Mohon tunggu...
Nasha UJ
Nasha UJ Mohon Tunggu... Penulis - Full-Time Learner

Lulusan MSDM. Mantan Kreatif. Memproses Sustainable Motherhood. Menulis jg di salamnasha.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Meniru Kerja Keras Mamaku di Setiap Waktu

22 Desember 2022   15:32 Diperbarui: 22 Desember 2022   15:40 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar sebutan ibu ataupun membaca kata ibu, aku tidak akan pernah bisa melepaskan sosok mama dari kata kerja keras. Karena kata itu yang paling menggambarkan ibuku, perempuan yang aku panggil mama.

Diceritakan berulang kali dari banyak mulut, bagaimana prosesnya, apa yang dihadapi, hingga aku tahu bahwa mama mengawali peran "ibu" dengan tidak mudah, mungkin begitu juga dengan banyak ibu diluar sana. Aku mengalami persalinan yang lebih sederhana dengan waktu yang relatif lebih singkat daripada yang dialami mamaku saat melahirkanku, anak pertamanya.

Sejak kecil, aku melihat mama dengan berbagai aktivitas yang ia jalani. Aku menyaksikan mama dan kesibukannya. Banyak peran yang ia emban, bukan hanya bekerja sebagai pegawai tapi mama juga menekuni bisnis, dan tetap ikut dalam perkumpulan. Herannya, rutinitas itu tidak menjauhkanku dari mama. Entah karena mama bisa menikmati segala peran itu, entah karena aku bisa merasakan kebahagiaannya menjalani semua hingga menjalar padaku, atau karena mama memang selalu hadir di momen pentingku. Entah mana yang benar, namun semua yang kurasakan puluhan tahun ini membuatku yakin hingga kini bahwa aku disayangi dan mama adalah tempat aman yang akan selalu ada untukku.

Mungkin dulu aku tidak mengerti, kenapa aku mesti ikut mama mengenalkan produknya. Aku sama sekali tidak paham kenapa aku perlu mendengar penjelasan mama berulang kali tentang apa yang ia jual pada temannya atau pada teman-teman dari temannya, demo kata mama dulu. Seingatku, produk mama diawali dengan peralatan rumah tangga dari plastik yang sangat awet itu. Lalu beralih ke produk kesehatan dan kecantikan. Iya, jauh sebelum rutinitas skin care dikenal dan produk perawatan kulit menjamur sepeti sekarang, mama sudah lebih dulu menjelaskan pentingnya menjaga kulit dengan berbagai bahan dan alat yang ia tawarkan. Ia sudah lebih dulu tahu, menjaga kulit adalah menjaga tubuh, dan menjaga tubuh adalah menjaga karunia Tuhan.

Bisa jadi dulu mama tidak punya pilihan lain yang lebih baik selain membawaku ikut serta. Sepulang sekolah atau disela jadwalku antara sekolah dan kursus. Tapi sekarang, aku bersyukur mama melakukannya, apapun alasannya kala itu. Karena menjadi penonton langsung, aku tau apa yang mama jalani. Mama yang tidak menyerah meski ada saja kendala, meski kejadian tidak berjalan sesuai rencana. Beberapa kali ada penolakan, beberapa kali terdengar kalimat yang bagiku saja sudah cukup tidak mengenakkan, namun hebatnya mama tidak jatuh. Mama tetap tegak berdiri dan memiliki semangat untuk meneruskan apa yang ia kerjakan. Hal yang buatku sangat mengagumkan dan sampai sekarang belum bisa aku tiru lakukan.

Aku tidak tahu memang mama terlahir dengan kekuatan super itu, atau mama yang terpaksa kuat karena keadaan. Tidak sekalipun ia tertunduk, walau terjatuh pun akan dimaklumi. Sekuat itu tekad mama melakukan sesuatu. Bahkan ia masih melakukannya hingga kini, melakoni pekerjaan dan bisnis, menikmati banyak fungsi yang ia genggam. Aku belajar langsung bagaimana seseorang bisa memiliki mimpi dan terus semangat berjuang dan meraihnya. Mama yang tidak patah semangat bekerja keras itulah yang mengantarkanku di titik yang melampaui yang aku bisa bayangkan.  

Awal tahun lalu, di usia mama yang sudah tidak lagi muda, mama bersama ayah memutuskan untuk mengunjungi aku dan keluarga kecilku di seberang pulau dengan perjalanan darat. Mereka menempuh dua hari perjalanan, hal yang sulit untuk aku bayangkan dan enggan juga aku lakukan. Ini bukan lagi dekade silam saat anak mama masih bocah ingusan, saat kami beberapa kali menempuh perjalanan darat dari Sumatera ke Pulau Jawa untuk berlebaran atau sekedar pergi liburan. Tahun ini, mama sudah menambah peran sebagai nenek dan tergolong paruh baya. Mama juga hampir pensiun karena usianya. Itu hal yang menakjubkan untukku. Pertama jelas aku terharu karena harusnya aku yang mengunjungi, ini malah aku dikunjungi. Kedua, semangat mama tidak pudar meski puluhan tahun berlalu. Ketiga, aku lagi-lagi belajar bahwa tekad dan semangat bisa mengalahkan hampir segala hal.

Di hari ibu ini, aku ingin menyampaikan pada mama, bahwa apa yang mama lakukan tidak akan pernah sia-sia. Semangat mama yang tidak pernah padam akan terus jadi teladan dan bahan pelajaran. Kerja keras mama akan menjadi catatan yang bisa diceritakan berulang-ulang. Aku sejak dulu hingga kini ingin selalu membanggakan mama, mengahadiahi mama dengan segala bingkisan yang akan membuat mama gembira. Semoga sedikit tulisan ini bisa mewakili, apa yang aku rasakan, apa yang ingin aku berikan, dan apa yang telah mama karuniakan. Selamat Hari Ibu, Ma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun