Mohon tunggu...
Salma Nabila
Salma Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Salma Nabila ( 23107030038 )

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Mahasiswa Nongkrong Lama Tapi Cuman Pesen Es Teh: antara Gaya dan Dilema Pemilik Coffee Shop

23 Juni 2024   21:27 Diperbarui: 23 Juni 2024   21:31 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari googleview.eu.org

Di tengah gemuruh perkotaan yang tak pernah lelah, terdapat sebuah ritual yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup anak muda Indonesia: nongkrong. Nongkrong berkaitan dengan kegiatan berkumpui, bercanda, bersantai disuatu tempat yang dilakukan sendiri ataupun beramai-ramai ditemani secangkir minunan menyegarkan, dan diiringi berbagai perbincangan didalamnya. Kegiatan nongkrong biassa dilakukan dengan mengisi waktu luang yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama, karena memberi ruang sosial dan memberi kenyamanan bagi masyarakat yang melakukannya. Ruang sosial seperti ini sangat diperlukan dikehidupan masyarakat perkotaan untuk kebutuhan berinteraksi, saling bertukar informasi dan beraktualisasi dalam gaya hidupnya. Kegiatan sederhana ini bukan sekadar waktu luang yang diisi, melainkan sebuah momen sosial yang berharga bagi mereka. Di balik deretan coffee shop yang menjamur, terdapat cerita menarik tentang mahasiswa yang nongkrong lama namun hanya memesan es teh.

Bagi mahasiswa, nongkrong bukan hanya sekadar mencari tempat untuk melepas penat, melainkan juga sebagai arena untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Di meja-meja coffee shop yang nyaman, mereka berbagi tawa, curhat, bahkan menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Tanpa terasa, gelas es teh menjadi saksi bisu dari interaksi hangat yang terjalin di antara mereka.

Namun, di balik kehangatan itu, terdapat dilema yang dihadapi oleh pemilik coffee shop. Mereka menginginkan tempatnya ramai, namun juga perlu mencapai keuntungan yang cukup untuk menjaga kelangsungan usaha. Fenomena mahasiswa yang hanya memesan es teh dengan harga terendah, namun tetap bertahan di tempat tersebut, menjadi tantangan tersendiri. Meskipun pengunjung yang setia ini mengisi ruang coffee shop, namun dari segi bisnis, hal ini tidak selalu berarti profit yang memadai.

Fenomena mahasiswa yang nongkrong lama namun hanya memesan es teh menyoroti kompleksitas dinamika antara kebutuhan sosial dan ekonomi dalam industri kafe. Sementara para pemilik usaha berupaya untuk menjaga keuntungan, mereka juga harus memahami pentingnya coffee shop sebagai ruang sosial yang berarti bagi pengunjungnya. Ini tidak hanya sekadar tempat untuk mengonsumsi produk, tetapi juga sebagai arena untuk menjalin dan memelihara hubungan sosial yang penting bagi mahasiswa dan masyarakat perkotaan pada umumnya.

Biasanya mahasiswa memakan waktu banyak ketika nongkrong adalah ketika mengerjakan tugas atau mengobrol dengan teman, namun kadang mereka bisa sampai 4 jam duduk di sana tanpa memesan apa apa lagi, sehingga barista atau owner pun bingung bagaimana cara menegur agar bisa bergantian dengan pengunjung lain.

kebutuhan orang pergi ke kedai kopi antara orang dewasa dengan remaja berbeda, orang dewasa biasa pergi ke kedai kopi untuk memenuhi kebutuhan akan asupan kafein atau untuk bertemu dengan rekan-rekan kerja, namun remaja- remaja atau mahasiswa pergi ke kedai kopi untuk menugas atau berkupul bersama teman. Tentu perbedaan ini menunjukan berapa lama waktu yang akan dihabiskan di caffe,  orang dewasa biasanya akan berbincang serius dan tiak memakan waktu yang cukup lama.

Pemilik coffee shop harus cerdas dalam menangani pengaturan meja dan pengunjung untuk memaksimalkan penggunaan ruang tanpa mengesampingkan kepuasan pelanggan. Strategi seperti menawarkan paket minuman atau membatasi waktu duduk dapat menjadi solusi, meskipun harus diimbangi dengan upaya menjaga kehangatan atmosfer dan kebebasan berekspresi bagi para pengunjung.

Terkadang, perdebatan antara menghargai ruang sosial untuk nongkrong dan kebutuhan bisnis harus ditemukan keseimbangannya. Pemilik coffee shop sering kali harus mencari strategi agar tetap bisa memberikan pelayanan yang baik kepada semua pengunjung, tanpa mengorbankan kelangsungan usaha mereka.

Budaya nongkrong ini juga menjadi bagian dari identitas mahasiswa sebagai kaum muda yang dinamis dan terbuka terhadap pergaulan sosial. Aktivitas ini tidak hanya tentang minum atau sekadar bersantai, tetapi juga sebagai bentuk ekspresi diri dan gaya hidup modern yang terus berkembang.

Jadi, fenomena mahasiswa yang nongkrong lama tapi hanya memesan es teh tidak hanya sekadar tentang kebiasaan atau tren semata. Ini mencerminkan bagaimana interaksi sosial dapat mengisi ruang penting dalam kehidupan sehari-hari, sambil menimbulkan tantangan unik bagi industri coffee shop di Indonesia. Bagi pemilik coffee shop, mengelola ruang dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sambil menjaga profitabilitas merupakan tantangan yang tak bisa dianggap remeh. Demikianlah, fenomena nongkrong mahasiswa di coffee shop adalah sebuah kisah yang mencerminkan dinamika sosial dan ekonomi dalam konteks urban yang terus berubah dan berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun