebagai ekspresi dan pelepasan emosi yang ditekan. Kadang-kadang disebut sebagai "abreaksi", yang dalam psikoterapi berarti mengalami kembali pengalaman emosional yang menyakitkan. Ini biasanya melibatkan kesadaran pada materi yang telah ditekankan sebelumnya (Corsini & Wedding, 1989).  Istilah 'katarsis' berasal dari kata dalam Bahasa Yunani, kathoros, yang berarti 'untuk menyucikan' atau 'untuk membersihkan.' Banyak bidang keahlian telah menggunakan istilah ini; salah satunya adalah psikologi, yang menggunakan istilah katarsis untuk menggambarkan saat ketika seseorang, berdasarkan teori Freud, mampu melepaskan rasa sakit di masa lalunya dengan mengartikulasikan secara jelas dan menyeluruh seluruh rasa sakit tersebut. Katarsis dapat didefinisikan dalam konteks religius sebagai pengalaman transenden yang membebaskan atau membersihkan jiwa. (Wahyuningsih, 2017)

Peneliti dan ilmuwan terus menyelidiki masalah stres, yang merupakan salah satu topik utama dalam bidang kesehatan mental. Stres adalah masalah kesehatan yang terkait dengan beberapa penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, depresi, dan kecemasan (Bunyamin, 2021). Sebagai bagian dari generasi muda, mahasiswa menghadapi banyak tekanan yang dapat menyebabkan stres. Tekanan dapat berasal dari diri sendiri, keluarga, sekolah, teman, dan lingkungan sosial lainnya. Secara akademik, mahasiswa harus memiliki pemahaman yang mendalam dan menyeluruh tentang bidang keilmuan mereka. Selain itu, ia memiliki tanggung jawab perkembangan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Untuk menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, dia harus melakukan banyak upaya dan perjuangan. Mahasiswa akan tertekan karena situasi ini. Stres dapat muncul dari situasi yang menekan.  (Rahmita dkk., 2017). Tak hanya itu, stress merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi atau menyebabkan beberapa penyakit (Anggarawati, 2021). Di Indonesia banyak fenomena mahasiswa tidak mampu dalam mengelola stres, dari jumlah penduduk di Indonesia untuk usia 15 tahun ke atas 14 juta orang atau 6 % mengalami stress. Stress akan mengakibatkan hal-hal tragis seperti melarikan diri dan bunuh diri misalnya, karena malu dengan nilai ujian rendah menurut Ifdil dan Ardi (dalam Hidayati dkk., 2020).

            Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merasa bahwa katarsis atau peluapan emosi pada mahasiswa merupakan hal yang penting untuk teliti agar mahasiswa dapat meluapkan perasaan yang sedang dirasakan dengan cara yang sederhana seperti halnya dengan menulis. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian berupa studi literatur untuk mengetahui efektivitas terapi menulis ekspresif sebagai media katarsis bagi mahasiswa yang mengalami gangguan stress.

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi literatur, yaitu cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah studi literatur ini juga sangat familiar dengan sebutan studi pustaka.

Prosedur Penelitian

Menurut Prasetyo (dalam Dwi & Nicky, 2022) terdapat tahapan studi literatur yang harus dilakukan peneliti diantaranya : 1) Mendefinisikan ruang lingkup yang akan direview. 2) Mengidentifikasi referensi yang berkaitan dan berkualitas melalui Google Cendekia. 3) Memilih referensi dan mengelompokkan file berdasarkan kebutuhan penelitian. 4) Menyusun matriks sintesis dari artikel yang diperoleh. 5) Menulis review. 6) Menyimpulkan hasil review.

Sumber Data

Tujuan dari penelitian studi literatur ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi menulis ekspresif sebagai media katarsis pada mahasiswa dengan gangguan stress. Oleh karena itu, kata kunci dalam pencarian referensi penelitian ini meliputi "terapi menulis", "katarsis", dan "gangguan stress" yang dilakukan menggunakan bantuan Google Cendikia melalui tautan https://scholar.google.com dan https://www.researchgate.net. Kemudian peneliti melakukan pemilihan artikel jurnal yang terdiri dari 20 artikel dan disusun menggunakan matriks sintesis untuk mengelompokkan argumen yang berbeda dari setiap artikel dan mengintegrasikannya untuk memperoleh kesimpulan dari keseluruhan artikel.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi, yaitu pengumpulan catatan peristiwa yang sudah terjadi dalam tulisan, gambar, serta karya-karya monumental dari seseorang atau organisasi (Sugiyono, 2020). Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut :

Tabel Daftar Bahan Penelitian

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

Teknik Analisis Data

            Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) yang dijelaskan oleh  Krippendorff (dalam Ahmad 2018) sebagai metode penelitian yang memanfaatkan konteks data untuk membuat kesimpulan yang dapat direplikasi (ditiru) dan sah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian mengenai keberhasilan penerapan Efektivitas Terapi Menulis Ekspresif Sebagai Media Katarsis Mahasiswa yang Mengalami Gangguan Stress diringkas sebagai berikut.

  1. Jurnal 1: Expressive writing dapat membantu mahasiswa untuk menurunkan dampak stres akibat ujian sidang akhir, hal ini dibuktikan dengan penelitian Park, (2007) bahwa ketika mahasiswa diminta menulis perasaannya dan pikirannya selama 7 menit tentang ujian yang akan dihadapi, ternyata menunjukkan bahwa dapat mengurangi stress mahasiswa.
  2. Jurnal 2: Terapi menulis sudah banyak diterapkan dan terbukti memberikan hasil yang baik bagi individu yang mengalami stress akibat pandemi seperti stress keluarga, stress akademik pada mahasiswa dan pelajar, dan stress kerja bagi pegawai
  3. Jurnal 3: Terapi menulis ekspresif dapat menurunkan tingkat stress, kecemasan, dan depresi terhadap mahasiswa keperawatan. Namun perlu diperhatikan Waktu dalam pemberian terapi karena jika terlalu singkat justru tidak dapat menyalurkan perasaan dengan baik
  4. Jurnal 4: Terapi menulis dapat menurunkan tingkat stress pada mahasiswa dan memberikan gambaran baru dalam integrasi ilmu tasawuf dan psikologi yang menggabungkan konsep terapi menulis dalam psikologi dengan indikator muhasabah dalam tasawuf
  5. Jurnal 5: Terapi menulis ekspresif terbukti menurunkan tingkat stress mahasiswa dari kategori tinggi menjadi sedang dan kategori sedang menjadi ringan
  6. Jurnal 6: Dalam penelitian ini ekspresif writing dapat menurunkan tingkat stress pada mahasiswa S1 Keperawatan
  7. Jurnal 7: Terdapat penurunan tingkat stress pada penyintas yang beberapa diantaranya merupakan mahasiswa, baik yang diberi perlakuan terapi menulis maupun tidak, namun tingkat penurunan stress pada penyintas yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan penyintas yang tidak diberi perlakuan
