Mohon tunggu...
Muhammad Saleh
Muhammad Saleh Mohon Tunggu... Dosen - mengajar penting tetapi lebih penting belajar

konten yang bermanfaat di tengah orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kedisiplinan

18 Desember 2015   10:52 Diperbarui: 18 Desember 2015   12:22 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pengalaman berharga yang saya lalui setelah diberi kesempatan ke negara seberang (Singapura), ada hal unik yang saya temukan selama 2 hari berkeliling di kota tersebut, yaitu waktu menggunakan travel Mr. Ali tidak pernah sekalipun ia membunyikan klakson mobil, dan waktu parkir kadang mobil ditinggalkan begitu saja sementara mesin masih aktif. Saya mencoba menggali informasi yang dia katakan bahwa itulah bagusnya mobil singapura karena klaksonnya orisinil "jarang digunakan", saya tanya alasannya, ia memberi komentar: 'buat apa diklakson, boleh jadi yang didepan kita juga ada hambatannya, dan orang-orang yang lalu lalang pada kebanyakannya ingin cepat-cepat. Dan kalau parkir itu aman, knp? karena di sekitar sini banyak cctv, jadi bila ada yang berbuat jahat akan dengan mudahnya ketahuan. Saya pikir boleh jadi karena CCTV?

Setelah berjalan menelusuri berbagai sarana yang ada, baik sarana transportasi, sarana pendidikan, sarana hiburan, sarana umum, dll tidak saya temukan "sampah" yang berserakan. Sehingga dalam pikiran saya orang singapura sangat cinta kebersihan, peduli terhadap kenyamanan dan keamanan lingkungan, hingga tidak salah kalau menjadi salah satu negara yang terbersih dan teraman di dunia.

Berdasarkan pengalaman tersebut, saya beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh warga singapura merupakan pribadi yang mencerminkan Kedisiplinan, terlepas dengan adanya CCTV, adanya denda yang begitu besar bagi yang melanggar. Kedisiplinan bisa terwujud dengan diawali dengan pembiasaan. Ada slogan yang mengatakan: biasakanlah yang benar dan jangan membenarkan yang biasa.

Sikap ini dapat digolongkan pada sosok manusia yang memiliki mental spiritual yang tinggi, bukan mental religius. Manusia yang memiliki nilai-nilai spiritual yang tinggi dapat timbul kesadaran dalam dirinya untuk dapat melakukan aktivitas dengan berlandaskan pada etika, norma, nilai-nilai hakekat keagamaan bukan hanya sekadar simbol, label tetapi terimplementasi dalam kehidupan. #semoga_bermanfaat#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun