A. Pengertian Kesulitan BelajarÂ
Kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat inteligensi dari individu yang mengalami kesulitan, tetapi individu tersebut mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan belajar dan melaksanakan tugas-tugas spesifik yang dibutuhkan dalam belajar (Jamaris, 2015). Kesulitan belajar berbeda dengan ketidakmampuan belajar. Meskipun demikian, kesulitan belajar seringkali disalahartikan dengan ketidakmampuan belajar. Â Menurut (Anonymous, 2016), kesulitan belajar adalah segala masalah pembelajaran atau emosional yang mempengaruhi secara substansial kemampuan belajar seseorang, bergaul dengan orang lain dan mengikuti konvensi. Kesulitan belajar dapat ditandai dengan hasil belajar yang rendah atau tidak sesuai dengan standar hasil yang telah ditetapkan. Â
B. Gejala-gejala yang Terjadi dalam Kesulitan BelajarÂ
- Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
- Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
- Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
- Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain. Â
- Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
C. Faktor-faktor Penyebab dalam kesulitan BelajarÂ
Syah (2009) mengelompokkan faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar menjadi dua macam, yaitu:
1. Â Faktor internal siswa.Â
Kesulitan belajar ini berasal dari dalam diri siswa, antara lain:Â
 a). Bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
b). Bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap, dan
c). Bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.
2. Â Faktor eksternal siswa
Meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa, antara lain:Â
a) Lingkungan keluarga. Seperti ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b) Lingkungan perkampungan atau masyarakat. Seperti wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal, danÂ
c) Lingkungan sekolah. Seperti kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.Â
D. Cara Mengatasi Kesulitan BelajarÂ
Usaha untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa harus dilakukan dengan mengadakan diagnosis dan remedies yaitu melalui proses pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi dan diakhiri dengan mengadakan remedies atau perbaikan sehingga masalah kesulitan belajar siswa benar-benar dapat diatasi.Â
1. Identifikasi Bentuk dan Penyebab Kesulitan Belajar
Seorang siswa kesulitan di satu mata pelajaran saja, umumnya hal itu berkaitan dengan hal eksternal seperti sikap guru dalam mengajar, metode yang digunakan, atau materi yang terlalu sulit, sedangkan jika terjadi di beberapa mata pelajaran, guru perlu melihat lebih cermat dimana letak kesulitan belajarnya, bisa jadi kelompok mata pelajaran tersebut adalah memiliki ciri atau karakter yang sama sehingga sumber kesulitan siswa dapat diindentifikasi, sedangkan jika semua mata pelajaran maka pemeriksaan lebih lanjut akan disarankan untuk melihat aspek-aspek mental seperti intelegensi maupun kemampuan perseptual,yang dapat dimulai dengan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dasar.
2. Membuat Rencana IntervensiÂ
Secara umum intervensi dapat berupa pendekatan psikologis maupun edukatif. Pendekatan psikologis dapat membantu siswa mengenali aspek-aspek personalnya yang dapat memengaruhi kemampuan belajarnya, seperti mengenali gaya belajar, meningkatkan motivasi serta mengembangkan konsep diri dan percaya diri yang baik. Sementara intervensi edukatif dapat mencakup remedial dan tutoring, maupun evaluasi materi dan metode pengajaran guru.Â
3. Merujuk Siswa pada AhliÂ
Apabila penyebab kesulitan belajar diduga terletak pada aspek mental, seperti intelegensi maupun kemampaun perseptual, ataupun aspek medis, seperti kerusakan fungsi otak, maka guru perlu merujuk siswa untuk diperiksa oleh ahli yang dapat membantu proses pemeriksaan. Berdasarkan informasi dari hasil tes tersebut dapat ditetapkan penebab kesulitan belajar, apakah karena alat inderanya kurang baik; ingatannya lemah; kecerdasannya kurang; kuranmg matang untuk belajar karena kurang menguasai konsep dasar yang dipelajari; kurang motivasi dan sebagainya.
E. Strategi dan Bantuan Terhadap Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apabila tidak segera di atasi tentunya akan menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Â Jika terdapat siswa yang mempunyai masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar.Â
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.
1. Â Memberi Angka.Â
Guru perlu memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
2. Â HadiahÂ
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi untuk siswa yang telah mendapatkan suatu penghargaan.Â
3. Â PujianÂ
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.Â
4. Â MinatÂ
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Wiener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut: a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran. b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar. d. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengatahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa. e. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.Â
F. Pengertian Lupa dalam BelajarÂ
Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk memanggil kembali pengetahuan yang telah dipelajari. Padahal menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan pelajari jika system akal mengolahnya dengan cara yang memadai semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
G. Kapan Terjadinya LupaÂ
- Proactive Interference (gangguan proaktif), Gangguan ini terjadi jika seorang siswa mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek.
- Retroactive Interference. Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut.
- Â Lupa dapat terjadi karena perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali item tersebut.Â
- Lupa dapat terjadi karena adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
- Menurut law of disuse,lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa.
- Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.
H. Usaha Mengurangi LupaÂ
Kiat terbaik mengurangi lupa adalah dengan cara "Meningkatkan daya ingat akal anak didik". Banyak ragam kiat yang dapat dicoba oleh anak didik dalam upaya meningkatkan daya ingat akal anak didik.Â
a) OverlearningÂ
Overlearning (belajar lebih), yakni upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Contoh pembacaan do'a tiap hari, pembacaan teks Pancasila setiap upacara hari senin. Hal itu menungkinkan seseorang mempunyai ingatan yang kuat.
b) Extra Study TimeÂ
Extra study time (tambahan waktu belajar), yakni upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan frekuensi balajar berarti anak didik meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Misalnya, dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kita ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
c) Memonic DeviceÂ
Mnemonic device (baca: ni'manik) yaitu muslihat yang dapat membantu ingatan, yakni kiat khusus yang dijadikan "alat pengait" mental untuk memasukkan informasi ke dalam sistem ingatan anak.
I. Pengertian Kejenuhan Belajar
Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa enggan, lesu, tidak bersemangat, atau tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Kejenuhan belajar ini dapat dialami siapa saja, terutama orang-orang yang sejak masa sekolah dasarnya merupakan orang-orang yang sangat rajin belajar. Berdasarkan pengamatan dan informasi dari berbagai sumber, ternyata masalah kejenuhan belajar ini banyak dijumpai pada tingkatan SLTP, SLTA, sampai mahasiswa. Masalah ini jarang sekali dialami anak-anak SD.
J. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kejenuhan Belajar Menurut Muhibbin Syah
1. Stagnasi pada variasi metode pembelajaran. 2. Tidak didukung oleh lingkungan dan iklim belajar. 3. Tidak adanya dukungan dari luar diri siswa. 4. Â Adanya konflik dalam lingkungan belajar yang tidak cepat diselesaikan. Â 5. Â Tidak adanya feedback positif dari aktivitas belajar sehingga menghadirkan kejenuhan. Terdapat juga paksaan dalam aktivitas belajar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H