[/caption]Berkata soal pemuda-pemudi negeri ini, tak pintarlah diriku berkomentar akan keluasan dan kebesaran ego-ego mereka. Pemuda-pemudi negeri ini adalah tonggak terbesar terciptanya sebuah kesuksesan dan keberhasilan yang tak luput karena keluasan dan kebesaran ego-ego mereka. Tahukah engkau ? Bahwa sang proklamator negeri kita, mengakui bahwa nasib setiap negara-negara di dunia ditentukan oleh pemuda-pemudinya. Tak hayal, jika suatu negara itu besar karena pemuda-pemudinya yang sanggup membawa negara itu besar di mata dunia.
Pemuda-pemudi bagai sebuah api yang menyala di sebuah obor-obor besar yang mengelilingi sebuah kegelapan. Lihatlah ! Api itu akan menaklukan, menerangi, dan menghabisi kegelapan-kegelapan yang dikelilinginya. Tanpa ampun, tanpa mengenal itu siapa dan apa, yang ia kenal hanyalah itu sebuah pengganggu negerinya.
Ungkapan sebuah pemuda-pemudi yang terlalu tinggi kah ? Mungkin darah pemuda-pemudi telah terlahir dalam diriku yang menggebu-gebu untuk membesarkan kebaikan-kebaikan pemuda-pemudi negeri ini. Kebaikan pemuda-pemudi negeri ini amatlah banyak dan melimpah, sebanyak melimpahnya harta alam negeri ini. Dapatkah kau bayangkan kebaikan-kebaikan pemuda-pemudi negeri ini ? Mungkin bisa tapi mugkin juga kau tak dapat melihatnya.
Terlalu luas jika diriku membahas tentang pemuda-pemudi negeri ini yang telah banyak berjasa melawan kegelapan-kegelapan yang semena-mena datang menyelimuti namun tak kunjung hilang. Pemuda-pemudi dengan darah mudanya akan terus mengusik kegelapan-kegelapan dengan wajah bengisnya selalu menindas, merusak dan tak bertanggu jawab. Sungguh jasa yang tak terkira dari para pemuda-pemudi bangsa.
Jika diriku sang proklamator itu, ku katakan dengan lantang dan tangan kiri terkepal kata-katanya: “Berikan aku sepuluh pemuda ! Maka, akan ku goncangkan dunia”. Lalu, ku tambahkan dengan kata: “Hidup Pemuda Indonesia!”. Seketika semangat pemuda-pemudi bangsa ini berkobar kembali.
Sebuah imajinasi dan harapan sekilas akan hidupnya bangsa ini kembali di tangan seorang pemuda-pemudi. Merasakan kedamaian dan kemakmuran negeri ini kembali, rasanya tak dapat terwujud jika pemuda-pemudinya tak mau bangkit dari tidurnya. Seolah-olah keberanian, keluasan, dan kebesaran ego pamuda-pemudi telah disingkirkan oleh sikapnya sendiri. Sikap yang tak harusnya ada dalam diri pemuda-pemudi, yang tak disangka-sangka telah menggerogoti dan menghabisi moral-moral mereka sampai habis dan tak tersisa kembali satu titik pun keberanian, keluasan dan kebesaran egonya. Diri ini pun menyadari akan penurunan moral pemuda-pemudi zaman ini yang tak lagi sama seperti pemuda-pemudi tahun kemerdekaan atau tahun ’90-an.
Zaman mulai berubah sedikit demi sedikit. Mengkikis kesederhanaan lalu memunculkan kemewahan dan ketamakkan. Melupakan kesusahan namun selalu mengingat kemudahan. Itulah waktu, Itulah zaman. Kejamnya melebihi apapun yang terlihat. Bahkan moral pun dihabisi dengan kecanggihan teknologi, sikap ingin praktis dan instan selalu tumbuh, parahnya lagi sikap-sikap yang diharamkan mulai berdatangan layaknya rintik-rintik hujan. Sekali lagi, zaman sudah benar-benar berubah, wahai pemuda ! wahai pemudi !
Terdegradasinya moral seorang pemuda maupun pemudi bangsa ini hanya dapat ditanggulangi oleh pemuda-pemudi itu sendiri. Jiwa maupun raganya harus dapat menolak apapun yang menyebabkan moralnya tak jauh dari kata “binatang”. Tak hanya jiwa dan raga yang harus menanggulanginya, perilaku-perilakunya setiap hari pun memberikan dampak pada penanggulangan terdegradasinya moral pemuda-pemudi. Karena seperti kata B.F. Skinner, bahwa diri seseorang itu tergantung dengan perilaku dan lingkungannya.
Sesuai dengan apa yang pernah saya alami. Perilaku-perilaku yang dapat menanggulangi terdegradasinya moral pemuda-pemudi suatu bangsa adalah pengabdiannya terhadap masyarakat. Mulai berkurangnya sumbangsih kekuatan, pikiran maupun harta pemuda-pemudi bangsa kepada lingkungan atau masyarakat sekitarnya memicu terdegradasinya moral mereka sendiri. Contohnya saja, pemuda-pemudi tahun kemerdekaan bangsa ini memberikan sumbangsih tenaganya untuk membela tanah air ini sampai titik darah penghabisan. Itulah yang telah hilang dalam sikap dan semangat pemuda-pemudi sekarang ini yang telah membuat moralnya terdegradasi bahkan tak lebih baik dari seekor anjing.
Mengabdi kepada masyarakat atau pengabdian masyarakat merupakan suatu pemberdayaan diri untuk kepentingan suatu masyarakat. Membangun suatu masyarakat yang beradab dan bermoral memerlukan jangka waktu yang panjang. Banyak aspek yang perlu disetuh sehingga pembangunan masyarakat yang beradab dan bermoral tersebut dapat terlaksana dengan baik. Misalnya, pada aspek budaya, karakter masyarakat, maupun pola pikir masyarakat tersebut.
Bentuk-bentuk pengabdian masyarakat yang perlu dilakukan oleh pemuda-pemudi Indonesia sangat variatif. Kala ini tak harus melulu terpaku hanya dengan bakti sosial dengan fasilitas yang seadanya. Padahal pengabdian masyarakat dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan yang gratis atau bisa juga dilakukan upaya untuk memperdayakan sumber daya manusia di daerah tersebut. Contoh mudahnya membuat sebuat lapangan pekerjaan buat masyarakat daerah pengabdian, agar menanggulangi sedikit demi sedikit kemiskinan dan pengangguran di daerah tersebut.
Lalu, bagaimana penangulangan dengan moral pemuda-pemudi yang telah terdegradasi atau mengalami penurunan moral di suatu daerah pengabdian ? Banyak pemuda-pemudi yang mengabaikan moral seorang pemuda ataupun pemudi di daerah pengabdian. Pemuda-pemudi yang mengabdi lebih sibuk dengan kegiatan bakti sosialnya ataupun dengan ibu-ibu PKK-nya. Sehingga terabaikanlah moral pemuda-pemudi daerah pengabdian tersebut.
Penanggulangan yang biasanya dilakukan oleh pemuda-pemudi yang mengabdi dan memiliki tujuan memperbaiki moral suatu masyarakat tempat mengabdinya adalah dengan cara memberikan sosialisasi atau pendidikan secara gratis terhadap masyarakat pengabdian. Pendidikan dengan mengedepankan perbaikan adab dan moral sangatlah penting sehingga masyarakat tahu bagaimana membangun sebuah masyarakat yang beradab dan bermoral tinggi. Banyak sekali contoh pengabdian masyarakat yang muncul dewasa ini dan mayoritas digagas oleh kaum-kaum intelek muda Indonesia, seperti Indonesia Mengajar, Indo Historia, NGO, dan masih banyak contoh yang lainnya. Tujuan kaum-kaum intelek muda menggagas suatu kelompok atau komunitas pengabdian masyarakat tersebut tak lebih dari memberikan pendidikan yang layak dan memperbaiki adab serta moral suatu masyarakat.
Selain itu, memberikan contoh positif yang dilakukan oleh para pemuda-pemudi yang mengabdi tentunya akan memberikan dampak positif pula kepada masyarakat yang melihat langsung kala itu. Contohnya, dengan membantu masyarakat yang membutuhkan, membangun rasa persaudaraan dan kekeluargaan dalam masyarakat, dan mencontohkan adab-adab baik lainnya terhadap masyarakat daerah tersebut.
Selain memiliki dampak positif bagi masyarakat yang melihat, secara tidak langsung dan disadari dampak terbesarnya yaitu bagi diri pemuda-pemudi yang mengabdi, bagi kehidupannya maupun bagi masa depannya. Memberikan pengalaman pada diri sendiri agar memperbaiki perilaku, moral, dan adab serta tidak melakukan hal yang merusak mora diri adalah harta terbaik yang diberikan oleh pengabdian terhadap masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, banyak sekali pemuda-pemudi yang bersemangat membangun sebuah masyarakat yang makmur, sejahtera, damai, beradab, dan bermoral tinggi agar suatu saat nanti anak cucu mereka dapat merasakan jirih payah dari dirinya tersebut. Sebut saja pemuda-pemudi zaman sekarang tersebut sebagai mahasiswa.
Mahasiswa merupakan seorang intelek muda yang menjadi garda terdepan dalam memperbaiki kondisi bangsa. Mereka seolah-olah menjadi 3% rakyat Indonesia yang menjadi pemicu perubahan masif oleh lebih dari 30% pemuda Indonesia. Ketika terjadi ketidakadilan di negeri ini, mahasiswalah yang pertama kali menyadarinya, sehingga tak salah apabila mahasiswa dikatakan sebagai penyambung lidah rakyat. Masih segar diingatan kita semua sebagai bangsa Indonesia, peristiwa ’98. Peristiwa penurunan jabatan Soeharto yang kala itu menjabat sebagai presiden Republik Indonesia yang dipelopori oleh seluruh mahasiswa di Indonesia. Betapa hebatnya mahasiswa Indonesia kala itu, dapat kita bayangkan bukan ?
Mahasiswa yang merupakan tonggak pemuda-pemudi bangsa Indonesia harus menjadi pemicu terbentuknya peradaban yang maju dengan melalui pengabdian masyarakat pada awalnya. Mengingat salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pengabdian dan sudah menjadi suatu kewajiban kaum akademisi untuk memenuhinya. Selain itu, ada akal dan etika yang menuntut mahasiswa untuk mengabdi pada masyarakat dan membangun suatu masyarakat yang beradab dan bermoral.
Pada akhirnya, pemuda-pemudi yang mengabdi untuk melawan degradasi moral pemuda-pemudi bangsa Indonesia tidak lain dan tidak salah ada pada jiwa dan raga seorang mahasiswa. Mahasiswa yang menjadi garda terdepan pemuda-pemudi bangsa ini, akan merubah peradaban yang lebih maju, bermoral, dan memiliki adab yang mulia dengan titik awal perjuangannya pada pengabdian masyarakat. Pengabdian masyarakat akan membangun sejuta manfaat yang berjangka panjang bagi masyarakat tentunya dan diri seorang pemuda-pemudi yang mengabdi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H