  8. Jurnal 8: Terapi expressive  writing  diterapkan  pada  mahasiswa  yang mengalami  stres  ringan hingga sedang. Mahasiswa   prodi   D3   keperawatan   tingkat   III   sebagian   besar   tidak mengalami  stres. Ada  efektifitas  antar  terapi  expressive  writing  terhadap    stres mahasiswa prodi D3 keperawatan akhir menghadapi tugas karya tulis ilmiah
  9. Jurnal 9: Penelitian  ini  membuktikan  bahwa  setelah  dilakukan  intervensi expressive  writing tingkat  stress mahasiswa yang sedang mengerjakan KTI berkurang. Pada subjek I dari 41 (berat) menjadi 20 (sedang), sedangkan pada subjek II dari 39 (sedang) menjadi 20 (sedang).
  10. Jurnal 10:  Rata-rata   skor   stress yang   didapat   oleh   kelompok   kelas yang diberikan  perlakuan  cenderung  lebih  rendah dibandingkan  dengan  rata-rata  skor  stress yang   didapat   oleh   kelompok   kelas   yang tidak      diberikan      perlakuan. Hal ini menunjukan adanya pengaruh menulis ekspresif dalam menurunkan stress mahasiswa
  11. Jurnal 11: Dalam penelitian ini ditemukan bahwa gejala depresi pada mahasiswa mengalami penurunan setelah mendapatkan perlakuan menulis ekspresif. Selain itu, menulis ekspresif dapat menjadi sarana self help untuk individu yang mengalami gejala depresi
  12. Jurnal 12: Berdasarkan pelaksanaan Terapi Menulis Pengalaman Emosional diperoleh hasil bahwa Terapi Menulis Pengalaman Emosional pada penelitian ini terbukti dapat menurunkan depresi pada mahasiswa tahun pertama
  13. Jurnal 13: Hasil penelitian secara lebih khusus, yaitu peserta expressive writing menunjukkan adanya pengurangan dalam gejala depresi, kecemasan, stres dan kesehatan fisik.
  14. Jurnal 14: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa expressive writing therapy dapat menurunkan tingkat stress pada remaja yang terlahir dengan albinisme. Selain metode expressive writing therapy yang secara teoritis memang diyakini dapat menjadi sarana untuk mengeluarkan emosi-emosi negatif yang dialami oleh individu.
  15. Jurnal 15: Berdasarkan hasil analisis data tersebut menunjukkan hipotesis penelitian diterima, berarti katarsis dalam menulis ekspresif memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap depresi ringan pada mahasiswa.
  16. Jurnal 16: Terapi menulis ekspresif tidak memiliki efek signifikan untuk menurunkan tingkat depresi seseorang dalam jangka Waktu tiga hari, namun terdapat dampak positif yang dirasakan subjek karena meluapkan perasaan yang sedang dirasakan
  17. Jurnal 17: Hasil temuan mengungkapkan bahwa Berdasarkan hasil analisis data tersebut menunjukkan hipotesis penelitian diterima, berarti katarsis dalam menulis ekspresif memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap depresi ringan pada mahasiswa.
  18. Jurnal 18: Terapi menulis terbukti dapat menurunkan depresi dan stress terjadi karena menulis pengalaman emosional memfasilitasi subjek untuk mengevaluasi, menganalisis, dan menilai kembali kejadian-kejadian menekan yang dialaminya sehingga subjek mendapatkan suatu pemahaman, mengembangkan suatu solusi, memotivasi diri, menerima keadaan yang ada
  19. Jurnal 19: Menulis narasi melalui buku harian dapat meningkatkan kesehatan mental mahasiswa selama pandemi. Penugasan penulisan diary selama pandemi dan kuliah daring berpengaruh terhadap penurunan tingkat depresi mahasiswa.
  20. Jurnal 20: Adapun perubahan-perubahan yang dialami dari kedua subyek setelah menjalani proses terapi menulis ini adalah adanya penurunan tingkat stress akademik subjek.

Berdasarkan 20 studi yang telah dilakukan dalam jurnal di atas, terdapat 12 studi yang mendapatkan hasil bahwa terapi menulis ekspresif memiliki dampak yang signifikan dalam mengurangi tingkat stress pada mahasiswa dengan permasalahan akademik maupun non-akademik. Sedangkan dalam jurnal di atas, terdapat 1 studi yang menemukan penurunan tingkat stress, namun subjek yang diteliti dalam studi ini merupakan remaja yang mengalami albinisme.

Dalam penelitian ini, dikarenakan terdapat keterbatasan sumber yang didapat oleh peneliti, maka terdapat studi mengenai efektivitas menulis ekspresif yang diteliti dengan variabel berbeda yaitu tingkat depresi pada mahasiswa. Dari 20 jurnal diatas terdapat 8 studi yang menyatakan bahwa menulis ekspresif dapat mengurangi tingkat depresi mahasiswa secara signifikan, namun terdapat 1 studi yang menyatakan bahwa menulis ekspresif tidak memiliki dampak signifikan terhadap penurunan tingkat depresi mahasiswa. Meskipun demikian, menulis ekspresif tetap memberikan dampak positif bagi orang yang melakukanya karena dapat mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan.

 

KESIMPULAN

Dari 20 artikel jurnal di atas, terbukti bahwa Terapi Menulis Ekspresif  Sebagai Media Katarsis efektif untuk menurunkan Gangguan Stress yang dialami mahasiswa. Berdasarkan hasil kajian keberhasilan penerapan Terapi Menulis Ekspresif, Terapi Menulis ekspresif merupakan sarana bantu diri yang terbukti efektif menurunkan stress pada mahasiswa. Penurunan stress dan depresi terjadi karena menulis pengalaman emosional memfasilitasi subjek untuk mengevaluasi, menganalisis, dan menilai kembali kejadian-kejadian menekan yang dialaminya sehingga subjek mendapatkan suatu pemahaman, mengembangkan suatu solusi, memotivasi diri, menerima keadaan yang ada, belajar dari apa yang dialami, memusatkan pikiran pada hal-hal yang positif, dan menilai hal-hal positif dari suatu kejadian.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA 

Abrianto, H., Hidayati, F., & Agung, Y. R. (2018). Terapi menulis pengalaman emosional dalam penurunan gangguan stres pasca trauma pada penyintas bencana. Jurnal Psikologi Perseptual, 3(2), 93-101.

Ahmad, J. (2018). Desain penelitian analisis isi (Content analysis). Researchgate, 5(9), 1-20.

Ahmad, N. A., Taligansing, S. Y., & Nilam, N. (2022). Menulis Narasi Melalui Buku Harian Sebagai Terapi Kesehatan Mental Mahasiswa Selama Pandemi Writing Narratives Through Diaries as Student Mental Health Therapy During a Pandemic. Jambura Journal of Linguistics and Literature, 3(1).

Anggarawati, T., Lestari, D. T., Ananda, E. W., & Selviana, D. (2021). EFEKTIFITAS TERAPI EXPRESSIVE WRITING DENGAN TERAPI TERTAWA UNTUK MENURUNKAN STRESS PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR: THE EFFECTIVENESS OF EXPRESSIVE WRITING THERAPY WITH LAUGHTER THERAPY TO REDUCE STRESS IN FINAL LEVEL STUDENTS. Jurnal Keperawatan Sisthana, 6(2), 54-60.

Aulia Maharani, S. N., Noviekayati, I. G. A. A., & Meiyuntariningsih, T. (2017). Efektivitas Expressive Writing Therapy dalam Menurunkan Tingkat Stress pada Remaja dengan Albino Ditinjau dari Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstrovert. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 6(2), 98-110.

Awalina, W., & Purwoko, B. (2018). Studi Kepustakaan Penerapan Konseling Expressive Writing dalam Lingkup Pendidikan. Jurnal Bk Unesa, 8(2), 1-9.

Azhari, N. K., Anggarawati, T., & Wahyu, E. (2022). Penerapan Terapi Expressive Writing Untuk Menurunkan Stress Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Jurnal Keperawatan Sisthana, 7(1), 25-28.

Azzahra, A. (2020). Pengaruh menulis ekspresif terhadap tingkat stres mahasiswa.

Bunyamin, A. (2021). Mengelola Stres dengan Pendekatan Islami dan Psikologis. Idarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 5(1), 145-159.

CHRISTY, Z. A. N. (2018). PENGARUH EXPRESSIVE WRITING TERHADAP PENURUNAN GEJALA DEPRESI PADA MAHASISWA (Doctoral dissertation, UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG).

Diah, (2016)Pengaruh Terapi Expressive Writing Terhadap Penurunan Kecemasan menyelesaikan skripsi

Fara, (2016). Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Kecenderungan Depresi Pada Mahasiswa Tahun Pertama.

Faruqi, A., Shabrina, F. R., Almira, D. R., Putri, S. A., Nurul, N., & Ramadhani, H. Q. PENGARUH EXPRESSIVE WRITING TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA MAHASISWA.

