Mohon tunggu...
salamet
salamet Mohon Tunggu... Teknisi - Salam kenal

Suka musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebahagiaan Masyarakat di Masa Pandemi

3 September 2020   15:05 Diperbarui: 3 September 2020   15:11 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp 5.843 T per Juni 2020

Halo sahabat,akhir akhir ini kehidupan masyarakat dalam negara kita tercinta Republik Indonesia.Semakin hari semakin menggelisahkan dilihat dari berbagai sudut pengamatan,baik yang kasat mata maupun yang tak kasat mata.Tampak sekali wajah wajah gelisah murung dan hilang gairah untuk menjalani hidup bersosial.Bagaimana tidak sekarang keadaan semakin sulit akibat pandemi Covid 19 yang sudah hampir 7 bulan melanda bangsa Indonesia.Dampaknya sangat meresahkan bukan hanya pasien yang sulit di tekan angka pennyebaranya tapi juga ekonomi yang semakin hari semakin memburuk .Pasar pasar sepi,kredit macet,hutang menumpuk menambah berat putaran roda perekonomian bangsa.

Lantas apa solusi yang bisa mengatasi semua persoalan bangsa ini.Langkah langkah yang diambil pemerintah sepertinya belum terlihat hasilnya gembar gembor bantuan setiap hari di dengungkan diantaranya.

1.BLT (dengan syarat menjadi peserta BPJSTKU)

2.BLT Gaji (yang di bawah 5 jt)

3.Pra Kerja.

4.UMKM (KREDIT BUNGA O%)

5.Listrik gratis 

Semua bantuan itu di ambil dari anggaran uang rakyat APBN dan juga pinjaman Asing.Berdasarkan data terakhir total pinjaman pemerintah sudah mencapai tertinggi Utang

Sedangkan PDB Bangsa Indonesiaa seAsisa Tenggara.

Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Asia Tenggara Minus pada Kuartal II-2020
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Asia Tenggara Minus pada Kuartal II-2020
 

Harus kita pahami bahwa jika sebuah negara tidak memiliki produktifitas maka negara akan mengalami kesenjangan yang sangat lebar antara PDB dan Hutang.Terlihat di beberapa negara yang hanya mengandalkan invesyor mudah sekali terperosok dalam krisis ekonomi.Sebagai contoh Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam hanya mengandalkan hasil pariwisata dan investor di bidang properti,begitu pandemi Covid 19 melanda tidak bertahan lama hanya 1 bulan langsung masuk resesi .

Pemerintah sudah berusaha keras dengan berbagai bantuan untuk masyarakat akan tetapi masyarakat yang memiliki SDM rendah hanya menerima dan tidak mengerti kegunaanya.Sebagian besar dana itu digunakan untuk konsumsi non produksi(modal)mereka gunakan untuk makan dan menutup hutang juga(banyak terjerat pinjol) akibatnya tidak ada perubahan apa apa untuk masyarakat.

Bagaimana masyarakat akan bahagia atau paling tidak tersenyum menjalankan hidup berbangsa dan bernegara yang sudah merdeka selama 75 tahun jika hidupnya tertekan dan banyak mengalami kesulitan ekonomi.

Kita berharap pemerintah memperhatikan kondisi psikologis masyarakat supaya dalam mengambil kebijakan kebijakan ekonominya tidak semata mata untuk memutar ekonomi dan menyelamatkan investor.Keinginan pemerintah sudah sangat baik akan tetapi jika terus menerus mengandalkan kekuatan uang tidak lama bangsa ini akan menjadi koloni koloni dari pemodal asing yang bukan hanya barang barang mereka yang masuk tetapi politik mereka juga sering ikut masuk untuk menguatkan cengkeraman ekonominya.

Tidak bisakah kita menjadi masyarakat yang produktif,yang mampu membuat produk yang mampu bersaing dengan produk bangsa lain.Selama ini kita hanya menjual tenaga dan otot otot kita kepada investor.Jika memang ada kendala misalnya masyarakat dengan kebodohanya tidak mau berpikir produktif mungkin bisa di tingkatkan SDM masyarakat dengan sistim kurikulum sekolah yang tepat  tingkatkan efektifitas dan nilai nilai akademis yang kompeten.Jika di biarkan sekolah bukan lagi mencari ilmu akan tetapi sekedar aktifitad sebelum meraih pekerjaan.

Pola pikir yang kesulitan menyebabkan masyarakat hanya berpikir uang dan uang tanpa mengetahui cara merubah sesuatu menjadi uang,satu dengan yang lain hanya mengakali dan berputar putar dalam kemiskinan.

Bagaimana kebahagiaan akan bisa di raih bila masyarakat selalu kesulitan dan kekurangan.Baik secara materi maupun mental,tidak ada kata terlambat mari kita mulai dari diri kita untuk merubah kebiasaan pasif kita menjadi kebiasaan aktif .Membaca membaca dan membaca itu bisa jadi awal kita membuka pengetahuan sehingga kita lebih tahu dan tidak hidup sekedar menjalani hidup saja.

Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun