Setelah tahun 1979, orang-orang Wandan hampir setiap tahun terpanggil untuk melaksanakan ibadah haji, minimal diikuti oleh satu orang. Setelah era 90-an orang-orang Wandan semakin banyak yang terpanggil untuk melaksanakan ibadah haji. Bahkan pada musim haji tahun 2018 menjadi tahun yang paling banyak diikuti oleh diaspora Wandan di mana sebanyak 18 orang terpanggil untuk melaksanakan ibadah haji di tanah suci pada tahun tersebut.
Tentu saja pelaksanaan ibadah haji bagi diaspora Wandan di Kepulauan Kei adalah semata-mata sebagai bentuk penyempurnaan atas rukun Islam yang mereka imani. Bagi orang Wandan yang kebanyakan bekerja di bidang non formal, seperti penjual ikan dan pengrajin emas kei, mereka mengumpulkan pendapatannya hanya diperuntukkan bagi dua hal yang sangat penting, yakni biaya sekolah anak-anak mereka, dan tabungan untuk ibadah haji. Sehingga menjadi hal wajar kalau sarjana dan jemaah haji terbanyak di Maluku Tenggara berasal dari diaspora Wandan yang bermukim di desa Banda Ely. Â
Pada akhirnya. Catatan ini tidak dimaksudkan sebagai bagian dari upaya menonjolkan status sosial orang-orang Wandan dalam menjalankan rukun Islam yang kelima ini, mengingat acapkali ibadah haji cenderung dijadikan sebagai pembeda status sosial dalam Masyarakat. Namun pada dasarnya ini sekadar catatan pengingat sekaligus semacam bahan untuk memotivasi generasi muda Wandan agar tetap istiqomah menyempurnakan keimanan mereka terhadap Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh leluhur orang-orang Wandan terdahulu. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H