Mohon tunggu...
Saliman Bekam
Saliman Bekam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hidup adalah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Antrian Kematian

31 Maret 2015   09:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mengantri Kematian

Kejadian sebuah kematian, sering kali di hadapi dengan kesedihan yang berlarut larut. Sebetulnaya jika kita mau memaknai apa itu sebuah kematian, maka kita pasti tidak akan larut dalam kesedihan yang panjang.

Mati adalah sebuah kepastian yang akan dialami oleh semua makhluk yang bernyawa ( hidup). Yang harus kita pikirkan sesungguhnya adalah persiapan untuk menghadapi yang namanya kematian.

Dunia, yah dunia adalah alam dimana kita diberi kesempatan untuk mempersiapkan perjalanan ke alam selanjutnya. Sejauh mana persiapkan yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi sebuah kematian. Dan cara untuk mempersiapkan itu semua pun sudah dengan gamblang di beri tahu oleh Tuhan kita. Melalui kitab kitabnya lah cara tuhan memberikan petunjuk petunjuk. Yang di turunkan kepada para nabinya, bagaimana cara kita menjalani hidup. Bagai mana cara menjalani hidup di dunia dan bagai mana cara kita dalam menghadapi kematian.

Jika kita mau mengikuti semua apa apa yang sudah Tuhan ajarkan kepada kita, niscaya tidak akan sulit ketika kita menghadapi kehidupan ataupun kematian. Dunia hanyalah kawah candra dimuka, yaitu isinya hanyalah ujian, yah ujian, tidak ada manusia yang tidak mendapat ujian. Dan ujian itu berbeda beda sebagai mana kelas dan tingkatan kelas orang itu sendiri. Ada yang di uji dengan Penyakit ada yang di uji dengan Kesempurnaan fisik ada yang di uji dengan Kemiskinan dan ada juga yang di uji dengan Kekayaan.

Banyak orang yang mampu dan bisa ketika di uji dengan Kemiskinan, dan orang itu tetap mengingat tuhan serta lulus dalam ujian. Ada orang masih sangat tegar ketika di uji dengan kekurangan Fisik. Dan mampu melewati ujian itu dengan senyuman. Tapi masih sangat banyak orang yang gagal ketika di uji dengan Kekayaan. Banyak orang kaya yang tidak sempat meluangkan waktunya untuk beribadah kepeda Tuhannya. Mereka selalu sibuk dengan menimbun kekayaan. Yang ada di hatinya hanya duniawi belaka. Mereka tidak ingat lagi apakah cara dia mengumpulkan hartanya di ridhoi Tuhan ataukah tidak.

Dunia menurutnya adalah segalanya, mereka tidak lagi memikirkan apapun dampak dari apa yang mereka lakukan. Buat mereka yang penting, bagai mana dia, keluarganya, dan golongannya mendapat banyak materi. Sehari hari yang ada di pikirannya hanyalah gemerlapnya dunia semata. Dan untuk itu semua, mereka tidak pernah mau tahu dengan apa yang mereka lakukan itu melanggar aturan agama ataukah tidak. 'Yang penting senang, ' yang panting happy, kapan lagi kalau tidak sekarang' yah itu kata mereka. Mereka sudah benar benar tertipu dengan silaunya dunia. Mereka tidak lagi ingat bahwa, setiap apa apa yang kita lakukan di dunia pasti akan dimintai pertanggung jawaban oleh Tuhan kelak.

Jika kita ingin sukses dunia dan sukses akhirat caranya mudah. Laksanakan sholat lima waktu, lakukan kebaikan dengan ihklas. Jangan pernah melakukan keburukan. Jika kita bisa melakukan ini semua, maka pasti Dunia akan sukses dan insaallah akhiratpun akan sukses. Karena memang pasti jika kita mampu mempersiapkan bekal akhirat dengan baik maka dunia pun akan mengikuti.

Ciri ciri fisik orang yang lulus dalam ujian bisa dilihat ketika sudah berangkat menuju alam Kubur (MATI). Jika orang orang yang mengiringi jenazah orang tersebut banyak, bahkan sampai ribuan orang,itu merupakan suatu indikator suksesnya orang tersebut dalam menghadapi ujian. Yah lulus ujian dengan nilai baik, hakekatnya orang orang yang banyak mengiringi jenazah kita, karena mereka menyak sikan ataumerasakan manfaat dari diri kita ketika hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun