Mohon tunggu...
Salma UmmulKhoir
Salma UmmulKhoir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Indonesian people

Hi I'm Salma

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik di Palestina Termasuk Pelanggaran HAM Berat

10 Desember 2021   05:34 Diperbarui: 10 Desember 2021   05:48 2277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haloo teman-teman! Pada artikel kali ini apasih yang akan kita bahas? Yap, kita akan membahas tentang pelanggaran hak asasi manusia. Sebelum membahas lebih dalam tentang pelanggaran hak asasi manusia, kalian tau nggak sih apasih hak asasi manusia itu? Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari setiap manusia yang tidak dapat diganggu gugat.  

Hak asasi manusia juga merupakan hak untuk mendapat kebebasan seperti hak untuk hidup, kebebasan dalam memeluk agama, hak untuk makan, hak untuk mendapatkan pendidikan, dan masih banyak lagi. 

Selain itu manusia juga memiliki kebebasan dalam berekspresi. Yang dimaksud kebebasan dalam berekspresi disini adalah kebebasan untuk menyatakan pendapat, kebebasan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dsb. tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan ras.

Sederhananya, HAM adalah sesuatu yang seharusnya dilindungi, dijaga, dan dijunjung tinggi oleh setiap manusia dengan negara sebagai penjaminnya. Jika HAM seseorang tidak dijaga, dilindungi, dan dihormati, maka artinya sudah terjadi pelanggaran HAM. Nah, apa saja sih pelanggaran HAM itu? Pelanggaran HAM dapat berupa aksi penindasan, pemboikotan, dan penyiksaan.

Pada artikel kali ini yang akan kita bahas adalah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Negara Israel kepada Palestina. Sabotase yang dilakukan oleh Israel merupakan salah satu contoh bentuk pelanggaran HAM. Penyiksaan, peperangan, dan juga penyerangan yang dilakukan oleh Israel seakan tidak ada habisnya. 

Perseteruan yang terjadi antara Israel dan Palestina terjadi akibat beberapa hal yang memicu adanya konflik antara kedua negara tersebut. Pertama, Israel ingin mengambil wilayah Palestina. Kedua, Israel mengirim warganya untuk menempati tempat-tempat di wilayah Palestina. Ketiga, ada perselisihan antara Israel dan Palestina dalam hal perebutan-perebutan tanah di Palestina.

Pada mulanya kedua negara ini merupakan sebuah negara yang kemudian Israel memisahkan diri dari Palestina pada tahun 1948. Kemudian Israel memisahkan diri dari Palestina. 

Orang-orang Yahudi Israel lantas perlahan-lahan mengusir warga Palestina dari tanah kelahiran mereka. Pada saat itulah konflik antara Israel dan Palestina mulai ada. Konflik mulai terjadi karena permasalahan wilayah antara Israel dan Palestina.

Israel dimaksudkan sebagai negara dimana semua penduduknya beragama yahudi. Israel menjadi tempat dimana seluruh kaum yahudi dari seluruh dunia berkumpul. 

Mereka membentuk negara baru. Kaum muslim di Arab menolak mentah-mentah pendirian negara ini. Disisi lain, PBB menyetujui hal ini. Hal ini tentu saja menyebabkan konflik yang semakin memanas. Dari situlah muncul konflik-konflik yang berujung pada penindasan kaum muslim di Palestina.

Israel dan Palestina saling berebut wilayah, kota tersebut adalah yerusalem.  Kedua negara tersebut berebut tempat suci yang dalam islam sendiri disebut sebagai Masjid Al Aqsha. Sedangkan dalam agama yahudi mereka mempercayai tempat itu sebagai lokasi di mana Yesus membopong salib hingga akhirnya disalib di lokasi di mana Gereja Suci Sepulchre dibangun. 

Puluhan ribu warga Palestina berbondong-bondong berkumpul untuk melaksanakan sholat di puncak bukit. Ketegangan di Sheikh Jarrah dipicu ancaman penggusuran terhadap sejumlah keluarga Palestina. 

Sementara itu, bentrokan di Kompleks Masjid Al-Aqsa dipicu penyerbuan pasukan Israel terhadap masyarakat Palestina yang baru selesai menunaikan salat Isya dan Tarawih Tentara Israel menembakkan meriam air untuk membubarkan sekumpulan masa yang ada disana.

Konflik ini menyebabkan warga Palestina mengalami pembantaian dan penindasan, dan pastinya hal ini merupakan pelanggaran HAM yang berat. Puluhan orang meninggal akibat konflik antara Israel dan Palestina. Ratusan warga Palestina terpaksa mengungsi karena mereka kehilangan tempat tinggal. 

Mereka kehilangan hak-hak nya untuk mendapatkan pendidikan yang layak, untuk makan, dan untuk hidup damai tanpa adanya konflik. Jangankan untuk hidup damai, mereka hidup dengan kecemasan jika kapanpun sewaktu-waktu Israel dapat menyerang mereka.

Fakta dan data telah dipaparkan, kini tinggal kita yang menyimpulkan, siapa yang menjadi korban dan siapa yang harus bertanggung jawab. Tentu saja, secara moral membunuh adalah tindakan yang keji. 

Bagaimana tidak keji apabila metode pembunuhan di zaman sekarang tidak hanya menggunakan senjata api, tetapi juga menggunakan roket yang berhulu ledak. Bisa kita bayangkan, betapa kejam manusia terhadap sesamanya ketika sudah dikuasai oleh nafsu, dendam, dan kebencian.

Rasa-rasanya, standar manusia mengenai kekejaman yang dapat dilakukan dalam perang semakin brutal. Persenjataan dengan daya ledak yang tidak masuk akal, diciptakan untuk digunakan dalam perang. Bayangkan, ketika tubuh manusia hancur berkeping-keping terkena serangan rudal atau roket, hancur karena tertimpa reruntuhan bangunan, atau yang terburuk, hilang karena terkena dampak bom nuklir.

Anehnya, hal-hal tersebut sudah pernah terjadi. Metode-metode perang yang mengerikan tersebut sudah pernah digunakan, dan bukan hanya sekali. Yang lebih menakutkan, persenjataan militer akan terus berkembang seiring dengan kemajuan peradaban manusia. Tidak dapat dibayangkan bagaimana dampak yang ditimbulkan perang di masa depan.

Inilah yang menjadi kekhawatiran, bagaimana jika konflik di Israel dan Palestina terus berlanjut sampai ratusan tahun ke depan? Akan seperti apa nasib penduduk Israel dan Palestina yang tinggal di wilayah sempit dan padat, ketika dihadapkan pada ancaman perang yang lebih kejam dan brutal daripada masa sekarang? 

Menerima segala perbedaan yang ada dan hidup secara berdampingan mungkin saja bisa menjadi jalan akhir konflik ini, walaupun hanya menjadi sekadar angan belaka. Selama manusia masih memiliki kepentingan politiknya masing-masing, konflik dan perselisihan tidak akan mencapai garis akhir. Perlindungan HAM yang diimpikan telah gagal. Perdamaian yang diinginkan juga masih menjadi angan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun