MENGENAL TEORI KONFLIK LEWIS A. COSER
Â
Lingkungan di tempat saya tinggal memiliki dua masjid sebagai tembat beribadah dan sarana kajian masyarakat. Hal ini mengharuskan adanya dua organisasi atau kepengurusan dalam mengelola dan menjalankan kegiatan di masing masing masjid tersebut. Remaja Islam Masjid atau biasa disebut Rismas menjadi salah satu organisasi penting dalam menyukseskan kegiatan masjid.Â
Dalam mengelola kegiatan atau kajian yang dilakukan, rismas antar masjid seringkali menuai konflik dimana anggota rismas antara kedua masjid tidak terbuka dan cenderung menutup nutupi pendapat atau rancangan program yang akan mereka lakukan.Â
Namun hal itu tidak mengubah atau mempengaruhi pertemanan atau hubungan baik yang terjalin diantara anggota kedua rismas pada kehidupan sehari hari. Akibat adanya konflik tersebut justru hubungan antara anggota rismas kedua masjid makin erat sebab timbul kesepakatan dimana kedua rismas masjid tersebut melakukan kegiatan dan program masjid bersama namun tetap menggunakan istilah  dua organisasi.
Bagi saya hal ini merupakan contoh tentang teori konflik dari Lewis A.Coser karena konflik yang timbul diantara kedua rismas masjid tersebut tidak mempengaruhi pertemanan atau hubungan baik antara setiap anggota rismas pada kedua masjid. Bahkan konflik tersebut justru mempererat hubungan antara anggota rismas, jika konflik itu tidak ada mungkin saja hubungan antara kedua rismas akan lemah tanpa solidaritas. Menurut Lewis A Coser terdapat suatu kemungkinan bahwa seseorang terlibat dalam suatu konflik relistis tanpa adanya permusuhan ataupun agresi.
Saya mengenal teori konflik Lewis A Coser dari buku Teori Sosiologi Modern (2021) karya Bernard Raho dan Jurnal Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern karya M Wahid Nur. Buku dan jurnal ini menjelaskan teori Lewis Coser bahwa konflik tak selamanya berkonotasi negative namun juga memiliki fungsi positif .Â
Teori Konflik adalah satu perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang tediri dari bagian-bagian atau komponen-kompkonen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda di mana komponen yang satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuni kepentingannya atau memperoleh keuntungan sebesar-besarnya (Raho 2021).
Dalam pemahaman saya teori konflik tidak sepenuhnya bersifat negative, namun juga dapat bersifat positif dalam mempersatukan berbagai kepentingan social didalamnya. Lewis Coser menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indicator dari kekuatan dan kestabilan suatu hubungan. Seperti dalam bukunya yang berjudul The function of Social Conflict, Lewis Coser memusatkan perhatiannya pada fungsi fungsi dari konflik. Menurut Lewis Coser konflik memiliki berbagai fungsi, antara lain :
Yang pertama, konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang berstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan masyarakat lain dapat mem[erbaiki kepaduan integrasi.
Yang kedua, konflik dapat membantu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan kelompok lain. Contoh, konflik antara bangsa Arab dan Israel akan menimbulkan aliansi antara Israel dan Amerika Serikat. Sehingga berkurangnya konflik Israel dengan Arab mungkin dapat memperlemah hubungan antara Israel dan Amerika Serikat.
Yang ketiga, konflik dapat membantu mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi. Protes terhadap perang Vietnam memotivasi kalangan anak muda untuk pertama kali berperan dalam kehidupan politik di Amerika. Dengan berakhirnya konflik Vietnam muncul kembali semangat apatis dikalangan pemuda Amerika.
Yang keempat, konflik juga dapat membantu fungsi komunikasi. Sebelum konflik, kelompokkelompok mungkin tidak percaya terhadap posisi musuh mereka, tetapi akibat konflik, posisi dan batas antar kelompok ini sering menjadi diperjelas. Oleh karena itu individu bertambah mampu memutuskan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam hubungannya dengan musuh mereka. Konflik juga memungkinkan pihak yang bertikai menemukan ide yang lebih baik mengenai kekuatan relatif mereka dan meningkatkan kemungkinan untuk saling mendekati atau saling berdamai.
Menurut Lewis A Coser konflik dibagi menjadi dua yaitu Konflik Realistis dan Konflik Non Realistis. Konflik Realistis berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan, sedangkan Konflik Non Realistis merupakan konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak.
Lewis A Coser juga menyatakan bahwa terdapat suatu kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik realistis tanpa sikap permusuhan atau agresi, seperti contoh pada kasus antara anggota rismas kedua masjid pada contoh awal. Namun jika konflik berkembang dalam hubungan hubungan yang intim, maka pemisahan antara konflik realistis dan non realistis akan lebih sulit untuk dipertahankan.Â
Semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih sayang yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan dibandingkan mengungkapkan rasa permusuhan. Lewis Coser juga menyebutkan katup penyelamat ( savety -- value ) sebagai suatu mekanisme khusus atau penyelesaian yang berfungsi sebagai jalan keluar untuk meredakan permusuhan,
Secara teoritis fungsionalisme struktural dan teori konflik  terlihat dapat diperdamaikan dengan menganalisa fungsi-fungsi dari konflik sebagaimana diuraikan oleh Lewis Coser ini. Tetapi harus diakui bahwa dalam banyak hal, konflik juga menghasilkan ketidak-berfungsian, atau disfungsi. Artinya, fungsi-fungsi yang disebutkan oleh Lewis Coser itu tidak seberapa dibandingkan dengan ketidak-stabilan atau kehancuran yang disebabkan oleh konflik itu.
Lewis A Coser adalah salah satu tokoh yang mencoba mempersatukan antara teori konflik dan teori fungsionalisme structural. Hal yang membedakan beliau dari pendukung teori konflik lainnya adalah ia menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelompok sedangkan pendukung teori konflik lainnya memusatkan Analisa mereka pada konflik sebagai perubahan social.
Teori Konflik diperkenalkan oleh Lewis Alfred Coser, ia lahir tanggal 27 November 1913 dari keluarga borjuis Yahudi di Berlin, Jerman, dari ayah seorang bangkir, Martin dan ibu Margarete Coser. Lewis Coser tumbuh berkembang menjadi seorang aktifis. Ia bukan seorang yang istimewa disekolah, namun ia gemar membaca.Â
Tahun 1941 ia mulai mempublikasikan artikel di sejumlah jurnal, antara lain di Partisan Review, Politics dan The Nation. Ia juga menulis beberapa artikel di berbagai penerbitan yang beraliran kiri menggunakan nama pena Louis Clair untuk artikel artikel Partai Sosialis dan Europicus untuk Partai Pekerja. Pada tahun 1942 ia menikah dengan seorang perempuan bernama Rose Laub dan dikaruniai dua anak yaitu Ellen dan Steven.
Pengalaman pendidikannya diperoleh dari Columbia University. Setelah lulus ia diterima menjadi dosen ilmu social di Universitas Chicago tahun 1948 dan pada tahun itu pula ia memperoleh naturalisasi sebagai warga negara Amerika Serikat. Ia memperoleh gelar doctor di Universitas Columbia pada tahun 1951.
Setelah hamper 20 tahun di Brandeis, ia menjadi guru besar sosiologidi State University of New York di Stoony Brook (SUNY) tahun 1969 dan menetap hingga tahun 1987 ia memperoleh penghargaan sebagai guru besar Emeritus dibidang Sosiologi di SUNY, dan juga menjadi guru besar sosiologi di Boston College.Â
Selama masa masa ini ia melahirkan karya intelektualnya, dan karya ter populernya adalah The Function Of Social Conflict merupakan tulisan disertasinya yang terbit pada tahun 1956. Dalam buku tersebut ia memusatkan perhatiannya pada fungsi fungsi dari konflik. Adapun tokoh tokoh yang mempengaruhi Lewis Coser antara lain George Simmel, Karl Marx, Max Weber, Emile Durkhein dll.
Lewis Coser wafat pada tanggal 8 Juli 2003 ketika berumur 89 tahun.
REFERENSI
Tualeka, M Wahid Nur. (2017). Teori Konflik Sosiologi Modern. Jurnal AL-HIKMAH 3(1). 32-48
Raho, Bernard. (2021). Teori Sosiologi Modern ( edisi revisi ). Maumere : Ladalero.
Maliki, Zainuddin. (2012). Rekontruksi Teori Sosial Modern . Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H