Mohon tunggu...
Nasha UJ
Nasha UJ Mohon Tunggu... Penulis - Full-Time Learner

Lulusan MSDM. Mantan Kreatif. Memproses Sustainable Motherhood. Menulis jg di salamnasha.com

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Surakarta, Cerita Kota yang Mampu Membuatmu Terpesona

4 Januari 2023   14:11 Diperbarui: 4 Januari 2023   14:25 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh an_adi dari Pixabay

Surakarta, lebih dikenal dengan nama Solo. Mahsyur akibat karya batiknya ataupun lagu Bengawan Solo yang melegenda. Ini sedikit cerita dari seorang pendatang yang merasa Solo adalah kota yang kini bisa ia sebut rumah.

Sejarah Singkat Surakarta

Surakarta merupakan wilayah yang didirikan pada tahun 1745 setelah Sultan Pakubuwana II memindahkan wilayah kerajaan dari Kartasura. Wilayah yang ditunjuk tersebut adalah Desa Sala yang terletak di pinggir sungai Solo. Seperti dilansir dari laman DPRD Surakarta, nama Sura dalam bahasa Jawa berarti keberanian dan karta berarti penuh/ sempurna. Selain itu, nama Surakarta bisa juga adalah permainan kata dari Kartasura.

Perpecahan wilayah Kerajaan Mataram menjadikan Solo sebagai kota yang memiliki dua administrasi yaitu Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran. Situasi ini terus berlanjut hingga kemerdekaan Indonesia menjadikan wilayah Surakarta setingkat provinsi yaitu Daerah Istimewa Surakarta. Setelah sepuluh bulan berada di bawah wilayah RI, pada 16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan Daerah Istimewa Surakarta akibat adanya gerakan antimonarki yang rusuh hingga pembunuhan para pejabat DIS. Lalu Keraton diubah sebagai pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Solo sendiri ditetapkan sebagai tempat kedudukan dan residen yang membawahi Karisidenan Surakarta yang terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati (sekarang bernama Kabupaten Sragen), Kabupaten Wonogiri Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali. 


Solo, The Spirit of Java

Kata-kata diatas mungkin sudah tidak asing lagi apalagi bagi yang sudah pernah berkunjung ke Surakarta, sebab itulah slogan pariwisata Kota Solo. Jiwanya Jawa, untuk membentuk citra Kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Disamping itu, julukan yang melekat pada Kota Solo lainnya adalah Kota Budaya, Kota Batik, Kota Bengawan, juga Kota Liwet.

Bentuk sederhana dari budaya Jawa yang ditampilkan Solo adalah pada sarana transportasi umumnya. Di dalam kota, ada bus Trans Solo yang hadir dengan gambar tokoh pewayangan mulai dari punokawan, janaka, srikandi, hingga gatot kaca. Bentuk pelestarian budaya yang menarik, bahkan pendatang yang sering melihat bisa hafal masing-masing tokohnya. 

Transportasi unik yang juga hanya ada di Solo adalah kereta uap wisata yang melewati jalanan kota, Sepur Kluthuk Jaladara. Jalur kereta ini bersisian dengan Jalan Slamet Riyadi, dengan rute perjalanan sepanjang enam kilometer melewati Loji Gandrung, Museum Radya Pustaka, Taman Sriwedari, Museum Batik, Kampung Batik, Gladak, dan berakhir di Stasiun Solo Kota. Lokomotif kereta ini sendiri dibuat pada tahun 1896 oleh Belanda dengan bahan bakar kayu. Menarik sekali untuk bisa menikmati Kota Solo sambil bernostalgia dengan lokomotif zaman dulu. Saat ini, penggunaan kereta uap hanya untuk disewa, namun sesekali akan ada open trip untuk masyarakat umum seperti pada liburan akhir tahun lalu. 

Sebagai Kota Batik, Solo tidak hanya sebagai pusat belanja kain batik namun pelestarian kegiatan membatik itu sendiri. Adanya kampung batik dan rumah batik seperti di Laweyan dan Kauman, menjadi daya tarik budaya yang bisa kita dapati saat berkunjung ke Solo. Untuk perjalanan sejarah, ada cukup banyak bangunan peninggalan serta bangunan yang dialihfungsikan salah satunya menjadi museum. Museum tertua di Indonesia malah ada di sini yakni Museum Radya Pustaka. Selain itu, juga ada wilayah keraton yang bisa kita kunjungi. Bahkan ada perhelatan kebudayaan yang rutin diadakan, seperti Kirab Pusaka 1 Suro, Grebeg Mulud, Syawalan, hingga Solo Batik Carnival. 

