Mohon tunggu...
Muhammad Fardiansyah
Muhammad Fardiansyah Mohon Tunggu... -

Saat ini mengelola sebagai Creative Content di portal www.salamgowes.com. Hobi bersepeda, fotografi, musik, design dan menulis .

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Desa Wisata Bobung, Mengolah Potensi Alam dengan Kearifan Lokal

11 Desember 2012   13:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:50 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua tangan dan kakinya menjadi doa bagi Mas Nuryanto menjemput rejeki dari Tuhan yang berada di seonggok kayu diukir menjadi kentongan berbentuk katak kecil. Sepuluh jarinya memegang tatah dan palu, kedua kakinya menjepit kayu tersebut untuk menahan getaran dari pukulan kedua tangannya.  Itulah sekelumit aktifitas kecil warga Desa Bobung yang di gambarkan oleh Mas Nuryanto.

Secara administratif Desa Wisata Bobung adalah sebuah pedusunan yang berada di bawah pemerintah desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY.  Sejak tahun 2001 Pemkab Gunungkidul meresmikan dusun ini menjadi desa wisata kerajinan topeng batik kayu, lokasi yang berdekatan dengan objek wisata Gunung Nglanggeran memudahkan wisatawan melakukan kunjungan di desa ini.  Desa Wisata Bobung memiliki 400 orang pengrajin tergabung dalam 18 UKM yang siap menyambut para pengunjung untuk diajak melihat lebih dekat proses pembuatan kerajian topeng dan batik kayu mulai dari memotong, meraut, menghaluskan serta melukis kayu hingga siap di pasarkan.

Menurut Bapak Slamet Riyanto, salah satu pengurus Desa Wisata Bobung. Keberadaan Desa Wisata Bobung sampai sekarang ini tidak terlepas dari tingkat partisipasi warga yang tinggi.  Penyediaan infrastruktur dan paket wisata adalah rancangan dari warga sendiri. Beliau mengatakan bahwa wisatawan tidak perlu khawatir jika ingin menginap di Desa Wisata Bobung karena fasilitas penginapan sudah disediakan.

“Paket wisata yang kami tawarkan kepada wisatawan adalah muatan lokal yang ada di desa kami, mulai dari kuliner, kesenian hingga kehidupan sehari-hari warga kami yang menjalankan dua profesi petani dan pengrajin topeng kayu,” ungkap bapak dua putra ini.

Selain itu juga Pak Slamet menceritakan kesadaran para pengrajin memiliki visi usaha berbasiskan pada pelestarian alam.  Para pengrajin diwajibkan untuk melakukan penanaman kembali pohon sengon dan pulen sebagai bahan baku dari kerajinan topeng batik ini.

“Jauh sebelum menjadi desa wisata, pohon Sengon dan Pulen sudah menjadi salah satu  keanekaragaman hayati yang dimilik oleh desa kami. Oleh karena itu para pengrajin diwajibkan untuk melakukan penanaman kembali pohon sengon dan pulen sebagai penghargaan kepada alam yang telah memberi manfaat bagi warga di sini,” ungkapnya.

Ide pembuatan topeng kayu ini bermula dari kebiasaan warga pada musim panen mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan YME dengan menggelar pentas kesenian tari topeng. Kisah yang biasa di pentaskan dalam acara panen raya yaitu tarian Topeng Panji berasal dari babad Singosari.  Melalui tarian yang tak banyak bergerak ini  Sunan Kalijaga menyampaikan tentang Keesaan Tuhan. Menurut alkisah cerita Panji berasal dari kata siji (satu atau pertama), mapan sing siji (percaya kepada Yang Satu). Jadi bisa dimaklumi mengapa tari Topeng Panji gerakannya begitu halus, persis seperti hubungan kita dengan Tuhan yang berlangsung amat pribadi.

Dari pementasan tersebut munculah ide dari seorang penari mencoba membuat topeng klasik.  Kemudian topeng tersebut dipasarkan ke luar dari Desa Bobung. Alhasil respon masyarakat menyambut positif. Dari kejadian tersebut kemudian dibentuklah workshop untuk melatih pembuatan topeng kayu klasik dari cerita Ande-ande lumut. Bermula dari situlah cikal bakal kerajinan topeng kayu berkembang di dusun Bobung seperti sekarang ini. (konten: aan ardian/coratcoret.perjalananku.wordpress.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun