Mohon tunggu...
Yuni Bues
Yuni Bues Mohon Tunggu... -

- Suka makan & ketawa\r\n- Karyawati di satu perusahaan di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Kepentingan Ekonomi dan Agama

28 Januari 2014   17:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali musim dingin (Winter) tiba, keinginan saya untuk shopping selalu meningkat 2 kali lebih banyak dari musim lainnya. Hal ini mungkin disebabkan suasana Shopping Center atau Mal yang terasa lebih nyaman & hangat, sehingga saya bisa bejam-jam lamanya menghabiskan waktu hanya sekedar untuk cuci mata ataupun minum kopi. Mal adalah tempat alternatif yang ideal untuk  menghangatkan tubuh di musim dingin, kalau kita sudah bosan tinggal di rumah. Beda kalau di musim panas, orang lebih suka berada di luar untuk menikmati sinar matahari. Hampir semua yang kita perlukan tersedia di sana. Mulai dari toko peralatan elektronik sampai toko mainan anak-anak juga tersedia. Hanya bedanya, Mal di sini (Berlin) tidak menyediakan tempat khusus bermain untuk anak dengan musik yang keras seperti di Indonesia. Kalaupun itu tersedia, yang pasti tanpa musik. Kenyamanan pengunjung memang menjadi prioritas utama bagi pemilik Mal.

Hari Minggu yang lalu saya dan suami memutuskan untuk mengunjungi Mal, daripada bepergian dengan mobil di tengah cuaca yang tidak bersahabat. Jalan-jalan sudah penuh dengan salju. Mal pertama yang kita kunjungi Potsdamer Platz Arkaden. Letak Mal ini sangat strategis, karena masih berada dalam satu bangunan dengan stasiun S-Bahn. Untuk mencapainya pengunjung tidak perlu ke luar jalanan. Sama seperti kebanyakan Mal di Singapur yang berhubungan langsung dengan MRT. Pengunjung saat itu belum banyak karena jam buka baru dimulai (pkl.13°° - pkl.19°°). Hanya Cafe yang sudah penuh orang. Udara dingin paling enak minum yang hangat seperti kopi & teh. Ketika kita sedang asyik menikmati kopi & sepotong kue, tiba-tiba kita dikejutkan oleh suara drum yang ditabu berkali-kali. Ternyata kebisingan itu berasal dari atraksi penyambutan Tahun Baru China yang diadakan di lantai bawah. Mereka juga menggelar tarian naga (Liong). Dari lantai atas kita melihat pengunjung sudah memadati pagelaran tersebut. Setelah puas menyaksikannya, kita pun melanjutkan kunjungan ke Shopping Mal berikutnya, Alexa. Mal ini selalu ramai pengunjung karena barang-barang yang dijual lebih komplit & mempunyai Food Court yang cukup besar. Karena perut kita masih kenyang dari kue, kita hanya berjalan saja mengelilingi lantai-lantai Mal yang besar ini. Hitung-hitung untuk membakar kalori dari kue yang kita makan.

Toko-toko buka di hari Minggu merupakan sesutau yang "special" di sini. Hanya ada beberapa minggu dalam setahun semua toko boleh buka di hari Minggu. Misalnya kalau ada pameran besar, mendekati Natal, atau yang lainnya. Hanya toko roti, toko bunga, toko di pom bensin, restauran, pub & bar yang boleh buka semaunya.

Setiap pemilik toko harus mematuhi peraturan ini, walaupun dari segi ekonomi itu merugikan para pemiliknya karena mengurangi pendapatan yang masuk, tapi sewa tetap jalan terus. Dari beberapa lembaga ekonomi yang melakukan survei, kebanyakan orang punya waktu berbelanja di hari Minggu karena itu hari libur kerja. Tapi rupanya peran gereja di sini masih lebih kuat untuk melobi pemerintah. Mereka berpikir (harap) dengan adanya peraturan tersebut, orang akan lebih banyak lagi mendatangi gereja di hari Minggu. Walaupun kenyataannya gereja masih tetap saja sepi (kosong) dari pengunjung.

Karena hari Minggu di sini merupakan hari "spesial" maka semua pekerja yang bekerja di hari tersebut juga mendapat bayaran yang spesial pula. Mereka menerima bayaran 2 kali lebih banyak per jamnya dibandingkan hari kerja lainnya. Dan bebas pajak. Makanya tidak aneh, banyak orang yang menginginkan kerja di hari itu.

Saya selalu membayangkan seandainya semua pemilik toko bisa bebas memutuskan kapan mereka mau buka seperti di Indonesia, tentunya suasana pertokoan di sini akan lebih hidup lagi dan akan membuka lebih banyak lowongan pekerjaan. Saya sudah merasa cukup senang jika seandainya di winter semua toko boleh buka setiap Minggunya. Sehingga orang-orang masih punya pilihan lain daripada menghabiskan waktunya seharian di rumah di tengah cuaca dingin dan gelap.

Untuk taat terhadap agama orang tidak bisa dipaksakan dengan aturan seperti itu. Kata hatilah yang akan menuntun mereka memasuki rumah Tuhan/Allahnya. Beruntunglah para pebisnis di Indonesia yang tidak terjerat peraturan seperti di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun