Mohon tunggu...
Rizal Agustiawan
Rizal Agustiawan Mohon Tunggu... -

Seorang marketer yang telah menjalani profesi marketing dan sales selama 13 tahun, beragam posisi di bidang marketing dan sales telah dijalaninya, mulai dari sales, AO, Sales supervisor dan Marketing Manager, di beberapa perusahaan di bandung, dan kini menjadi Direktur Marketing di sebuah Perusahaan Tracking di Bandung, sekaligus CEO dan Trainer Motivasi khususnya di profesi Sales, dengan bendera RZ_Consultant nya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bocah Kecil Anak Tukang Bangunan

18 Oktober 2016   16:19 Diperbarui: 18 Oktober 2016   16:23 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi sepi dalam gendongan, menggayut dalam letih tak berbicara, pagi sunyi dalam dingin, terbalutkan baju tipis yang terkikis waktu

Bocah kecil dalam pangkuan, masih tertidur dan bermimpi, tapak kaki sang ayah meniti jalan beraspal menuju tempat ia berkarya.

Bocah hitam dan kurus masih tertidur di pagi sepi, dinginnya fajar memaksa nya untuk membuka mata.

Semilir angin pagi menusuk raga, desahan napas beradu dalam batin yang tersiksa, bocah kecil sudah terjaga, tapi mata masih menahan kantuk yang memaksa untuk 

membuka... Bocah kecil menatap mata sang ayah, mata beradu dalam kelembutan kasih yang tersisa, sayupan yang  hanya mereka miliki, berdua dalam pagi yang menyingsing hari.

Matahari memancarkan cahaya, mebias dan menyinari jalanan beraspal di lingkungan mewah bersahaja

Tapak langkah menapaki bumi mu, tapak langkah mengiringi mimpi mu, tapak langkah membawa impianmu

Tapak langkah membawa mu pada suatu bangunan setengah jadi, tempat sang ayah kembali mengabdi

Angin pagi tersaput sinar fajar yang tersenyum, sang bocah pun turun dari gendongan, meniti langkah kecilnya di antara tumpukan kerikil...

Sang ayah memandang bocahnya... tatapan kasih terpaut dalam kelu dan sedih....sang bocah masih terus berjalan di dalam hamburan debu dan semen..

Sang ayah masih terus memandang.....dan segera membalik manakala Ia lihat sang bocah kembali tertidur dalam ruangan kamar kosong  yang beralaskan kantong semen...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun