Mohon tunggu...
Nasha UJ
Nasha UJ Mohon Tunggu... Penulis - Full-Time Learner

Lulusan MSDM. Mantan Kreatif. Memproses Sustainable Motherhood. Menulis jg di salamnasha.com

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Begini Perjalanan Skincare hingga Menjadi Tren Saat Ini

16 Januari 2023   11:14 Diperbarui: 31 Januari 2023   04:14 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Moondance dari Pixabay

Skincare atau perawatan kulit adalah rangkaian kegiatan perawatan kulit yang mendukung kesehatan dan kecantikan kulit. Biasanya kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah produk yang diaplikasikan langsung ke kulit. Kini, semakin banyak orang yang paham bahwa kulit, sebagai organ terbesar ditubuh kita, harus dirawat. 

Perawatannya tidak bisa hanya melalui asupan makanan, namun juga perlu mengaplikasikan sejumlah produk untuk melindungi kulit dari paparan zat berbahaya/ polutan dari luar. 

Artinya setiap kita, baik laki-laki ataupun perempuan perlu melakukan skincare. Karena skincare adalah mencegah atau mengobati permasalahan kulit, berbeda dengan kosmetik yang bentuknya menutupi kekurangan kulit untuk sementara. Dari fungsi singkatnya itu, bisa diartikan skincare adalah keharusan dan kosmetik bisa jadi pilihan.  

Skincare Dahulu

Aktivitas perawatan kulit ini ternyata sudah dimulai sejak zaman Mesir Kuno dengan Ratu Cleopatara yang disebut sebagai ikon kecantikan dari zaman tersebut. 

Diketahui bahwa Cleopatra menggunakan berbagai macam bahan flora dan fauna untuk merawat kulitnya. Mulai dari susu sapi, madu, hingga daun dan kulit pohon. Bahkan juga menggunakan bahan dari alam seperti tanah liat dan arang. 

Mereka membuat minyak jarak, wijen, dan kelor untuk mengatasi penuaan. Mereka juga membuat sabun berbahan dasar minyak zaitun untuk menjaga kelembaban kulit, bahkan menggunakan garam dari laut mati untuk eksfoliasi.

Masyarakat Yunani Kuno juga melakukan perawatan kulit, seperti menggunakan yogurt untuk mengatasi penuaan, juga menggunakan buah zaitun untuk melembabkan dan eksfoliasi. Biasanya mereka mencampurkan susu dan berbagai buah berry untuk perawatan kulit rutin mereka. 

Penggunaan bahan yang ada disekitar dilakukan dengan  pengolahan seadanya, lalu informasi tersebut saling ditukarkan melalui aktivitas perdagangan, juga meningkatkan penggunaan bahan-bahan untuk tujuan tertentu. 

Di abad pertengahan, madu marak digunakan untuk peremajaan kulit, oatmeal untuk mengobati jerawat, jus lemon untuk mencerahkan, serta mandi susu untuk kulit yang lebih halus dan cerah. 

Saat itu, beberapa bahan kimia juga digunakan seperti merkuri hingga zinc oxide, lalu diketahui kemudian bahwa bahan-bahan ini menimbulkan alergi dan memiliki efek samping yang berbahaya.

Gambar oleh dungthuyvunguyen dari Pixabay
Gambar oleh dungthuyvunguyen dari Pixabay

Pesatnya kemajuan skincare terjadi pada abad ke-20, dimana adanya penemuan berbagai macam bahan dan produk hingga terciptanya berbagai merk kecantikan terjadi pada rentang abad itu. Penemuan bedak bayi, sunscreen, hingga teknologi botox dan transfer panas untuk menghilangkan noda ditemukan pada masa ini. 

Segala perkembangan penggunaan bahan yang kita tahu sekarang ini tidak terjadi begitu saja. Tidak jarang, dulu banyak penggunaan bahan yang ternyata berbahaya, akibat belum adanya alat dan penelitian yang mumpuni bisa mendekteksi efek buruk dari suatu bahan. 

Namun, perjalanan panjang itu jugalah yang melahirkan banyak sekali pelajaran dan cabang keilmuan, yang akhirnya bisa kita nikmati sekarang. Seperti spesialisasi kedokteran kulit, hingga bahan-bahan aktif yang mampu meredakan berbagai macam keluhan kulit. 

Skincare Kini

Pada masa sebelumnya, kebiasaan skincare  bukanlah miliki semua orang. Produk skincare yang ditawarkan, dimana mayoritas adalah buatan Amerika, dianggap tidak terjangkau untuk semua kalangan. Tidak semua orang perlu melakukan rutinitas skincare. Hingga terjadi globalisasi yang membawa perubahan tren dan budaya. 

Apalagi dengan kehadiran skincare yang lebih ramah kantong buatan Korea. Bukan hanya tren budaya, Korea juga dianggap sebagai tolak ukur munculnya skin care make up atau diistilahkan juga dengan kosmetik hybrid. 

Produk yang bukan hanya memperbaiki tampilan luar juga menyehatkan kulit dari dalam. Titik baliknya yaitu saat kemunculan BB Cream, yang merupakan gabungan dari foundation (kosmetik) dan pelembab (skincare)

Kemudian muncullah banyak produsen lokal yang turut meramaikan pasar skincare di Indonesia. Dalam banyak artikel disebutkan, masa pandemi adalah masa dimana animo masyarakat meningkat terhadap perawatan kulit. Banyak keyword yang mengacu pada berbagai bahan dan permasalahan kulit, seperti niacinamide, retinol, kulit kusam, anti aging, dsb. 

Skinimalism kini juga tutut mempermudah tahapan skincare yang awalnya sepuluh tahap menjadi lima tahap ataupun tuga tahap. Ini dikarenakan penggunaan produk yang terlalu banyak juga tidak menjamin hasil yang efektif. 

Bukan tentang jumlahnya namun tentang kesesuaian. Hal yang paling penting adalah menemukan basic skincare yang tepat untuk kondisi kulit kita masing-masing. Sudah tau kan step of basic skincare?

Gambar oleh Moondance dari Pixabay
Gambar oleh Moondance dari Pixabay

Tren Saat Ini

Dengan semakin terjangkaunya produk skincare, semakin tingginya kesadaran kita tentang pentingnya perawatan kulit, kita juga semakin bisa memahami apa yang kulit kita butuhkan dan apa masalah kulit yang mungkin kita hadapi. 

Banyak yang bilang, kuncinya adalah sunscreen karena itu adalah proteksi yang paling penting untuk melindungi kulit kita. Apalagi sekarang banyak produsen yang menambahkan berbagai macam bahan untuk perawatan ganda dan perlindungan tambahan selain dari efek UV sinar matahari. 

Salah satunya adalah blue light protection, yang ternyata bukan hanya berasal dari sinar matahari namun juga dari layar digital. Tingginya intensitas kita berada didepan layar, juga memburuknya kualitas udara yang dipenuhi polutan membuat kita ingin produk yang bisa melindungi kulit kita dari bahaya zat-zat tersebut. 

Menyikapi krisis iklim yang sedang berlangsung, pengguna skincare juga mulai aware atas apa yang  digunakan. Merawat kulit tidak berarti membuat kita lupa merawat bumi. Sehingga tren dari produk yang sekedar menyelesaikan masalah kulit akan bergeser pada produk yang punya concern ke lingkungan, bisa dengan bahan-bahan alami yang diambil tanpa pengrusakan sampai kemasan dipakai yang bisa menerapkan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Refillable). 

Biasanya produsen akan menambahkan label seperti cruelty free, no animal testing, vegan, ethically resourced, organic, biodegradable, earth friendly, natural ingredients, dll. Ditambah pula, produk alami memiliki efek buruk yang minim sehingga peminatnya terus bertambah. Rekomendasinya bisa dilihat disini

Photo by ROMAN ODINTSOV in Pexels
Photo by ROMAN ODINTSOV in Pexels

Pada akhirnya, perawatan kulit sepatutnya dilakukan oleh semua kita yang memiliki kulit tanpa terbatas gender. Sesederhana membersihkan dengan sabun untuk menghilangkan berbagai kotoran dan menggunakan cream sebelum keluar rumah untuk melindungi kulit dari berbagai kotoran dan sinar matahari. Karena merawat kulit adalah bagian dari merawat tubuh, dan merawat tubuh adalah bentuk syukur pada Tuhan dan cinta pada diri kita sendiri.

Rekomendasi Skincare Lokal ramah lingkungan:

https://www.salamnasha.com/2023/01/skincare-lokal.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun