Selain dengan negara mitra, ASEAN juga menjalin hubungan Kerja Sama dengan Mitra Internasional. Dalam hal ini ASEAN bekerja sama dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Australia, untuk mengatasi piracy.Â
Mitra-mitra ini memberikan dukungan dalam bentuk teknologi pengawasan canggih, pelatihan, hingga pendanaan. ASEAN juga terlibat dalam Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia (ReCAAP), yang berfokus pada berbagi informasi untuk meningkatkan koordinasi antarnegara.
Selanjutnya, ASEAN juga memperkuat kerangka hukum untuk meningkatkan dan mencegah terjadinya piracy  dengan cara melalui Harmonisasi hukum maritim untuk memastikan para pelaku perompakan bisa diadili dengan adil dan konsisten. Forum seperti ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC) dibentuk guna menydiakan tempat untuk mendiskusikan tantangan hukum serta mencari solusi bersama.
Walaupun berbagai inisiatif telah dilakukan, beberapa hal masih menjadi tantangan bagi ASEAN dalam upayanya melawan perompakan di Laut Sulu.
Adanya berbagai perbedaan kepentingan nasional bagi setiap negara anggota ASEAN seringkali memperumit dalam pengambilan keputusan kolektif. Beberapa negara mungkin lebih fokus pada kepentingan nasional, sementara yang lain mendesak tindakan lebih agresif di tingkat regional.
Selain itu, Negara seperti Filipina dan Indonesia menghadapi keterbatasan dalam hal dana dan personel untuk menjaga keamanan maritim mereka. Kondisi ini membuat implementasi kebijakan dan patroli bersama menjadi kurang optimal.
Selain masalah yang telah di sebutkan, masalah lainnya adalah kondisi geopolitik dari Laut Sulu, yang mana saat ini Laut Sulu terlibat dalam masalah sengketa Laut China Selatan. Adanya sengketa wilayah ini semakin memperumit kondisi dari Laut Sulu. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sebuah pendekatan yang lebih fleksibel namun tetap terkoordinasi.
Maka dari itu, untuk memperkuat upaya melawan piracy, ASEAN dapat mengambil langkah rekomendasi seperti perluasan kerjasama multilateral. Program seperti TCA dapat diperluas ke lebih banyak negara anggota ASEAN atau melibatkan lebih banyak mitra internasional untuk meningkatkan efektivitas pengawasan.
Pemanfaatan Teknologi Canggih juga sangat direkomendasikan untuk dapat dilibatkan dalam meningkatkan efektifitas dari upaya ASEAN dalam mengatasi piracy. Pengadopsi teknologi canggih seperti drone, radar maritim, dan citra satelit untuk memantau aktivitas mencurigakan di Laut Sulu dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keamanan di Laut Sulu.
Namun, semua bentuk usaha akan sia-sia jika tidak ada solidaritas dari negara-negara anggota ASEAN. Oleh karena itu, membangun rasa tanggung jawab bersama di antara negara anggota ASEAN sangat penting untuk menciptakan kesadaran kolektif akan pentingnya melindungi Laut Sulu.
Upaya yang dilakukan oleh ASEAN untuk melawan perompakan di Laut Sulu menunjukkan pentingnya kerja sama regional dalam menghadapi ancaman keamanan. Meskipun ASEAN sempat tidak dapat berbuat banyak saat terjadi penyanderaan sepuluh nelayan Maret 2016 lalu karena menolak untuk intervensi dan berpegang pada jalur diplomasi sesuai dengan ASEAN Way