Mohon tunggu...
Abdus Salim
Abdus Salim Mohon Tunggu... profesional -

Agropreneur, Archivist & Community Development Specialist (Hidup bukanlah jumlah hari yang kita lalui, melainkan jejak apa yang kita tinggalkan di dunia)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jangan Ngiri Pada Durian Montong (!)

31 Januari 2016   17:41 Diperbarui: 1 Februari 2016   14:02 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sangka, risetnya saja 150 tahun untuk, benar2 menguji dan memastikan bahwa varietas durian ini keluar sebagai juara bertahan yg telah lolos uji multilokasi bertanding dengan varietas lainnya di Negeri Gajah Putih (Thailand). Akhirnya ia telah menunjukkan daya tahan dan kestabilan produksinya di semua ketinggian dengan  suhu yg beragam. Pantas saja tanam dimanapun ia akan tumbuh dengan baik kecuali karena perlakuan salah / human eror.

Nah, negeri kita yang agraris ini ternyata juga banyak menyediakan plasma nutfah durian yang memiliki varian berbeda berdasarkan spesifik lokasi, setiap varietas durian dimasing2 tempat tentu saja memiliki kekhasan (dengan segala kekurangan juga kelebihannya).  Bahkan pemerintah sudah meregister lebih 80 jenis durian lokal nusantara.

Tapi apa lacur, meski demikian hingga kini belum satupun varietas durian yang berhasil dan dinyatakan lolos ujimulti lokasi secara nasional. Entah karena memang belum dilakukan, masih dalam proses (on going research) atau bahkan malah tak ada pihak yang peduli akan hal ini.  Sehingga meski kita menyadari bahwa setiap tempat/daerah di negeri ini memiliki ragam varietas durian unggul (lokal) itupun sebatas hanya karena menang kontes lokal atau regional  dinilai dari tampilan performa, rasa maupun warna.

Lebih parahnya beberapa pohon plasma nutfah varietas yang menang melalui metode kontes lokal akhirnya musnah (mati) dan belum sempat diperbanyak diakibatkan ulah beberapa oknum menguliti pohon untuk bahan sambung pucuk. Disamping itu prilaku pragmatisme masyarakat kita yang cenderung memanfaatkan branding varietas yang menjuarai kontes untuk kebutuhan komersiil, tanpa memperhitungkan keamanan pohon plasma nutfahnya.

Disamping itu, berdasarkan pengalaman sebelumnya beberapa hal yg setidaknya patut dihindari adalah :

1). Penyelenggaraan event atau model kontes durian yang simbolik dan ceremonialis. Mengabaikan aspek profesional, kompetensi dan keahlian Penilai (juri) yang menilai spesifikasi durian justru menimbulkan dilema dan keraguan hasil kontes, misal; juara titipan pejabat atau juri artis yang sama sekali tidak memiliki kompetensi dalam menilai, dll. Sehingga praktek prilaku seperti ini justru akan semakin mendistorsi visi pengembangan varietas durian  unggul lokal nusantara.

2). Tidak adanya komitmen pemerintah daerah setempat untuk memfollow-up hasil kontes atau durian juara. Setidaknya Pemda/pihak terkait segera melakukan penyelamatan plasma nutfah melalui perbanyakan bibit dan cara yang paling cepat adalah memangkas pohon durian lainnya lalu melakukan top-working (sambung pucuk) dengan varietas juara. Sehingga diharapkan 3-4 tahun kemudian sudah bisa berbuah sama dengan varietas juaranya, itulah cara tercepat jika ingin mendapatkan buah durian bagus sesuai varietas yang diinginkan. Hanya saja, konsekuensinya terkadang masyarakat/pemilik pohon minta kompensasi saat dilakukan pemangkasan pohon untuk penerapan top-working, maka disinilah peran pemerintah untuk menyediakan dana kompensasinya.

3). Pengembangan selanjutnya dalam upaya uji multilokasi setiap juara/ pemenang kontes lokal ini dilakukan kontes secara nasional yang tentu dalam hal ini dibutuhkan dana dan waktu yang tidak sedikit serta komitmen yang tidak main-main apalagi hangat-hangat tai ayam.

Pengawalan terhadap agenda pengembangan buah durian melalui uji multi lokasi secara nasional ini sekurang-kurangnya membutuhkan waktu 25 tahun jika kita memulai sekarang. Jika tidak dilakukan sekarang maka konsekuensinya banyak, salah satunya adalah generasi kita berikutnya hanya disuguhi durian plastik. Sementara durian montong dalam tahapan pengembangannya seperti yang kita saksikan sekarang, menghabiskan waktu 150 tahun. Nah, apakah kita tidak malu jika NGIRI PADA DURIAN MONTONG??

*Penulis adalah Founder @kebunsantri; Inisiator Forum stakeholder Durian Lokal Nusantara

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun