Mohon tunggu...
Salaby Maarif
Salaby Maarif Mohon Tunggu... -

Jualan, Tennis, Menulis dan Silaturahmi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seandainya Perut Lapar Itu Punyaku

3 Juni 2013   09:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:37 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin pagi, saat hiruk pikuk manusia mengular di jalan raya. Teronggok sebuah jasad muda, dengan celana biru sragam SMP dan baju kotak-kotak lengan panjang yang lusuh. Di pojokan ruko itu engkau melipat kedua kakimu hingga lutut menempel ke dada. Dari samping kedua tanganmu meremas-remas perut tanpa aturan. Kulihat engkau menangis, tanpa suara dan tumpahan air mata. Rintihan yang jelas ku ketahui dari mimik muka yang menahan perih.

Kuhampiri engkau dan engkau benar-benar menangis!! Ya, Tuhan ada apakah gerangan? Wajah pucat dan pakaian lusuh mu telah mengabarkan jika engkau kelaparan. Engkau lapar didepan toko modern penjual cemilan disamping stand makanan cepat saji. Engkau menangis kering dengan rintihan pelan diantara lalu lalang orang kesurupan. Tanganmu tak sempat lagi menengadah karena lambungmu lebih membutuhkan belaiannya.

Andaikan perut lapar mu milikku, aku akan segera ambil pisau di stand makanan itu. Aku tidak mengambil makanannya, karena pisau lah yang menjamin kekenyanganku. Pisau itu tak akan membiarkan tenggorokan terasa dahaga atau lilitan yang sangat pengusik lambung. Seperti yang engkau rasakan saat ini. Aku tidak akan meminta belas kasihan orang, karena pisau lah yang akan mengetuk pintu hari mereka atau jika perlu ia akan menjebolkan relung-relung jiwa orang-orang hampa untukku.

Tapi aku bukanlah engkau wahai anak muda. Hatimu begitu kuat untuk tetap teronggok di pojok itu menanti janji Tuhan yang katanya tidak pernah tidur. Meski pilu dan tersayat engkau masih sanggup untuk berharap. Tetaplah menangis nak, biarkan suaraku yang akan mengeraskannya. Agar semua orang yang kesurupan itu mendengar raunganmu. Jangan khawartirkan keringnya air matamu karena derai air mataku akan menggantikannya, agar jalan yang kulalui mengerti bahwa ada anak muda yang lapar sementara banyak makanan dibuang berceceran sepanjang jalan.

Jadilah presiden untuk dirimu, jadilah gubernur untuk jiwamu, jadilah bupati untuk ragamu karena engkau tidak tercatat dalam daftar mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun