Mohon tunggu...
Anthony Salim
Anthony Salim Mohon Tunggu... -

Saya sudah menemukan passion saya dan sedang memulai perjalanan yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integritas Seharga 350 Ribu (Kisah Batu White Opal)

4 Februari 2015   18:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Integritas seharga 350 ribu
(Kisah batu white opal)
by : Anthony Salim - 030215
Akhir-akhir ini demam batu cincin sedang melanda Indonesia, terutama Jakarta. Saya pun termasuk salah 1 orang yang memang menggemari batu cincin, tetapi tidak semua batu cincin, hanya terbatas pada beberapa jenis, salah satunya adalah batu giok n opal.
Kenapa giok n opal? karena ke 2 batu ini ada berbagai jenis, dari jenis murah dengan harga puluhan ribu, hingga jenis langka dengan harga ratusan juta.
Nah, secara kebetulan, ada karyawan kantor saya yang juga terjangkit demam batu. n kebetulan, dia juga menyukai batu opal. Suatu waktu, dia menunjukkan batu-batu yang dia beli, n saya liat, batu2 yg dimilikinya cukup baik dan dibeli dengan harga yang cukup murah.
Minggu kemarin, karyawan saya menghubungi saya di kantor n bertanya
"Pak, mau beli batu opal atau tidak? ada yang jual seharga 350rb".
dia pun mengirimkan foto dari batu tersebut, secara sekilas, cukup baik n dikarenakan saya percaya dengan penilaiannya, saya pun memutuskan untuk membeli batu tersebut.
Tidak berapa lama, saya pun sampai di kantor n dia memberikan cincin tersebut kepada saya. Saat saya lihat, saya sedikit lemas, karena, koq keliatannya seperti  batu "masakan" ya?
Setelah diteliti lebih jauh, ternyata memang benar, batu tersebut adalah batu "masakan"..
pantes aja, harganya murah untuk batu dengan kualitas seperti itu..
sebenarnya dari awal, saya sudah sedikit curiga, tetapi saya berpikir, apakah saya rela kalau membeli batu "masakan" dengan harga 350rb... n saya pun memutuskan, saya rela..
Setelah kejadian itu, saya pun posting foto batu tersebut di FB, n tidak disangka, ternyata ada beberapa teman FB saya yg tertarik n dengan bercanda, saya bilang, kalo mau, bayarin 350rb... ternyata, ada yang tertarik n mengajak ketemuan.
Jujur saja, sebenarnya saya tidak berminat untuk menjual batu tersebut, bagi saya, itu adalah "harga" yang saya harus bayar untuk "pelajaran" ini. Tetapi, karena pembicaraan di FB, walaupun awalnya bercanda, karena yang menanggapi saya dengan serius, dengan "terpaksa" saya harus memenuhi janji saya.
Hari pun berlalu, n akhirnya datang hari sabtu, janjian di daerah Gajah Mada.
Yang menyebalkan adalah, setelah beberapa lama memegang cincin itu, saya merasa "sayang" untuk menjual cincin tersebut, karena memang ada 1 cincin yang menurut saya, walaupun "masakan" tetapi cukup baik n kecuali  diperiksa dengan teliti, tidak akan ketahuan kalo batu tersebut adalah "masakan".
Di pagi hari, saat hendak pergi, tiba-tiba ada sebuah "ide" yang muncul dalam pikiran saya
"Kalo sayang sama cincin ini, kenapa ga bilang aja sama si pembeli, cincinnya ga jadi dijual, toh saya bisa mengarang seribu alasan, kenapa tidak jadi dijual. n sebenarnya, si pembeli juga tidak akan tahu, apakah saya bohong atau tidak."
Tetapi, tiba-tiba timbul pikiran lain
"Kamu bisa saja melakukan itu, orang lain ga akan tahu, bahkan tidak akan ada orang yang tahu. Tetapi, berarti, kamu sudah kehilangan integritas dirimu. Kamu sudah berjanji akan menjual cincin tersebut, tetapi kamu membatalkan perjanjian tersebut. Walaupun tidak ada orang yang tahu, tetapi dirimu akan tahu. n kamu harus menjalani hidupmu, dengan mengetahui hal tersebut."
Pertimbangan atas kedua hal itu, berlangsung selama beberapa waktu..
menimbang...
menghitung...
n akhirnya, saya pun bertanya,
"apakah saya mau kehilangan integritas saya dengan nilai 350 ribu rupiah?"
n keputusan saya pun bulat...
Alhasil, jam 11.30, saya pun bertemu dengan si pembeli n berkata
"saya akan jual cincin ini, tetapi saya harus kasih tau, bahwa cincin ini "masakan". mau dibeli silahkan, tidak mau pun, ga masalah"
Setelah berpikir n berdiskusi beberapa lama, akhirnya si pembeli memutuskan, dia lebih suka membeli cincin yang asli n bukan "masakan"...
saya pun tersenyum n berkata "baik pak, lain kali kalo ada yang bagus, saya kabarin bapak lagi"
di akhir hari itu, saya bersyukur, saya tidak kehilangan integritas saya dengan uang senilai 350 ribu...
bahkan, saya juga tidak "kehilangan" cincin tersebut..
sekarang, setelah lewat beberapa hari, saat menulis cerita ini, saya hanya bisa tersenyum n berpikir "hmmm hampir aja, saya jual integritas saya seharga 350 ribu" hihihi..
Anthony Salim - Konsultan Karir (0302150)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun