Mohon tunggu...
Salmaa
Salmaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kejarlah keinginan hingga tak punya keinginan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ciri Khas Daya Tarik Masjid Saka Tunggal Baitussalam Cikakak

17 Desember 2023   15:47 Diperbarui: 17 Desember 2023   16:33 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masjid Saka Tunggal yang terletak di Desa Cikakak, kecamatan Wangon, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah merupakan masjid yang terkenal memiliki ciri khas yang unik dan daya tarik tersendiri. Masjid ini kerap menyimpan berbagai cerita bersejarah dibaliknya karena sudah tuanya usia masjid tersebut bahkan dijuluki sebagai masjid tertua.

Pada hari Rabu, 15 November 2023 kelompok kami melakukan observasi terkait dengan masjid bersejarah tersebut untuk mengetahui ciri khas unik masjid tertua ini dan memakan waktu yang cukup lama untuk mencapai lokasinya. Kesan pertama pada saat berada di masjid ini sangat gembira dan dibuat takjub oleh nuansanya.

Masjid yang terletak di paling ujung desa dan cukup jauh dari perkotaan ini memiliki pemandangan yang sangat asri karena dikelilingi oleh bukit bukit yang menjulang tinggi. Ditambah lagi dengan sambutan hewan-hewan primata yakni kera yang jumlahnya terbilang cukup banyak seperti berada dihabitatnya, menjadikan hiburan tersendiri bagi para pengunjung maupun penduduk asli didaerah itu. Nuansa didesa ini masih kental dengan unsur klasik dan kejawen-nya. Sehingga kesan saat berada di masjid ini berasa masuk kedalam dimensi zaman dahulu.

Masjid Jami' Baitussalam Cikakak atau yang biasa dikenal dengan masjid Saka Tunggal ini memiliki banyak ciri khas dibaliknya. Seperti nama "Saka Tunggal" itu sendiri dikarenakan masjid ini hanya disangga dengan 1 saka saja, yang uniknya masjid ini masih tetap berdiri walaupun hanya memiliki 1 saka atau penyangga. Sehingga masjid ini dinamakan dengan nama masjid Saka tunggal. Saka-nya pun memiliki ukiran yang sangat indah dengan ukiran gaya klasik khas zaman dahulu yang dipadukan oleh beberapa warna yakni merah,kuning,hijau dan putih.

Sejarah berdirinya Masjid Saka Tunggal.

Awal mula berdirinya masjid saka tunggal yaitu dibangun oleh Kyai Mustolih atau yang kerap dipanggil dengan Mbah Mustolih. Seorang tokoh agama yang melakukan islamisasi di daerah Cikakak pada zaman itu. Mbah Mustolih membangun masjid ini dengan tujuan untuk menyebarkan agama Islam yang masih minim didaerah tersebut, berhubung pada masa itu mengembangkan agama islam masih sulit dilakukan. Masjid ini didirikan pada tahun 1288, tetapi tahun tersebut masih menjadi perdebatan dan belum diketahui secara pasti kebenarannya, oleh karena itu berdasarkan penuturan dari juru kunci, masjid cikakak ini merupakan masjid yang paling tua. Bahkan menurut sejarah yang beredar masjid ini lebih tua dari masjid Demak.

Ciri khas Arsitektur Masjid Saka Tunggal

Masjid Saka Tunggal memiliki berbagai Ciri khas unik yang menjadi daya tarik para pengunjungnya, selain hanya memiliki satu saka atau penyangga, juga terdapat beberapa peninggalan seperti beduk gentong, mimbar, kaca depan pengimamaman dan lampu lentera, sehingga menambah kesan estetik dengan adanya peninggalan barang antik tersebut. Masjid dengan luas 12,17 ini, memiliki atap yang terbuat dari ijuk, kemudian, atap tersebut diganti dengan asbes, karena adanya kerusakan, atap asbes diganti dengan seng hingga saat ini. Selain atap ijuk, dahulu tembok masjid ini terbuat dari ramang-ramang kayu yang diberi nama awi. Walaupun sudah dilakukan beberapa kali perenovasian, masjid ini masih terlihat orisinil dengan nuansa bangunan klasiknya.

Sampai saat ini, Masjid Saka tunggal menjadi situs peninggalan yang masih memiliki fungsi sampai sekarang, dan terus dilestarikan sebagai cagar budaya, yang digunakan warga setempat untuk beribadah dan tidak lupa juga dengan tradisi keagamaannya yaitu tradisi tahunan yang di selenggarakan secara rutin setiap tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun