Mohon tunggu...
Salfatul Zuhria
Salfatul Zuhria Mohon Tunggu... Guru - Student/Song Writer

saya sangat berhati-hati dengan pekerjaan yang saya lakukan, saya menyukai seni musik dan sesekali menulis lagu, saya suka menuangkan ide-ide yang ada dipikiran saya dalam bentuk tulisan, saya sangat menyukai orang yang inspiratif dan berenergi positif. saya ingin terus belajar apa yang membuat saya senang impian saya adalah ingin mempelajari semua bahasa yang ada di dunia, membagikan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Warga Berlomba-lomba Menyewa Sound System untuk Merayakan Karnaval Kemerdekaan RI

9 September 2022   18:30 Diperbarui: 10 September 2022   15:48 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hallo sobat kompasiana, Apakabar di bulan Agustus kemarin? setelah lama Indonesia dilanda pandemi covid 19 semua acara pawai, pesta, karnaval dan segala macam tempat/acara hiburan resmi ditutup. 

Namun saat ini pesta, karnaval, dan pawai besar-besaran di selenggarakan di berbagai tempat. Agustus memang sudah berakhir tapi di beberapa wilayah merayakan pesta kemerdekaan masih di lakukan beberapa minggu bahkan beberapa bulan setelahnya. Hal ini bisa terjadi karena warga atau peserta penyelenggara pawai perlu mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, untuk menampilkan karya yang akan di selenggarakan membutuhkan beberapa hari atau minggu. 

Seperti halnya di daerah saya yakni Desa Sutojayan, Kecamatan Pakisaji Malang yang menyelenggarakan karnaval kemerdekaan RI pada hari Minggu 11 September 2022. 

Desa Sutojayan sendiri memiliki rute jalan utama yang menyerupai huruf O yang sedikit tikungan, hingga mudah dilalui kendaraan besar seperti truk. disebelah utara desa Sutojayan berbatasan dengan Dusun Nggolek, Desa Karangduren. sebelah selatan berbatasan dengan Desa Wonokerso, sebelah barat berbatasan dengan Pakisaji, dan sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Segenggeng desa Wonokerso.  

Warga sangat antusias dalam menyelenggarakan acara ini, hal ini bisa di lihat dari latihan rutinan yang diadakan setiap hari, rata-rata dilakukan malam hari setelah warga melaksanakan solat isya', bila anda memasuki desa Sutojayan di malam hari terutama dilingkungan RT setempat di hari sebelum perayaan kemerdekaan pastinya jalan ditutup, dan memaksa anda harus balik arah karena warga menggunakan jalan umum untuk latihan bersama entah itu menari ataupun drama.

Namun kebanyakan warga Sutojayan menampilkan seni menari, tapi orang-orang menyebutnya "marlena", kebanyakan tema tidak diambil dari tarian seni daerah tapi tari(dance) modifikasi saat ini, mungkin gerakan tarian menyesuaikan kostum yang mereka kenakan seperti kaos, kostum pelajar, atau bahkan di kebanyakan kelompok rela menyewa kostum yang budgetnya lumayan cukup mahal seperti tema monster, tema kerajaan, dan sebagainya. 

Suatu kebahagiaan tersendiri bagi warga bisa memeriahkan kembali pesta rakyat yang pada umumnya dilakukan 1 tahun sekali namun, terpaksa di berhentikan sementara waktu karena pandemi. 

Desas-desus yang tak pernah berhenti di bicarakan masyarakat adalah tentang Sound apa yang di sewa di masing-masing rt, alih-alih membicarakan tema apa yang akan di pakai, mereka cenderung kepo tentang satu ini, saya sebagai warga Sutojayan meng-heran melihat status wa teman, saudara, dan tetangga, mereka mengunggah story whatsapp berisi list sound system yang akan di pakai disetiap kelompok rt, saya sih tidak tahu ya mana yang terbaik atau yang termahal(tenang habis ini penulis akan belajar Ilmu persound-an ahaha), tapi dari cuitan warga yang paling bagus soundnya milik RISWANDA(bila perlu di bold).  Penulis sendiri awalnya bingung kenapa harus pakai sound yang besar, kenceng, dan menggelegar. 

Alasannya adalah karena barisan peserta karnaval yang sangat panjang memungkinkan mereka yang berada di barisan belakang tidak mendengar sound ketika berjoget. hmmm  masuk akal juga,  tapiii bagaimana nasib warga yang memiliki ketebalan kaca yang tipis dan mudah rapuh seperti hatiku? seperti yang dilansir dari laman (detikjatim, kamis, 01 september 2022 oleh Yakub Mulyono) parade sound sytem dan street dance yang digelar di Sumberjambe, Jember merusak rumah warga. Setidaknya ada 3 rumah warga rusak akibat suara keras sound system. 

Lalu bagaimana nasib telinga orang-orang yang melihat, mendengar, merasakan hiruk pikuk kenikmatan duniawi ahahah? padahal pendengaran manusia hanya mampu menerima suara maksimal dengan intensitas 140 dB. suara apapun diatas 140 dB dapat merusak telinga. dan apakah pelaksanaan karnaval harus memakai sound? jawabannya adalah iya, karena warga kebanyakan mengambil tema jogettt asekkk,  lalu pesan apa yang dapat disampaikan setelah ini? apakah tema yang telah di tampilkan masuk dalam tema kemerdekaan RI? entahlah, mungkin kita perlu belajar lagi tentang arti perayaan kemerdekaan RI, kebanyakan kita memaknai arti kemerdekaan RI dengan sesuatu yang menghibur, rasa keberhasilan setelah merdeka. yaa boleh saja berfikir seperti itu suatu hal yang positif sekali bisa ikut berpartisipasi untuk acara kemerdekaan RI, mereka juga rela panas-panasan jalan kaki menyelusuri jalan, latihan tiap hari dan sebagainya, tapi jangan lupa setelah perayaan perlu meninggalkan kesan yang bermakna atas kemerdekaan RI serta memberikan kesan positif bagi penontonya. menurut penulis, hal yang membuat masyarakat memiliki pemikiran seperti ini adalah berasal dari apa yang mereka lihat, dan dari apa yang mereka dengar. 

Pertama, pengaruh dari media sosial, di era yang serba digital ini memungkinkan informasi didapatkan begitu cepat, namun kita banyak tertarik pada konten hiburan, di media sosial seperti youtube, instagram, facebook yang banyak sekali penggunanya, bisa dimanfaatkan sebagai media untuk promosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun