Perjalanan kami lanjutkan ke Batu Canggah. Sebuah tebing yang menghadap laut ganas pasifik. Tebing dengan bagian tengah menyisakan ruang, sehingga bisa menjadi area menikmati deburan ombak dan berbagai relief  yang terbentuk, akibat hasil deburan ombak masa lalu. Di sini, kita seperti dipayungi.Â
Pihak pengelola melengkapi pinggir- pinggirnya dengan pagar. Untuk masuk ke tempat ini harus menuruni tangga bambu dan tentunya bayar tiket masuk dulu yaa...hehe. Karena masih terbilang sepi, sudah ada nomor kontak yang sediakan, kalau ada wisatawan yang ingin masuk, tinggal telpon sendiri. hehe
Perjalanan berikut ke Gua Sarefa. Layaknya gua- gua di Indonesia, gua ini lebih mirip gua karang, mungkin dulu pernah berada di dasar laut, sebagaimana gili disebut juga sebagai pulau karang. Suasana gelap di beberapa titik, ada juga yang terang, membuat spot terbaik untuk foto. cahaya masuk melalui  lubang, menerobos  gelapnya gua.
Itulah beberapa  wisata di Gili Iyang yang perlu mendapat sentuhan pariwisata lebih intensif. Gilli Iyang cukup mempesona, hanya saja para pelancong butuh transportasi yang menekankan  amanitas agar tidak dag...dig... dug di tengah penyebrangan... hehehe
*Tulisan ini dipublikasi juga di blog pribadi penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H