Fitria, I., Faradina, S., Rizqina, F., Jannah, T., Fajri, A., Hadi, F., ... & A'la, N. (2017). MENULIS EKSPRESIF UNTUK ANAK JALANAN: SUATU METODE TERAPI MENULIS DALAM DIARY MELALUI MODUL EKSPERIMEN. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 1(1).

Hardjana, (2014). Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Depresi, Cemas, Dan Stres Pada Remaja.

Hatmanti, N. M., & Rusdianingsih, R. (2019). Expressive writing treatment terhadap stres mahasiswa di prodi S1 keperawatan: Expressive Writing Intervention for Academic Stress of Nursing Students. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), 5(2), 126-130.

Herdiana, Wahyuning (2014). Pengaruh Expressive Writing pada Kecemasan Menyelesaikan Skripsi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No. 1. : Surabaya.

Hidayati, S., Paramita, Y., & Zukhrufah, A. (2020). TERAPI EXPRESSIVE WRITING MENURUNKAN STRES TUGAS KTI PADA MAHASISWA. JHNMSA ADVERTISING JOURNAL, 1(1), 49-58.

Himawati, I. (2022).Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah Untuk Menurunkan Tingkat Stres: Studi Eksperimental Pada Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. JOUSIP Journal of Sufism and Psychotherapy 2(2):137-152

Khalik, I. (2021). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Sebagai Terapi Ekspresif Terhadap Emosi Pada Peserta Didik Kelas Xi Man 3 Kota Jambi. Jurnal Literasiologi, 6(2), 556567

Kristina, K. (2022). Dampak Menulis Ekspresif Terhadap Tingkat Stres, Kecemasan, Depresi Pada Mahasiswa Keperawatan. Sebatik, 26(1), 66-72.

Ningsih, V. N. (2017). Penerapan Teknik Expressive Writing untuk Meningkatkan Pengelolaan Emosi Marah Siswa Kelas X Jurusan Teknik Elektro SMKN 1 Driyorejo (Doctoral dissertation, State University of Surabaya).

Nursolehah, R., & Rahmiati, R. (2022). Pengaruh expressive writing terhadap penurunan stres akademik mahasiswa. Jurnal Basicedu, 6(4), 6703-6712.

Parinata, D., & Puspaningtyas, N. D. (2022). Studi Literatur: Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Pada Materi Integral. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 3(2), 94-99.

Prawitasari, J. E., Siswanto. 2003. Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Simtomsimtom Depresi Pada Mahasiswa. Sosiohumanika. 16A (1)

Priyoto. Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014. 3 p.

Purnamarini, (2016).Pengaruh Terapi Expressive Writing Terhadap Penurunan Kecemasan Saat Ujian.Riset Kesehatan Daerah (2015).

Qonitatin, N., Widyawati, S., & Asih, G. Y. (2011). Pengaruh katarsis dalam menulis ekspresif sebagai intervensi depresi ringan pada mahasiswa. Jurnal Psikologi, 9(1).

Retnoningtyas, (2017). Pengaruh Expressive Writing terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Tahun Pertama

Safithry, E. A., & Dewi, I. S. (2020). Terapi Menulis Ekspresif Untuk Menurunkan Tingkat Stres Akademik Peserta Didik Di Sekolah Full Day School: Expressive Writing Therapy To Reduce Academic Stress Of Students In Full Day School. Suluh: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 5(2), 40-47.

Sugiyono, F. X. (2017). Neraca Pembayaran: Konsep, Metodologi dan Penerapan (Vol. 4). Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.

Susanti, R., & Supriyantini, S. (2013). Pengaruh expressive writing therapy terhadap penurunan tingkat kecemasan berbicara di muka umum pada mahasiswa. Jurnal Psikologi, 9(2), 119-129.

Susilowati, T. G., & Hasanat, N. U. (2011). Pengaruh terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan depresi pada mahasiswa tahun pertama. Jurnal psikologi, 38(1), 92-107.

Widiastuti, T. L. (2020). Dinamika Stress Di Masa Pandemi. Universitas Lambung Mangkurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun