Mohon tunggu...
Salim Rahmatullah
Salim Rahmatullah Mohon Tunggu... Freelancer - Scholarship Hunter

Scholarship Hunter I Soc-Environment Campaigner I HIMMAH NW I Blogger I Traveller and so on.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sepak Terjang Bapak Sampah Desa Korleko untuk Kegemilangan Desa

28 Oktober 2019   08:40 Diperbarui: 28 Oktober 2019   16:37 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa dokumentasi kegiatan Selpin Riawan/dokpri

"Bumi ini adalah titipan Allah. Karena  titipan, maka harus dijaga kestabilannya dengan menjaga lingkungan" Ucap Selpin Riawan di hadapan puluhan anak SD, sesekali melantangkan "zero waste...zero waste... zero waste" bersambut teriakan anak- anak dengan jari- jari tangan membentuk angka nol dan hurup W.  Itulah gambaran suasana  sosialisasi Zero Waste oleh Selpin Riawan di Sekolah Dasar Islam Korleko, Rabu, (02/10/19).

Pergantian pucuk pimpinan NTB membawa arah baru, penyempurnaan kemajuan yang dilakukan Gubernur sebelumnya, Dr. M. Zainul Majid, atau akrab disapa publik dengan  Tuan Guru Bajang. Melalui Tagline terkenal, "NTB Gemilang" semua langkah digerakkan pemerintah ZulRohmi, untuk mewujudkan kegemilangan NTB di banyak sektor: wisata, pendidikan, kesehatan, kebersihan lingkungan, industrialisasi, dan lain- lain.

Sejalan dengan program pemerintah daerah dan pusat, hajatan baik ini disambut baik seorang pemuda desa,asal Korleko, Selpin Riawan. Bergerak dari lingkungan dan desanya, ia mulai berusaha dan berjuang, menyongsong kegemilangan NTB dari lingkup terkecil. 

Tentu, detak- pacu pergerakannya tidak mudah, apalagi berhadapan dengan masyarakat, sindiran, sikap sinis, nyinyiran, sudah banyak didapat.

Pencicip  Pendidikan Kota Yang Tinggalkan Gengsi

 Sebelum fokus bergerak di desa, Selpin Riawan dikenal sebagai lulusan S2 di salah satu Universitas di Jakarta. Usai S2, ia sempat bekerja di Kantor BAPPEDA Provinsi NTB. 

Ia juga mengajar di salah satu kampus di Lombok Timur. Pekerjaan ini membuatnya tidak memiliki banyak waktu di desa, karena harus masuk kantor di Mataram dan mengajar di Pancor.

Jalan hidup cepat sekali berubah, disebabkan alasan tertentu, ia berhenti dari BAPPEDA, pun begitu, ia diberhentikan dari dunia dosen. Benar kata mutiara, di balik semua kejadian selalu ada hikmahnya. Kini ia fokus bergerak membangun desa tercinta.

Ia benar- benar mulai dari bawah, gerakan penanggulangan sampah menjadi hal pertama yang dilakukan. Hal ini menimbulkan banyak ujaran sinis, sindiran dan tekanan. Baik dari masyarakat bahkan keluarga. 

Tidak mudah, namun ia tetap bergerak, mengedukasi mulai dari lingkungan sekitar. "melawan gengsi" dengan  gelar pendidikan kota dan dosen yang telah diraih menjadi tantangan awal yang harus dirobohkan.

Kemaslahatan Umat Menjadi Titik Gerak

Ada perbedaan politik dengan kepala desa yang menjabat sekarang, ihwal kompetisi PILKADES, Selpin Riawan mendukung calon lain. Setelah berfikir panjang, tidak baik untuk terus bersitegang dan menentang. Ia kemudian masuk ke desa, guna memberikan penerangan dan gerak desa yang lebih baik.

Renungan pentingnya untuk menghadirkan kemaslahatan di tengah masyarakat desa,  menjadi titik awal menurukan ego dan bergerak melalui desa, meski harus berpartner dengan lawan politik. 

Gerakan penanggulangan sampah plastik menjadi gerak awal Master Dakwah dan Komunikasi Islam ini. Memulai dari diri sendiri dan keluarga, ia terus menggelorakan semangat penganggulangan sampah plastik.

Salah satu hasil penanggulangan sampah plastik adalah produk bantal sofa.  keberhasilan gerak langkah  ini terbukti dengan  dipasarkan bantal sofa. Dengan harga 45 ribu saja, konsumen bisa memboyong sebuah bantal sofa cantik dan kece, bertulis dan bermotifkan tulisan- tulisan motivatif dan inspiratif.

Mengedukasi Sampah Mulai Ibu- Ibu PKK, TPQ, hingga SD

Menurutnya setidaknya ada beberapa strategi yang digunakan untuk memasukkan pentingnya pengelolaan sampah: mulai dari para anggota kader desa, ibu- ibu PKK. Berlanjut ke TPQ- TPQ yang ada di desa, serta sekolah- sekolah dasar, untuk mengedukasi generasi sejak dini terkait hal ini.

Ibu- ibu menjadi yang pertama mendapat edukasi terkait penanggulangan sampah, karena keseharian ibu-ibu banyak berurusan dengan sampah. Ibu- ibu juga dipandang bisa menularkan sikap kepedulian terhadap sampah kepada anak- anaknya.  

Dunia pendidikan informal juga tidak lepas dari sasaran edukasi penanggulangan sampah. Paripurna, dengan merambah ke pendidikan dasar untuk benar- benar menanamkan semangat zero waste dari titik- titik terkecil masyarakat.

Hal yang menarik dan lucu, gelar "Bapak Sampah" pun dilekatkan oleh anak- anak sekolah dasar kepada Selpin Riawan. Saat bertemu dimana pun, anak- anak selalu teriak "Pak, ini sampah pak". Meski demikian, Selpin Riawan tetap tersenyum.

Habis gelap terbitlah terang, kini dukungan untuk Selpin Riawan, terus mengalir. Bukti gerak demi gerak langkahnya mengedukasi masyarakat akan pentingnya melakukan pengelolaan terhadap sampah.  Terbukti dengan kesibukannya setiap hari untuk mengumpulkan sampah dari warga setempat.

Derap langkah Selpin Riawan terus melaju ke berbagai sektor, berdirinya BUMDES MART yang mengakomodir produk lokal. Membuka pariwisata kebun kelapa, rencana menanam anggur di pekarangan- pekarangan warga. 

Langkah- langkah Selpin Riawan yang terus melebar, dimulai dari satu titik, kepedulian terhadap sampah untuk menciptakan tanah gemilang tingkat desa, di Nusa Tenggara Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun