Mohon tunggu...
Salbella DwiUtari
Salbella DwiUtari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Andalas

Hallo :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Aktivitas Tambang Meningkat, Produktivitas Hutan Kian Menurun, Apa Kabar Hutan Indonesia?

25 Desember 2022   23:00 Diperbarui: 29 Desember 2022   09:41 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas Mata Kuliah Biodiversitas Tropika Program Magister, Pascasarjana Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Andalas.

Dosen Pengampu Dr. Feskaharny Alamsjah

Indonesia merupakan negara yang mempunyai julukan sebagai pru-paru dunia, yang mempunyai banyak sekali pulau yang terselimuti oleh hutan yang lebat.  Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Zaire dalam kekayaan hutan hujan tropis di dunia. Kawasan hutan di Indonesia mencapai luas 120,6 juta ha atau sekitar 63 persen dari luas daratannya (Departemen Kehutanan 2018).

Namun pada dekade terakhir ini, Indonesia dihadapkan dengan dilema dalam mengelola hutan dan kawasan hutan lindung. Tekanan terhadap sumber daya hutan cenderung semakin meningkat. Kelestarian hutan terancam oleh gangguan yang diakibatkan oleh konversi hutan menjadi areal non hutan salah satunya pertambangan. Saat ini bahan tambang masih menjadi salah satu icon yang sangat dibutuhkan oleh duina. Antara tahun 2000 hingga 2019 industri pertambangan memusnahkan hampir 2.000 kilometer persegi hutan di Indonesia. Indonesia merupakan satu dari empat negara di dunia di mana hilangnya hutan tropis akibat langsung dari pertambangan skala besar (8 dari tiap 10 km2).

Produktivitas Hasil Pertambangan 

Dari beberapa data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa, saat ini terdapat 150 perusahaan yang telah mengantongi izin Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membuka tambang di kawasan-kawasan tersebut. perusahaan-perusahaan ini membuka usahanya pada kawasan hutan seluas 11.441.852 ha yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Departemen kehutanan telah melakukan evaluasi terhadap 815 buah permohonan konversi lahan yang mencakup 11,4 juta ha.

Pada tahun 2021 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, produksi batu bara Indonesia mencapai 606,22 juta ton. Jumlah itu meningkat 7,2% dibandingkan pada 2020 yang sebesar 565,69 juta ton. Kementerian ESDM memperkirakan produksi batu bara Indonesia pada 2022 naik di kisaran 637 juta ton hingga 664 juta ton.

Kegiatan Pertambangan Versus Lingkungan 

Peran industri pertambangan semakin penting bagi perekonomian di Indonesia. Karena sektor pertambangan termasuk salah satu sektor penunjang pertumbuhan ekonomi disamping sektor pertanian.

Kegiatan pertambangan banyak dilakukan pada kawasan hutan yang memiliki potensi, bahkan sejumlah kawasan pertambangan telah mengubah fungsi hutan menjadi kawasan kematian dan salah satu isu penting dalam pengembangan kegiatan pertambangan versus kelestarian lingkungan hidup adalah tumpang tindih dan konflik penggunaan lahan, terutama dengan kegiatan kehutanan sehingga munculnya degradasi lahan yang menyebabkan permasalahan lingkungan.

Beberapa perusahaan yang akan menghentikan kegiatan tambangnya, menyatakan tidak mampu menghutankan kembali bekas lubang tambang dan kolam limbah mereka. Lubang-lubang itu dibiarkan terus menganga dan menjadi danau asam beracun pasca penambangan.

Contoh kasus, saat ini tutupan hutan di kawasan hutan Provinsi Jawa Timur masih kurang dari 30% (28,47%), sedangkan kegiatan pertambangan dalam kawasan hutan meningkatkan angka deforestasi (Najitcha, 2021).

Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Lingkungan

Berbicara masalah pertambangan maka banyak asumsi bahwa kekayaan akan melimpah ruah, padahal adanya kegiatan pertambangan akan memberikan banyak dampak negatif yang dihasilkan dari penambangan tersebut. Kegiatan pertambangan memberikan efek terhadap lingkungan dengan menurunnya produktivitas hutan bekas tambang yang ditandai dengan hilangnya vegetasi sehingga menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen, pengatur suhu. Lahan bekas tambang batubara juga mengalami kerusakan. Kerapatan tanah makin tinggi, porositas tanah menurun dan drainase tanah, pH turun, kesedian unsur hara makro turun dan kelarutan mikro meningkat.baik, dan mengandung sulfat.

Upaya Menanggulangi Pertambangan Untuk Meningkatkan Produktivitas Hutan

Semestinya pemerintah harus memikirkan kondisi kawasan hutan yang semakin parah dan harus melakukan upaya untuk menemukan cara terbaik dalam melindungi, mengelola dan meningkatkan produktivitas sumberdaya hutan. Dampak pertambangan yang tidak mampu menghutankan kembali bekas tambang harus diberi kebijakan dan konsekuensi yang tegas oleh pemerintah, Diperlukan keterpaduan dan sinkronisasi antara Undang-undang Kehutanan dan Undang-undang Konservasi Hayati dengan Undang-undang tentang Ketentuan Pokok Pertambangan. Diperlukan revitalisasi Undang-undang Kehutanan dan Undang-undang Konservasi Hayati agar dampak kegiatan pertambangan dapat diminimalisir dan produktivitas hutan tidak rendah.

Referensi

Ardhana, P. G. I. 2010. Konservasi Keanekaragaman Hayati Pada Kegiatan Pertambangan Di Kawasan Hutan Di Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. V(15): 2. 71-77.

Hafiz. A. 2016. Dampak Izin Pertambangan Batubara Bagi Lingkungan Masyarakat Kelurahan Sempaja Timur Kecamatan Samarinda Utara. eJournal Ilmu Pemerintahan. 4 (4): 1651-1660.

H. Wahyuni, and S. Suranto. 2021. Dampak Deforestasi Hutan Skala Besar terhadap Pemanasan Global di Indonesia. JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan. V(6): 1, pp. 148 162. https://doi.org/10.14710/jiip.v6i1.10083

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/05/produksi-batu-bara-indonesia-naik-72-pada-2021

Najicha, F. U. 2021. Dampak Kebijakan Alih Fungsi Kawasan Hutan Lindung Menjadi Areal Pertambangan Berakibat Pada Degradasi Hutan. Proceeding of Conference on Law and Social Studies. e-ISSN: 2798-0103.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun