Mohon tunggu...
Saktya Alief Al Azhar
Saktya Alief Al Azhar Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resources

Manusia yang hobinya nulis sana-sini. Kontak Person bisa lewat Email : saktyaalazhar1400005062@gmail.com. Dengan menulis disini semoga dapat bermanfaat untuk manusia yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Guru Menjadi Satu-satunya Penyelamat Negeri

14 Februari 2016   18:46 Diperbarui: 14 Februari 2016   19:06 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara Indonesia merupakan satu-satunya negara dengan berjuta pulau yang berjajar rapi membuat keindahan Indonesia semakin terkemuka di jagad raya. Indonesia dikenal oleh seluruh antero bumi ini, menjadi sebuah negara yang sumber daya alamnya tidak dapat ditandingi oleh negara manapun. Banyak sekali dewasa ini, para investor Internasional berbondong-bondong memasuki dan menduduki negeri ini sebagai tempat menggalih uang dan penghasilan karena sumber daya alam negeri ini. Contoh riilnya terdapat di pulau Papua, P.T Freeport yang merupakan tambang emas terbesar di Indonesia telah dikuasai oleh investor-investor dari Amerika. Kemudian, bisakah kita berbangga akan kekayaan sumber daya alam negeri ini sekarang?

Selain sumber daya alamnya yang melimpah ruah, keindahan alam Indonesia tidak pula kita singkirkan begitu saja. Dengan adanya keindahan alam yang memukau, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki destinasi alam yang sungguh hebat dan banyak menarik wisatawan-wisatawan mancanegara. Misalnya saja, pulau Bali dan Lombok yang terkenal akan pantai-pantainya yang sungguh indah dan berpasir putih. Ada juga pulau Kalimantan yang terkenal dengan hutan-hutannya dan keaneka ragaman sukunya. Dan ada juga pulau Komodo dengan habitat satwa langka komodo satu-satunya di dunia. Lalu, apakah sekarang kita harus membanggakan negeri ini dengan keindahan alamnya?

Membuka mata melihat banyak sekali keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh Republik Indonesia dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di muka bumi ini, salah satunya adalah keunggulan Negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau (termasuk di dalamnya 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni).

Indonesia pula memiliki 3 dari 6 pulau terbesar di dunia, yaitu Kalimantan (terbesar ketiga di dunia dengan luas 539.460 km²), Sumatera (dengan luas 473.606 km²), dan Papua (421.981 km²). Kemudian, Negara ini juga terkenal sebagai Negara maritim terbesar di dunia dengan perairan seluas 93.000 km² dan panjang pantai sekitar 81.000 km² atau hampir 25% panjang pantai di dunia.

Ternyata jika kita kembali melihat keunggulan Indonesia dengan keluasan daerahnya, sesungguhnya Negara ini berpotensi sebagai Negara dengan penduduk terkaya di dunia, menjadikan penduduknya semua memiliki pekerjaan dan tidak ada yang menganggur satu pun. Namun, mengapa penduduk Indonesia masih banyak sekali yang menjadi pengemis/peminta-minta yang selalu mengadahkan tangannya berharap ada yang mengasihi, masih banyak yang menganggur padahal daerah kita sangatlah subur, dan masih banyak yang mencuri dan korupsi padahal Negara lain iri melihat Negara ini. Betapa ironi sekali Negeri ku ini, miris sekali driku melihatnya. Ku tanya lagi pada kalian, apakah kita sudah bisa berbangga diri melihat luasnya tanah ibu pertiwi?

Indonesia juga masuk dalam lingkaran 15 besar dunia dalam kategori pengakses internet terbanyak. Di Asia sendiri, Indonesia masuk urutan 5 besar. Pengakses internet terbanyak di dunia, pertama adalah China (298 juta), kemudia Amerika Serikat (228 juta) dan disusul Jepang (94 juta). Pengaksesan internet yang semakin mudah dan didukung oleh kemajuan teknologi dunia yang tak henti-hentinya semakin canggih, membuat penduduk Indonesia dengan mudah mendapatkan mengakses informasi dari dalam dan mancanegara dan tentunya kemudahan dalam mengerjakan suatu pekerjaan sehari-hari.

Namun, dewasa ini di Indonesia banyak sekali rakyatnya menyalah gunakan kemudahan akses internet tersebut. Kemudahan internet yang biasa dipakai dalam hal positif diselewengkan kedalam perbuatan negatif. Contoh yang masih hangat-hangatnya, sekarang ini banyak anak-anak SMP ataupun SMA yang membuat dan menonton video porno  baik itu disengaja maupun tidak. Padahal dengan membuat maupun menonton video porno, secara tidak sadar kita telah masuk dalam lubang kemaksiatan dan kebodohan serta menurunkan derajat kita sebagai seorang manusia. Dengan adanya kemudahan akses internet ini, apakah kita harus berbangga diri menjadi Negara yang modern di mata dunia?

Lalu, bagaimana Negara ini bisa maju dan makmur jika melihat tidak ada lagi keunggulan yang bisa kita angkat demi marbat bangsa dan negara? Mungkin Indonesia sudah tak sanggup lagi hidup maju melebihi negara-negara lain di seluruh dunia ini? Ataukah Indonesia telah kehilangan moral dan karakternya sebagai salah satu negara terbesar di dunia? Mungkin saja semua pertanyaan itu benar jawabannya.

Ketika masa kegelapan Indonesia telah datang. Masa dimana Indonesia mengalami banyak sekali penurunan, kehancuran, maupun ketidakmajuan dalam sektor apapun di mata dunia. Kembali ku ingatkan kalian semuanya dengan cerita dari negeri matahari terbit? Cerita ketika negeri tersebut hancur karena sebuah bom yang dijatuhkan pada masa Perang Dunia II?

Pernahkah anda mendengarnya? Sungguh miris sekali bukan? jika kita menjadi salah satu penduduk di negeri tersebut, pasti kita akan sulit bangkit, sulit sekali berdiri kembali menjadi negara yang maju, makmur, dan sejahtera. Perkiraan itu semuanya ditepis sekarang. Perkiraan yang memprediksikan negeri tersebut tidaklah lagi jaya, maju, makmur, dan sejahtera. Kenyataannya sekarang terbalik 180º ternyata. Negeri tersebut bangkit berdiri kembali menjadi negeri yang makmur, maju, jaya, dan sejahtera. Mengapa? Apa pembangunan sektor industrinya yang kuat? Atau dari sektor pembangunan teknologinya yang maju?

Ataukah dari semangat penduduk-penduduknya yang pintar dan cerdas? Jawabannya bukan dari itu semua. Penyelamat negeri mereka ada pada diri seorang guru. Perdana Menteri mereka tidak mencari sisa-sisa dari sektor industri, teknologi, maupun yang lainnya. Namun, satu yang dicari oleh pemimpin mereka, yaitu seorang guru.

Berbicara tentang seorang guru, sangat teringat jelas dalam ingatanku lantunan sebuah lagu indah nan merdu yang sering dinyanyikan pada saat perpisahan tingkat pendidikan di Indonesia, kurang lebih liriknya seperti ini:

Terpujilah wahai Engkau Ibu Bapak Guru

Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir, di dalam hatiku

S’bagai prasasti terimakasihku ‘ntuk pengabdianmu

Bait pertama lantunan lagu berjudul “Hymne Guru” mengisahkan tentang jasa dan bakti seorang guru dalam sebuah pengabdian hidupnya. Lagu karya Sartono tersebut selalu dinyanyikan di sekolah-sekolah baik tingkat SD sampai dengan tingkat SMA dan sederajat di seluruh wilayah Indonesia. Lagu ini mengajarkan pada seluruh rakyat Indonesia, bahwa guru adalah orang yang paling berjasa dan berbakti untuk negeri ini. Pengabdiannya yang hanya bertujuan untuk mencerdaskan bangsanya, dirasa oleh rakyat adalah paling berjasa dibandingkan dengan profesi-profesi yang lain, sekalipun itu adalah presiden. Karena dari tangan-tangan hebat seorang guru lah, terlahir seorang pejabat, pengusaha, ilmuwan, menteri maupun presiden.

Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbesar keempat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 237.641.326 jiwa pada survei di tahun 2013/2014. Negara ini pula memiliki jumlah guru yang berkisar 2,92 juta orang pada tahun survei yang sama. Melihat banyaknya jumlah guru yang ada di Indonesia, bukan tak mungkin negeri ini akan lebih mudah terbebas dari kehancuran dan kemunduran seperti negeri matahari terbit beberapa tahun silam. Penyelamat dengan jasa yang tak terbalaskan menjadikan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa sebagai gelar yang disematkan oleh rakyat untuk profesi guru.

Sekitar 2,92 juta orang di Indonesia memilih jalan hidupnya menjadi seorang guru. Kurang lebih 72% guru di Indonesia memilih mengabdikan dirinya di kota-kota maju sedangkan sisanya 28% lebih memilih mengajar di pedesaan maupun daerah terpencil seperti di pedalaman Papua, Maluku, NTT, dan sebagainya. Melihat data statistik seperti itu, sedikit prihatin akan profesi guru yang mengalami penurunan kualitas dengan banyak mengharapkan uang daripada mengedepankan kembali tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Padahal jika menilik kembali daerah-daerah pedesaan dan terpencil di Indonesia, lebih memerlukan pendidikan-pendidikan yang layak dan guru-guru profesional agar pendidikan di Indonesia pun menjadi merata. Maka dari itu, perlunya perataan pengabdian seorang guru di Indonesia ke desa-desa dan daerah terpencil menjadi solusi penting bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Pengabdian seorang guru tak akan pernah lekang oleh waktu. Pengabdiannya yang tidak dapat terlupakan oleh anak didiknya menjadikan guru begitu istimewa di hati mereka. Apalagi jika pengabdiannya di daerah-daerah terpencil, yang di sana pula sulit air, kendaraan, dan cuaca yang terkadang tidak bersahabat bagi sang guru. Namun, dimanapun guru itu berada jiwa pahlawan tanpa tanda jasa akan selalu mengalahkan keterbatasannya saat itu. Pengabdiannya yang setiap hari menjinjing tas selama perjalanan,

membuka buku-buku usang yang dahulu sering dibaca, merekahkan senyuman ketika anak didiknya berhasil menjawab soal, mengajarkan sesuatu yang rumit dengan hati yang sabar, dan menjabatkan tangannya ketika kelas telah usai, adalah kebiasaan-kebiasaan sang pahlawan tanpa tanda jasa. Kebiasaan yang tak dapat kita dilupakan bukan?

Ketika pengabdian tersebut berubah menjadi sebuah penyelamatan untuk negeri ini, maka seorang guru adalah satu-satunya sosok yang akan menyelamatkannya. Menjadikan negeri ini kembali seperti dahulu, makmur, damai, jaya, nan sejahtera. Bait terakhir dalam lagu “Hymne Guru” akan mengingatkan kita semua akan penyelamatan seorang guru dengan pengabdiannya melawan kehancuran dan kemerosotan negeri ini..  

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa

Tanpa tanda jasa

Semuanya akan membenarkan bahwa pahlawan kita ketika negeri ini menghadapi kehancuran, kemunduran, kemerosotan dari sektor manapun adalah seorang pelita dalam kegelapan, embun penyejuk dalam kehausan, dan patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa yang akan datang mengusir kehancuran, kemunduran dan kemerosotan dengan ilmu-ilmu yang mereka berikan, dengan pengetahuan yang membuat tahu semua orang yang belum tahu, dan dengan buku-buku usang yang menyimpan sejuta embun yang menyejukkan pengusir kehausan.

Pada akhirnya, mereka akan merekahkan senyumannya ketika pengabdiannya selama hidup sebagai guru telah usai karena mereka telah berhasil memberikan kesejukan bagi bagi mereka yang kehausan, menjadi pelita bagi mereka yang berada dalam kegelapan, dan pahlawan pengusir kehancuran, kemerosotan dan kemunduran.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun