Seiring dengan perubahan zaman, kekayaan budaya masyarakat Indonesia mulai perlahan terkikis dengan nilai-nilai modernitas, bahkan ada diantaranya terancam punah, atau bahkan telah punah. Kondisi demikian, tentu saja mengundang keprihatinan bersama, mengingat kebudayaan merupakan salah satu aset nasional bangsa Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Namun di balik fakta tentang keterancaman kepunahan nilai-nilai budaya akibat modernitas, masih ada harapan pada sebagian pewaris yang terus berupaya untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan yang dianutnya.
Berbagai ragam budaya yang masih dilestarikan hingga kini di berbagai pelosok Nusantara oleh berbagai suku dan etnis menunjukkan bahwa kesadaran untuk melestarikan nilai luhur budaya bangsa masih terjaga dengan baik. Begitu pun yang terjadi pada masyarakat Wandan (Banda) di Kepulauan Kei, Provinsi Maluku. Sudah barang tentu, berbagai ragam budaya dan adat istiadat tersebut merupakan warisan leluhur yang dilestarikan secara turun temurun dari generasi ke generasi hingga saat ini. Di antara berbagai ragam tradisi yang dimiliki oleh Masyarakat Wandan, salah satunya adalah ritual Tulak Ringin.
Tulak Ringin merupakan tradisi menyambut bayi yang baru lahir dengan mengadakan serangkaian ritual dengan memohon pada Sang Maha Pencipta agar melimpahkan kesehatan dan keselamatan pada bayi tersebut. Ritual Tulak Ringin dilaksanakan beberapa hari setelah kelahiran bayi. Ritual ini lebih condong memiliki kemiripan dengan ritual Aqiqah dalam ajaran Islam ataukah ritual Brokohan dan Sepasaran dalam tradisi Jawa. Akan tetapi, dalam kehidupan Masyarakat Wandan, ritual Tulak Ringin dan Aqiqah menjadi bagian yang tak terpisahkan, karena kedua ritual ini tumbuh dan berkembang di tengah budaya masyarakat Wandan. Namun  dalam prosesnya ritual Tulak Ringin selalu menjadi yang pertama untuk dilaksanakan, setelah itu disusul dengan pelaksanaan Aqiqah sebagai upaya mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta atas kelahiran seorang bayi.
Ritus Tulak Ringin
Tradisi Masyarakat Wandan dalam menyambut kelahiran bayi masih terus dilakukan hingga kini, baik bagi mereka yang bermukim di pedesaan maupun perkotaan. Tentu saja, aktivitas semacam ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur terhadap Sang Maha Pencipta atas kelahiran bayi, juga merupakan bentuk menjaga serta melestarikan tradisi yang diwariskan oleh para leluhur. Dalam pelaksanaannya, ritual Tulak Ringin dilaksanakan setelah usia bayi mencapai satu minggu atau lebih. Ritus ini dimulai dengan mengundang ibu-ibu dan para wanita yang menjenguk ibu sang bayi sewaktu persalinan. Selain itu, ikut diundang pula seorang pelaku ritual yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam pelaksanaan ritus ini, umumnya pelaku ritualnya adalah perempuan separuh baya yang telah menikah, dan memiliki anak. Setelah kehadiran para undangan dan pelaku ritus, maka ritual Tulak Ringin dapat dilaksanakan. Untuk keperluan pelaksanaan ritus ini, maka perlu disiapkan beberapa bahan dan alat, di antaranya adalah:
- Tempat/wadah untuk memandikan bayi
- Air Santan Kelapa
- Buah Kelapa muda
- Kapas
- Kepingan emas
- Piring
- Pisau
Setelah semua bahan dan alat disiapkan, maka pelaku ritual memulai melaksanakan ritus dengan memanjatkan doa sambil mengikis kepingan emas di atas kapas yang telah disediakan, lalu setelah itu kapas yang telah dibubuhi dengan emas kemudian dibaluri pada kulit buah kelapa muda. Setelah itu, buah kelapa muda tersebut dilubangi dengan menggunakan pisau yang telah disediakan. Setelah dilubangi, air dari kelapa muda tersebut dituangkan ke dalam wadah yang telah berisi air santan kelapa. Selanjutnya, bayi tersebut dimandikan sembari memanjatkan doa dan harapan-harapan kepada Sang Maha Pencipta agar kelak bayi tersebut tumbuh dengan sehat serta diberkahi hidupnya.
Setelah proses pemandian bayi selesai, selanjutnya para tamu yang diundang untuk menghadiri acara ritual tersebut menikmati hidangan yang disediakan oleh tuan rumah. Setelah menikmati hidangan tersebut, maka dengan sendirinya berakhir pula ritual tersebut.
Makna dan Simbol di Balik Ritual Tulak RinginÂ
Tentu saja, setiap ritual yang dilakukan pasti memiliki makna secara spiritual serta simbol-simbol yang ingin dimunculkan sebagai bentuk manifestasi terhadap keyakinan yang dimiliki oleh pewaris atas ritual yang dilakukan. Seperti halnya ritual lainnya, ritual Tulak Ringin juga memiliki makna secara spiritual, bahwa setiap kelahiran merupakan bentuk anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang patut disyukuri oleh setiap orang tua. Selain itu juga, ungkapan syukur yang di panjatkan, juga terselip doa dan harapan pada setiap rangkaian ritual ini, agar kelak bayi tersebut tumbuh sehat hingga dewasa, dilimpahkan rezeki, dan hidupnya penuh dengan keberkahan.