Adanya pandemi Covid 19 yang telah menjangkit seluruh dunia, khususnya Indonesia, telah berhasil membuat perubahan mendadak yang sebelumnya mungkin tak pernah dipikirkan. Mulai dari menggeser cara orang bekerja, pergelaran sebuah acara, bahkan dalam bersosialisasi maupun berkomunikasi. Ketika banyak negara yang melakukan lockdown atau pembatasan sosial di wilayah, masyarakat tak bisa lagi beraktivitas bebas di luar rumah seperti biasanya.
Di masa kritis seperti ini membuat kegiatan komunikasi menjadi berbeda dengan kondisi saat normal. Alhasil, kebutuhan kita terhadap media, baik itu media sosial dan media pada umumnya sangatlah besar agar masyarakat tetap saling berinteraksi satu dengan lainnya. Selain itu juga, media mampu memenuhi keperluan kita untuk mengetahui informasi di luar, baik daerah maupun nasional saat pandemi seperti ini. Sehingga bisa dikatakan bahwa pandemi ini memaksa kita untuk menggunakan media seperti tujuan awalnya, yaitu untuk tetap saling terhubung dan berbagi informasi positif. Ini adalah versi budaya digital yang sehat dan manusiawi.
Pandemi juga telah memperkenalkan kita dengan hidup serba online yang memanfaatkan teknologi digital tanpa perlu tatap muka seperti biasanya. Bahkan media sosial saat ini menjadi pilihan utama masyarakat dalam bersosialisasi. Semakin banyaknya waktu kekosongan saat ajuran pemerintah untuk di rumah saja, mengharuskan masyarakat berkegiatan secara daring dan memaksa bersinggungan dengan media sosial setiap harinya.
Namun permasalahannya, seberapa efektifkah kita berkomunikasi menggunakan media sosial?
Komunikasi adalah usaha yang sulit bahkan ketika tidak dalam kondisi krisis. Menjadi seorang komunikator yang baik perlu fokus, memiliki persiapan dan keterampilan mendengar, juga dapat melihat dari sudut pandang audiens. Kepercayaan dan kredibilitas komunikator merupakan prinsip kunci dari komunikasi yang efektif. Memahami kebutuhan informasi dari audiens akan membantu menjalankan respon komunikasi yang efektif.
Pada kenyataannya, komunikasi yang dilakukan secara virtual saat ini mungkin tak sebanding dengan kita berkomunikasi tatap muka secara langsung. Banyak kendala yang dialami pada saat kita melakukan koneksi dengan yang lainnya, salah satunya yaitu sinyal. Bagi sebagian yang bermukim di wilayah pedesaan mungkin akan mengalami gangguan jaringan pada saat online. Sehingga informasi yang didengar kurang optimal dan dapat menimbulkan kesalahpahaman komunikasi akibat keadaan yang tidak menguntungkan.
Akan tetapi, melihat keadaan yang saat ini terjadi, nampaknya komunikasi secara virtual khususnya menggunakan media sosial dinilai sangat tepat dan efektif. Menurut Farabi Ferdiansyah, Staff Ahli Komunikasi Tim Gubernur (TGUPP) Pemprov Jakarta, jenis komunikasi yang tepat dilakukan saat pandemi ini dilakukan secara online atau virtual adalah dengan memanfaatkan teknologi seperti aplikasi Zoom, Google Meet, atau Pricelist yang bisa dibagikan secara langsung atau yang bisa dibagikan di kanal media sosial.
“Berkomunikasi virtual sangat efektif untuk saat ini di tengah pandemi. Di mana saat ini pengguna media sosial di Indonesia sangat tinggi dan karena pandemi ini sangat meningkat,” tutur Farabi pada wawancara pribadi secara daring.
Dilihat dari sisi kelebihannya, komunikasi menggunakan media sosial memang menjadi lebih mudah karena menggunakan media telekomunikasi yang bahkan bisa berkomunikasi dalam skala besar. Apalagi mengingat harus diterapkannya protokol kesehatan dengan menjaga jarak, mau tidak mau komunikasi jauh lebih efektif dilakukan secara virtual.
Pada dasarnya, dengan diterapkannya PPKM di Indonesia karena pandemic Covid-19 ini, tak menghalangi kita untuk berinteraksi dengan orang lain atau bekerja sama dalam hal apapun. Baik itu dunia bisnis, pendidikan, pekerjaan, atau lingkup sosial. Maka dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, menyajikan berbagai kemudahan bagi para penggunanya.
Namun di samping berbagai manfaat dan kemudahan yang diberikan oleh media sosial, kita juga memiliki tantangan tersendiri, khususnya bagi para konsumen. Tantangannya yang dihadapi yaitu digital literasi yang sangat rendah. Indonesia termasuk ke dalam peringkat 56 dari 64 negara. Hal ini merujuk pada data Global World Digital Competitiveness Index tahun 2020 lalu. Selain itu, aktivitas masyarakat Indonesia di media sosial juga lebih banyak sebagai konsumen, bukan produsen. Masyarakat Indonesia sangat rendah dalam menggunakan internet untuk penggunaan ekonomi, bisnis, dalam mengolah dan memproduksi informasi.
Berangkat dari keefektifan berkomunikasi dengan media sosial, nampaknya bisa dinilai sebagai satu jalan yang tepat sebagai langkah membantu peran pemerintah, yaitu memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Adanya pandemi ini menyebabkan komunikasi tidak langsung seakan menjadi keharusan dan bagi sebagian orang mungkin sudah menjadi tradisi.
Kendati demikian, beberapa pekerjaan seperti rapat dan acara dialihfungsikan secara daring dengan memaksimalkan teknologi. Nyatanya, acara daring seperti webinar justru lebih memungkinkan untuk diikuti oleh lebih banyak orang dibandingkan secara langsung. Sebab, acara virtual tidak hanya untuk mereka yang berada di lokasi tertentu, tetapi dari segala penjuru pun bisa ikut berpartisipasi di dalamnya.
Kita juga jadi memiliki banyak pilihan untuk tidak lagi menggunakan terlalu banyak platform publik yang cenderung memperkuat konten berlebihan atau justru menggiring opini untuk memecah belah. Sebaliknya, kita bisa memilih acara daring yang bermanfaat seperti webinar, dan konferensi video yang cenderung menghasilkan interaksi lebih tenang dan bermanfaat. Atau juga bagi penggiat organisasi dan event, bisa dimaksimalkan dengan memberdayakan daring untuk mencapai tujuannya.
Oleh karena itu, keadaan seperti ini harus dilihat sebagai kesempatan untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Hal ini merupakan jenis eksperimen digital kreatif yang sangat butuhkan. Dengan adanya larangan berkumpul, kita perlu menciptakan lebih banyak ruang virtual yang dapat menopang dahaga ilmu dan kebutuhan bersosialisasi, khususnya melalui media sosial.
Dengan melakukan komunikasi melalui media sosial juga, maka kita sama saja mendukung peran pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Mari manfaatkan media sosial sebaik mungkin sebagai sarana informasi, edukasi, dan alat komunikasi yang efektif di tengah pandemi. Tetap semangat membantu peran pemerintah, dan jangan lupa untuk menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan.
______________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H