“Jauh-jauh sekolah di Australia kok ngomongnya masih bahasa Indonesia,” begitulah komentar sebagian mahasiswa Indonesia, mengomentari terlalu asyiknya mahasiswa dari Tanah Air bergaul dengan saudara sebangsa saja. Semoga itu menjadi otokritik bagi saudara-saudara sebangsa agar memperluas lingkup pergaulan ketika tinggal di negeri orang. Saya pribadi tidak pernah menyesal telah lebih banyak bergaul dengan rekan-rekan Indonesia selama dua tahun tinggal di ibukota Queensland ini, terlebih dengan begitu banyaknya kemurahan mati dan uluran tangan yang mereka tawarkan untuk saya. Dan pada saat yang sama, menjadi kewajiban saya untuk berusaha meningkatkan kesupelan diri agar pandai bergaul dengan mahasiswa dari beraneka bangsa dan warna kulit.
Karena seribu kawan masih terlalu sedikit, sedangkan satu musuh sudah terlalu banyak…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H