Berbeda dengan kanak-kanak yang memiliki pengetahuan amat terbatas, sehingga belum mampu menentukan sikap yang baik. Semakin dewasa seseorang, segala macam kemampuannya akan berkembang. Ia akan menjadi semakin mampu, semakin berdaya, dan semakin merdeka dari hal-hal diluar dirinya. Bertumbuh menjadi dewasa berarti semakin mampu bertanggung jawab atas diri sendiri dan menolak pendiktean atau pemaksaan kehendak dari apapun yang berada diluar dirinya. Dan yang terpenting, pemimpin yang dewasa adalah dia yang memiliki kepekaan atau sensitifitas yang semakin tinggi terhadap dosa atau kesalahan yang sangat kecil.
Dengan demikian, kepemimpinan ideal harus mencakup setidaknya, aspek-aspek intelektualitas dalam arti yang luas serta prinsip-prinsip keadilan yang memungkinkan seseorang pemimpin untuk tidak menggunakan cara-cara yang tidak terpuji dalam mempertahankan kekuasaan, seperti berbohong, menipu dan menindas. Disamping faktor kedewasaan seorang pemimpin. Jadi, kriteria ‘siapa’ yang harus menjadi pemimpin berikutnya tidak begitu penting Juga tidak terlalu penting memilih kriteria seorang pemimpin dari aspek-aspek primordialnya, apakah dia seorang sipil atau militer, tua atau muda, muslim atau non-muslim, etnis jawa atau  luar jawa, WNI atau warga keturunan.
Bangsa ini terlalu besar untuk diserahkan kepada pemimpin yang tidak cerdas. Dan bayangkanlah apa yang akan terjadi seandainya kita ‘menyerahkan’ bangsa dengan potensi sumber daya alam yang begitu besar ini kepada pemimpin kanak-kanak, yang masih harus belajar mendewasakan dirinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H