Tidak lengkap bicara Spirit of Java tanpa menyinggung kuliner yang ditawarkan. Cita rasa yang ditawarkan mayoritas adalah manis gurih. Makanannya mulai dari makanan berat hingga kudapan. Seperti nasi liwet sesuai julukan kotanya, nasi timlo, pecel ndeso, selat Solo, tengkelng, hingga serabi. Bukan hanya makanan, kuliner khas Solo juga hadir dengan minuman khas seperti wedang asle, wedang dawet pleret, dan aneka jamu.

Wong Solo

Wong Solo adalah istilah bagi orang yang tinggal di Kota Solo, atau sekarang meluas juga ke kota satelit sekitarnya. Tutur kata mereka terkenal dengan tutur kata yang lembut dan halus. Bahkan dialek Solo dijadikan rujukan bahasa Jawa. Di sini, bersapaan dengan orang asing bukanlah hal yang ganjil. Meski tidak kenal, namun lewat dengan sapaan "monggo.." atau sekedar menganggukkan kepala adalah hal yang sering dijumpai di Solo. Hal yang menghangatkan ditengah cepatnya pergerakan manusia saat ini, masih ada orang asing yang menyempatkan diri untuk berbagi senyum dan sedikit bercengkerama. Mengingatkan bahwa kita semua ini manusia bukan robot pekerja. 

Bukan hanya etnis jawa, ternyata di Solo juga ada penduduk etnis Tionghoa dan Arab yang ramai  menenempati wilayah perkampungan tertentu. Tidak mengherankan jika Solo didaulat sebagai kota dengan tingkat toleransi yang tinggi berdasarkan Indeks Kota Toleran. Satu hal yang perlu kita ingat jika membahas penduduk suatu wilayah adalah bahwa penduduk adalah sekumpulan manusia yang tidak semua bisa sama persis. Dari kecenderungan wong Solo yang bertutur kata lembut dan ramah menyapa, pasti ada yang tidak demikian.

Gambar oleh an_adi dari Pixabay
Gambar oleh an_adi dari Pixabay

Solo Kini

Berkunjung ke Solo dapat dilakukan dengan berbagai macam moda trasnportasi. Mulai dari transportasi udara yang berakhir di Bandara Adi Soemarmo hingga transportasi pribadi yang keluar di tiga pintu tol sekitar Kota Solo. Penggunaan transportasi umum dapat berhenti di Terminal Tirtonadi atau Stasiun Solo Balapan. Tambahan pula ada kereta listrik yang beroperasi setiap hari dari Jogja dengan tarif tidak sampai sepuluh ribu sampai di Stasiun Solo. Jadi bukan hal yang sulit untuk menjangkau Kota Surakarta.

Sekedar berlibur ataupun menetap, Solo menawarkan banyak pilihan. Destinasi wisata yang utama tentu saja berkaitan dengan budaya, namun wisata alam juga tidak kalah menarik. Ada banyak tempat wisata di kaki Gunung Lawu yang bisa dicapai dengan perjalanan sekitar satu setengah jam dari Kota Solo. Di dalam kotanya sendiri, ada Taman Balekambang, Taman Sri Wedari, dsb yang bisa dimanfatkan untuk liburan sejenak. Bahkan beberapa taman kota bisa diakses dengan mudah untuk sekedar melepas penat di siang hari. Selain itu, bagi wisatawan yang ingin berbelanja, ada beberapa pasar tradisional dan pusat perbelanjaan modern yang menawarkan beragam batik dengan harga bervariatif.

Sebagai tempat tinggal, Solo memiliki fasilias yang lengkap. Mulai dari sekolah, area olahraga, fasilitas kesehatan, sampai pusat perbelanjaan. Ada sekolah dengan kurikulum agama juga internasional. Ada puluhan rumah sakit pemerintah maupun swasta dengan berbagai tipe. Hingga saat ini, Solo Raya memiliki lebih dari lima mall dengan yang terbaru ada di area perluasan Solo Baru. Kawasan yang dicanangkan menjadi pusat bisnis terkemuka. Berbagai bisnis dan pertokoan juga semakin bertambah dengan adanya perluasan wilayah tersebut. Masih kurang? Sejak 2018 lalu, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia menunjuk Solo sebagi kota paling layak huni di Indonesia dengan indeks livability mencapai 66,9%. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan beberapa kriteria seperti pengelolaan air hingga fasilitas yang ada.

Pendek kata, infrastruktur Solo terus dibangun untuk memudahkan akses penduduknya namun tanpa melupakan pelestarian budaya yang sudah ada. Nilai-nilai luhur yang tercermin dari masyarakatnya menambah kenyamanan di Kota Solo. Dengan fasilitas yang lengkap ini, Solo bisa mempertahankan kerifan lokal tanpa tergerus peradaban modern. Pesona yang tidak mudah didapatkan di tempat lainnya. 


Referensi:

https://dprd.surakarta.go.id/selayang-pandang/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun