Prespektif komunikasi risiko digunakan untuk menjelaskan mengapa persoalan penampungan minyak disebut dengan nama Brent Spar oleh kerajaan Inggris, menjadi sebuah isu besar yang menyebabkan kegemparan internasional. Dan Brent spart dipakai sebagai salah satu contoh klasik dari kajian menerapkan komunikasi resiko yang salah. Keberhasilan media dan organisasi aktivis lingkungan dalam mempengaruhi public untuk mendukung menutupi penampungan minyak adalah sebuah keberhasilan dalam pengelolaan komunikasi resiko. Pembahasan rangkuman ini menjadi salah satu pembelajaraan tentang komunikasi risiko.
Kontravesi persoalan lingkungan, menuntut penutupan penampungan minyak Brent Spar yang dimiliki oleh Shell dan Axxon di Atlantik Utara laut menjadi perhatian banyak kalangan media. Dalam masa itu, Perusahaan Shell mengalami situasi yang sangat memalukan, dimana perusahaan tersebut menerapkan opsi pembuangan laut dalam dan didukung oleh John Major dan pemerintah Inggris, sebagai best praktis opsi terhadap lingkungan. Aktivis dari Greenpeace mengalang kampanye secara besar-besaran terhadap untuk tengelamkan brent Spar, mendesak Jerman, Denmark dan pemerintah Swedia untuk menyayankan pembuangan tersebut. Argumen tentang bagaimana penampungan Brent spar harus dibuang sangat banyak, tetapi realitas isu lingkungan hanya sedikik menjadi bagian sebagai kontroversi mencapai titik point. Apa yang menjadi menarik dalam kontroversi Brent Spar adalah lingkungan menjadi non isu, pada saat pelampung penyimpanan minyak yang diabaikan diduduki oleh aktivis Greenpeace pada akhir bulan April 1995. Dalam pembahasan ini, kajian literature pengelolaan komunikasi risiko dipakai untuk melihat persoalan tersebut.
Kajian Historis Kasus
Diawal tahun 1994, ada dua perusahaan besar minyak yakni Shell dan Exxon mengalami masalah dengan pembuangan pelampung penyimpanan minyak bernama Brent Spar. Awalnya pelampung dimulai bekerja pada tahun 1976, namun secara operasional tidak bekerja selama lima tahun dan dianggap berlebihan dan tidak bisa dipakai lagi. Pembuangan Brent Spar menjadi isu bagi pemilik, dimana tidak didukung secara hokum untuk membuang pelampung didarat. Pelampung terletak kedalaman air sekitar lebih dari 75 meter dan beratnya lebih dari 4000 ton(berat actual 14.500 ton). Menurut organisasi kelautan international menetapkan bahwa tengelamnya struktur laut adalah pilihan yang dapay diterima. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut maka perusahaan Shell mulai melakukan 30 studi untuk mempertimbangkan teknis keselamatan dan implikasi lingkungan dari pembuangan. Studi Shell merumuskan empat pilihan yang berbeda yakni:
- Pembuangan Didarat
- Tengelamkan pelampung dilokasi penyimpanan
- Dekomposisi pelampung ditempat
- Pembuangan dilaut yang dalam(wilayah perairan U.K)
Setelah mempelajari keseluruhan keempat pilihan tersebut, Shell memutuskan menerapkan opsi keempat, dengan alasan biaya yang cukup murah dengan sedikit dampak lingkungan(BPEO) sebagai Pilihan yang paling realistis. Dan opsi kedua, pembongkaran horizontal diddarat dipandang empat kali lebih mahal dan berisiko tinggi bagi pekerja. Berdasarkan konsultasi dan penelitian, Shell berkonsultasi dan meminta department perdagangan dan industri U.K memberi izin untuk membuang pelampung kedalamanan lautan, dan berdasrkan pada konvensi baru tentang lingkungan kelautan bahwa jika dalam 60 hari tidak ada penolakan dan keberatan dari anggota negara-negara Eropa maka pemerintah U.K akan memberikan izin kepada Shell untuk melakukan pembuangan pada minggu pertama Mei, namun sebelum Izin dikeluarkan, Aktivis Greenpeace sudah menduduki Brent Spar pada 30 April.
Dalam memperkuat aksinya, Greenpeace mengadakan studi tandingan dan jajak pendapat, menyebutkan 70% dari konsument di Jerman dan Belanda akan memboikot produk dari shell jika rencana penenggelaman brent spar tetap dilakukan. Dan juga studi greenpeace menyebukan dalam brent spar terkandung 5.500 ton minyak jauh melebih angka yang disebutkan perusahaan Shell(belakang ini baru diketahui studi greenpeace tidak valid, namun hasil studi itu sering dipakai dalam kasus forum international). Setelah aksi itu, Shell memutuskan tidak menenggelamkan brent spar dan memintaa maaf kepada public terkait rencananya. Kemudian Shell memilih memindahkan material brent spar ke daratan yang memiliki resiko terhadap tenaga kerja dan biaya lebih tinggi.
Komunikasi Resiko
Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi dan pandangan mengenai risiko serta faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko di antara para pengkaji risiko, manajer risiko, konsumen dan berbagai pihak lain yang berkepentingan. Tujuan pokok komunikasi risiko adalah memberikan informasi yang bermakna, relevan dan akurat dalam istilah yang jelas dan mudah dipahami kepada audiens tertentu. Tujuan komunikasi risiko adalah:
- meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang berbagai persoalan spesifik yang harus dipertimbangkan oleh semua peserta selama proses analisis risiko;
- meningkatkan konsistensi dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan manajemen risiko dan implementasinya
- memberikan landasan yang aman untuk memahami keputusan manajemen risiko yang diusulkan atau diimplementasikan
- meningkatkan keseluruhan keefektifan dan efisiensi proses analisis risiko
- turut memberikan kontribusi pada pengembangan dan penyampaian program informasi dan pendidikan yang efektif jika kedua hal tersebut terpilih sebagai pilihan manajemen risiko
Pembelajaran/lesson learn
Dalam isu ini, actor yang disalahkan adalah pertama Shell yang mengambil keputusan kebijakan yang salah yakni pembuangan penyimpangan laut adalah BPEO dan pemerintah U.K, kedua Shell dipandang sebagai perusahaan bisnis transnasional dan kekalahan dengan masyarakat dan aktivis greenpeace dilihat sebagai kemenangan bagi demokrasi menurut sebuah Koran U.K. Akhirnya yang disebut dengan efek David dan Goliath, greenpeace aktivis yang berani menduduki platform dan menyerukan untuk melawan dan membunuh penjahat besar Shell membuat media sangat menyukainya. Kedua shell dipandang serakah, Shell memiliki modal yang diperlukan untuk memilih yang ramah lingkungan. Shell hilang kredebilitas, karena masyarakat melihat BPEO adalah pilihan yang paling murah untuk Shell.
Isu Brent Spar ini dimanfaatkan oleh politisi dari beberapa negara di Eropa daratan seperti Belanda, Jerman, Swedia, dan Denmark untuk meraih popularitas sebagai politisi yang ramah lingkungan. Bagi politisi dari negara-negara yang tidak punya sumber minyak tersebut, isu Brent Spar adalah isu yang sangat murah dan tidak memiliki resiko politik yang tinggi untuk mengangkat popularitas. Faktor yang menyebabkan Brent Spar menjadi isu utama:
- Banyak foto-foto yang menarik perhatian pembaca, yang kebanyakan dibuat oleh Greenpeace
- Ada banyak kesan negatif yang melekat pada Brent Spar, terutama menyangkut stigma terhadap Shell sebagai perusahaan yang suka mengeruk keuntungan dan stigma terhadap usaha tambang yang dikenal tidak ramah lingkungan
- Isu mengenai Brent Spar mendominasi forum-forum internasional. Hal ini terkait dengan dimanfaatkannya isu ini untuk tujuan politik dari negara-negara yang tidak mempunyai sumber minyak.
Faktor kegagalan Shell UK dalam mengkomunikasikan risk communication-nya:
- Shell dan pemerintah Inggris tidak membalas serangan Greenpeace dengan strategi komunikasi resiko yang lebih baik.
- Â Shell tidak satu suara dalam memberikan informasi kepada publik. Antara Shell UK dengan Shell Jerman dan Belanda sering mengeluarkan informasi yang berbeda, yang membingungkan publik dan membuat kredibilitas Shell dipertanyakan
- Â Greenpeace memanfaatkan media dengan baik, dengan menyuplai berita, pernyataan sikap, dan gambar-gambar kepada stasiun TV dan kantor berita besar. Hal ini tidak dilakukan oleh Shell dan Pemerintah Inggris yang membuat mereka harus mati-matian mempertahankan diri dari serangan-serangan tersebut
- Isu mengenai Brent Spar sudah terlanjur mendapatkan stigma yang buruk di masyarakat, sehingga sulit untuk mendapatkan simpati masyarakat dari kondisi seperti ini.
- Dalam prinsip-prinsip komunikasi risiko, diharapakan untuk mengenal audiens guna merumuskan pesan-pesan komunikasi risiko, audiens harus dianalisis untuk mengetahui motivasi dan pandangan mereka. Selain secara umum mengetahui siapa yang menjadi audiensnya, kita juga perlu mengenalinya sebagai kelompok dan secara ideal sebagai perorangan untuk memahami kekhawatiran serta perasaan mereka dan untuk mempertahankan terbukanya saluran komunikasi dengan mereka. Melibatkan pakar ilmiah kapasitasnya sebagai pengkaji risiko harus mampu menjelaskan konsep dan proses pengkajian risiko.
- Mereka harus dapat menerangkan hasil-hasil pengkajian serta data-data ilmiahnya, asumsi dan pertimbangan objektif yang menjadi dasar penjelasan itu sehingga manajer risiko serta pihak berkepentingan lainnya dapat memahami dengan jelas risiko tersebut. Â Untuk bisa berhasil, komunikasi risiko memerlukan keahlian dalam menyampaikan informasi yang mudah dipahami dan mudah digunakan kepada semua pihak yang berkepentingan. Manajer risiko dan pakar teknis mungkin tidak mempunyai waktu atau keterampilan untuk melaksanakan tugas komunikasi risiko yang kompleks seperti memberikan respons terhadap kebutuhan berbagai audiens (masyarakat, industri, media dll.) dan menyiapkan pesan-pesan yang efektif. Oleh karena itu, orang yang ahli dalam komunikasi risiko harus dilibatkan sedini mungkin. Keahlian ini mungkin harus dikembangkan melalui pelatihan dan pengalaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H