Mohon tunggu...
Ahmad Kanzil Fikri
Ahmad Kanzil Fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka makan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Abadi Syiah dan Ahli Sunnah

10 Oktober 2024   03:50 Diperbarui: 10 Oktober 2024   03:50 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertarungan Dominasi Syiah vs Ahli Sunnah: Akar Sejarah, Konflik, dan Dampaknya

Pertarungan dominasi antara Syiah dan Ahli Sunnah (Sunni) adalah salah satu konflik yang paling mendalam dan bersejarah dalam dunia Islam. Perpecahan ini tidak hanya terjadi karena perbedaan teologis, tetapi juga mencakup konflik politik dan sosial yang berkembang selama berabad-abad. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri akar sejarah perpecahan, perbedaan utama dalam doktrin, serta dampak global dari pertarungan dominasi antara dua kelompok Muslim terbesar ini.

Akar Sejarah Perpecahan: Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Sejarah perpecahan Syiah dan Ahli Sunnah dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M. Pertanyaan mengenai siapa yang seharusnya memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi menjadi sumber perpecahan utama. Sebagian besar umat Islam, yang kelak dikenal sebagai Ahli Sunnah, mendukung Abu Bakar, sahabat dekat Nabi, sebagai khalifah pertama. Mereka berpendapat bahwa kepemimpinan harus diputuskan melalui musyawarah atau konsensus.

Namun, sebagian kecil umat Islam, yang kemudian dikenal sebagai Syiah, meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi, adalah penerus yang sah. Mereka percaya bahwa kepemimpinan harus tetap berada dalam garis keturunan keluarga Nabi. Ali akhirnya menjadi khalifah keempat, tetapi masa kepemimpinannya penuh dengan konflik dan berakhir tragis dengan pembunuhannya pada tahun 661 M.

Peristiwa yang memperdalam perpecahan adalah pertempuran Karbala pada tahun 680 M, di mana cucu Nabi, Husain bin Ali, dibunuh oleh pasukan Khalifah Yazid. Tragedi ini menjadi simbol perlawanan bagi Syiah, yang memperingati peristiwa tersebut setiap tahun dalam perayaan Asyura.

Perbedaan Teologis dan Praktik Ibadah

Syiah dan Ahli Sunnah berbagi keyakinan dasar dalam Islam, tetapi terdapat beberapa perbedaan teologis yang mendasar. Syiah meyakini konsep "Imamah", yang mengajarkan bahwa imam-imam dari keturunan Ali memiliki otoritas spiritual dan politik yang ditetapkan oleh Allah. Para imam dianggap sebagai pemimpin yang maksum (terjaga dari dosa) dan memiliki pengetahuan khusus yang diturunkan dari Nabi Muhammad SAW.

Sebaliknya, Ahli Sunnah tidak memiliki konsep Imamah. Mereka percaya bahwa otoritas keagamaan terletak pada Al-Qur'an, hadis, dan konsensus para ulama. Kepemimpinan dalam Islam bagi Sunni adalah tanggung jawab kolektif yang diputuskan melalui musyawarah, dan tidak terbatas pada keluarga Nabi.

Dalam praktik ibadah, perbedaan ini juga tampak. Syiah, misalnya, sering melakukan sujud di atas turbah, lempengan tanah yang biasanya berasal dari Karbala. Mereka juga memperingati Asyura dengan cara yang lebih emosional, termasuk meratap dan memukul diri sendiri sebagai tanda duka atas syahidnya Husain. Sementara itu, Ahli Sunnah memperingati Asyura lebih sebagai hari puasa dan perenungan, tanpa ritual emosional yang serupa.

Konflik Politik dan Geopolitik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun