Mohon tunggu...
Salilatul Badriyah
Salilatul Badriyah Mohon Tunggu... -

PSIKOLOGI UIN MALIKI MALANG 2012\r\n\r\n12410172\r\n\r\n" JUST BEAR IT, I'M SURE I CAN "

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Modeling Itu Pentingkah?

17 Mei 2014   01:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:27 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial. Konsep teori kognitif sosial bandura ini juga merupakan gabungan dari teori skinnerkemarin yang saling kaitannya dengan behaviorisme.namun, bandura sendiri lebih pada proses belajar dengan cara mengamati. Lebih seringnya teori bandura disebut dengan modeling atau peniruan. Tak heran terkadang perilaku manusia itu timbul karena faktor peniruan pada suatu objek yang kita suka. Dalam kasus ini konsep dasar reward dan punihments masih tergolong pada konteks belajar sosial itu sendiri. Proses penguatan itu sendiri merupakan bentuk utama dari cara belajar seseorang. Jika, suatu peristiwa yang dia terima di anggap buruk. Peluang besar buat dia untuk tidak menirikan hal tersebut, dan bisa jadi seorang itu akan mendapatkan hadiah dengan mengambil sikap yang benar. Sebaliknya, jika dia mengetahui perbuatan seorang yang dikaguminya benar. Dia akan berusaha mengikutinya, sehingga dia tidak akan mendapatkan hukuman dari tindakan yang dilakukannya.

Pengalaman merupakan faktor penting dalam menjalankan perilaku yang akan dilakukan. Jika, kita mempunyai pengalaman buruk akan suatu hal. Peluang besar kita tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi dan menghindarinya. Begitu pula sebaliknya. Patut di pahami bahwa teori bandura ini saling berkaitan yaitu, hubungan pribadi, lingkungan, tingkah laku saling mempengaruhi dalam pembelajaran.

Sedikit bercerita tentang modeling itu sendiri. Tidak berjauh beda dengan cerita saya dimasa kecil. Saya merupakan seorang perempuan yang terinspirasi pada sosok kakak saya. Saya mencoba menirukan apapun yang kakak saya lakukan. Mulai dari segi berdandan, berpakaian bahkan cara dia berbicara. Usia saya dengan kakak saya terpaut 4 tahun. Hingga saat remaja saya menyadari bahwa saya bisa menemukan jati diri saya tanpa ikut-ikutan kakak saya lagi. Faktor usia yang selisih 4 tahun membuat saya sadar, bahwa tindakan saya salah. Dengan usia yang tergolong masih anak-anak saya sudah memiliki perilaku yang selayaknya anak SMA punya. Dan saya merasa ada perbedaan antara teman-teman saya saat berjalan bersama. Hal ini membuat saya berfikir bahwa pengalaman tersebut membuat saya termotifasi untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Bukan hanya semata-mata karena faktor penampilan, namun pola pikir kakak saya yang cerdas yang patut saya contoh dan diterapkan dalam kehidupan saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun